Do’a Gus Kelik Yang Menancap Dalam Hatiku
Aku menuntun motorku melewati Gus Kelik yang sedang duduk, tiba-tiba beliau memanggilku.
“Mbak ngajar opo?” (Mbak ngajar apa?) kata Gus Kelik,
“Ekskul aliyah Gus,” jawabku.
“Saiki ning endi? mbiyen pembimbing kene yo?” (sekarang dimana, dulu pembimbing di sini ya?) tanyanya lagi.
“Mboten gus, kulo riyen nyantri mriki, teng komplek N kalean komplek GP.” (Tidak Gus, saya dulu pernah menjadi santri di sini, di komplek N dan komplek GP) jawabku lagi.
“tapi mbiyen ngajar ning kene to?” (tapi dulu mengajar di sini kan?)
“Njeh Gus, alhamdulillah niki ngajar maleh.” (Iya Gus, Alhamdulillah ini kembali mengajar lagi)
“omahe saiki ning ndi?” (rumahnya di mana?) aku merasa sungkan karena diajak ngobrol dengan masih menggunakan helm, akhirnya helm aku lepas, motor aku berdirikan sendiri dan siap diwawancarai beliau, hehehe
“wonocatur Gus,” jawabku “anake umur piro?” (anaknya umur berapa) tanyanya lagi “3 setengah tahun Gus.”
“Bojone wong endi?” (suaminya orang mana?) aku tersenyum, “orang Pati Gus,” jawabku
“oh Pati, alhamdulillah, yo wes tak donga’no..” (Oh Pati, alhamdulillah, ya sudah saya do’akan)
aku tidak begitu jelas “Nopo gus?”
“koe tak ndonga’no sa’keluargamu.” (Kamu saya do’akan beserta keluargamu) setelah itu tatapan mata beliau lemparkan ke sekeliling, seakan aku sudah tidak ada di depan beliau.
“Amiiiiiinnn ya rabb….. matur nuwun Gus.” tidak ada jawaban lagi dari beliau.
Aku lanjutkan menuntun motor sampai depan komplek hindun dan mulai menyalakan mesin.
Penulis: Muyassarotul Hafidzoh, Alumni Pesantren Krapyak
____________________________
Semoga artikel Do’a Gus Kelik Yang Menancap Dalam Hatiku ini memberikan manfaat dan barokah untuk kita semua amiin..
simak artikel terkait di sini
simak dan kunjungi juga channel youtube kami di sini