Fatayat NU DIY Bedah Buku “60 Hadits” Karya Kiai Faqih

acara mubadalah di uin suka

Berita NU, BANGKITMEDIA.COM

YOGYA- Pimpinan Wilayah (PW) Fatayat NU DIY menyelenggarakan diskusi buku “60 Hadits: Hak-hak Perempuan, Teks, dan Interpretasi” karya KH Dr Faqihuddin Abdul Kadir di UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Selasa (24/07). Pembicaranya adalah KH Dr KH Dr Faqihuddin Abdul Kadir (penulis buku), Khotimatul Husna (Ketua PW Fatayat NU DIY), dan Nunung Damayanti (Ketua PW Nasyiatul Aisyiah DIY).

Acara ini dibuka oleh KH Fahmy Akbar Idries, Wakil Ketua PWNU DIY. Dalam sambutannya, Kiai Fahmy menegaskan bahwa peran perempuan itu memang luar biasa, apalagi seorang ibu. Ada kesederhanaan cara berfikir yang dimiliki ibu, tapi dari kesederhanaan itu melahirkan hasil yang membanggakan.

Bacaan Lainnya

“Saya sangat senang dengan acara ini, saya bangga dengan gerakan Fatayat NU DIY yang selalu memberikan inspirasi kepada kita semua. Jangan sampai mundur, jangan sampai lemes, harus semangat dan terus istiqomah,” tegas Kiai Fahmy.

Kiai Fahmy mengisahkan ibunya sendiri yang berjuang luar biasa dalam mendidik anak-anaknya.

“Ibu saya itu anaknya banyak. Tapi kalau ditanya apa yang beliau pikirkan untuk anak-anaknya, beliau bilang tak berpikir apapun. Tapi alhamdulillah, anak-anaknya jadi orang semua, berguana semua. Ibu saya tidak pernah memerintahkan apa-apa untuk anak anaknya. Hanya saja kalau setelah Magrib harus pulang dan ngaji. Kalau soal ngaji, ibu saya paling keras. Pokoe harus ngaji,” kisah Kiai Fahmy.

Sementara itu, Ketua PW Fatayat NU DIY Khotimatul Husna menegaskan bahwa Fatayat NU DIY selalu bergerak untuk memberikan manfaat bagi masyarakat, khususnya kaum perempuan.

“Buku ini, karya Pak Kiai Faqih, sangat bagus dan membuka cara berpikir kita terhadap perempuan. Kita ini ngaji lagi, belajar lagi, sehingga bisa berfikir jernih dalam memahami persoalan,” tegas Mbak Khotim, panggilan akrabnya.

“Saya ini sangat mengagumi Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Beliau itu sangat revolusioner, apalagi setelah membaca 60 hadis rosul ini, saya tambah yakin bahwa sebenarnya perempuan sangat dicintai Kanjeng Nabi Muhammad,” lanjutnya.

Mbak Khotim juga menegaskan bahwa Rasulullah meluruskan budaya-budaya jahiliyyah, termasuk terkait perempuan.

“Saya yakin Rasulullah berada di belakang perempuan. Rasulullah memberi ruang-ruang untuk perempuan yang di zaman jahiliyah seperti tidak dianggap sebagai manusia. Makanya, buku karya Pak Kiai Faqih  ini sangat bagus untuk membuka cara berpikir kita terhadap persoalan-persoalan perempuan,” tegas Mbak Khotim.

Penulis buku “60 Hadits”, Kiai Faqih, yang langsung hadir dalam acara ini menegaskan bahwa buku ini hanyalah awal, sehingga harus dikembangkan bersama-sama. Fatayat bisa menggunakan hadits-hadits ini untuk menyampaikan pendapat atau mengembangkannya melalui tulisan.

“Selama ini kita baca hadits-hadits tentang fitnah dan aurat perempuan, penghuni neraka terbanyak, perlu mahram ketika pergi, harus selalu taat suami, dan seabrek kewajiban rumah tangga bagi istri. Tafsir hadits yang didasarkan pada relasi ketakutan dan kekhawatiran pada perempuan, lalu penguasaan, hegemoni, dan berakibat kekerasan. Padahal kumpulan tentang hadits-hadits tentang hal di atas, ada yang sahih, hasan, tetapi banyak dhaif, la ashla lahu, dan mawduu,” tegas Kiai Faqih.

Dari sini, lanjut Kiai Faqih, saatnya kita untuk mendengarkan hadits-hadits tentang wahyu-wahyu yang turun justru karena perempuan, perintah ketakwaan untuk menghormati perempuan, kisah perempuan sahabat yang justru aktif, pintar, bekerja, terlibat pendidikan, politik, shalat Jumat di masjid, dilayani-melayani di dalam rumah, memiliki hak untuk sejahtera dan terlepas dari kekerasan.

“Dengan tafsir yang lebih mendorong relasi kerjasama, kemitraan, dan saling menolong satu sama lain. Itulah mubadalah, kesalingan. Dalam buku ini ada 60 hadits soal terkait itu, yakni 44 Bukhari Muslim, sisanya antara Malik, Turmudzi, Abu Dawud, Ibn Majah, dan Ibnu Sa’d,” pungkas Kiai Faqih.

Bedah buku ini berlangsung mulai jam 09.00 sampai 12.30. Sehabis dhuhur, jam 13.30, acara dilanjutkan dengan Workshop Metodologi Mubadah” dengan dua pelatih, yakni KH Dr Faqihuddin Abdul Kadir dan Dr Nur Rofiah.

“Ada 35 orang yang di akhir sesi, jam 19.00, bersuara semangat akan mendakwahkan perspektif mubadalah. Atau prinsip resiprokal, kesalingan, dan kerjasama dalam relasi laki-laki dan perempuan. Untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik, lebih adil, dan lebih membahagiakan,” kata Kiai Faqih.

“Teman-teman yang ikut workshop metodologi Mubadalah, di UIN Yogya kemarin, 24 Juli, maukah diadakan pendalaman sekaligus praktik pendampingan penulisan ide-ide kamu, yang mengandung atau terinspirasi oleh perspektif mubadalah?,” lanjut Kiai Faqih dalam akun facebooknya, Rabu 25 Juli 2018.

Acara ini adalah kerjasama antara PW Fatayat NU DIY, Lembaga Konsultasi Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (LKP3A) PW Fatayat NU DIY, PW Nasyiatul Aisyiah DIY,  Rifka Annisa, Pusat Pengarusutamaan Gender dan Anak-anak UIN Sunan Kalijaga, Mitra Wacana, dan ISAIs UIN Sunan Kalijaga. (muyas)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *