Cerpen Afwa Tuzzakiyah: Mimpi Raisa

Cerpen Afwa Tuzzakiyah: Mimpi Raisa

Cerpen Afwa Tuzzakiyah: Mimpi Raisa

Raisa, gadis yang sangat menyukai Ibu Ainun Habibie istri dari Presiden RI ke-3 BJ.Habibie. Siang itu Raisa sedang berjalan menuju toko buku. Raisa sengaja memilih jalan kaki sebagai alat transportasi yang menyenangkan baginya. Setelah beberapa menit menelusuri jalan, Raisa mengamati poster-poster yang terpajang di dinding-dinding rumah warga. Raisa befikir “Mengapa hanya gambar-gambar artis yang dipajang di sana ya/? Kenapa poster para pejuang tidak ditempelkan”  tanyanya dalam hati. Kemudian Raisa terus melanjutkan perjalanannya dengan hati yang sedikit tidak tenang dan bingung.

Di toko buku itu, Raisa terkesima meliahat buku berkisahkan seorang Ainun Habibie yang ia banggakan itu. Ia membelinya untuk bahan bacaan di rumahnya. Setelah itu, Raisa pulang dengan menelusuri jalan yang berbeda. Di jalan Ia melihat banyak sekali para pengemis yang berkeliaran di sepanjang trotoar. Ia mendekati si kakek tua salah satu pengemis itu. “kek! Apa kakek mempunyai keluarga?” tanya Raisa.

“Entahlah, mereka di mana? Saya berpikir Saya sudah tidak memiliki keluarga.” seru kakek tersebut.

“Mengapa kakek tidak mencarinya? Sehingga kakek tidak perlu mengemis seperti ini” tanya Raisa

“Untuk apa mencari mereka! Seolah sudah tidak ada lagi yang peduli dengan orang tua renta seperti saya. Bahkan negarapun sudah tidak peduli.” tegas kakek tersebut dengan nada pesimis.

“Nak, menurut kamu siapa yang orang yang berjuang untuk Indonesia?” tanya kakek itu.

“Para pahlawan dan juga tokoh-tokoh yang berjasa untuk bangsa.” timpal Raisa.

“Siapa yang kamu banggakan?” tanya kakeknya lagi.

“Aku sangat mengidolakan Ibu Ainun Habibie. Karena ia wanita pemberani dan luar biasa. Ia juga senantiasa menemani suaminya, dan Pak Habibi sendiripun sangat-sangat memulyakannya. Yang paling berkesan ia seorang dokter wanita. Dan ia pernah berkata “Jangan pernah patah semangat.”

Kakek tersebut mengangguk senang, seolah dia baru menemukan anak muda yang memiliki jiwa semangat. “Nah kakek jangan pernah patah semangat untuk terus berkarya walau kakek tidak bisa melihat dunia yang begitu luas ini. Bagaimana kalau kakek bekerja saja? Dan berhenti berprofesi sebagai pengemis lagi. Ok! Kek” ucap Raisa.

“Menurutmu apa yang bisa kakek lakukan, dan sudah tidak ada lagi yang peduli dengan kakek.”

“Saya peduli dengan kakek. Saya mengenal seorang ibu tetangga rumah pembuat gorengan, kakek bisa membantu menjualkannya.” Kata Raisa bersemangat.

Kakek itu semakin terharu dengan gadis muda yang dia temui.

“nak, maukah kamu mendengarkan kisahku?” Raisa mengangguk

“Sebenarnya saya adalah anak dari salah satu pejuang Indonesia. Bapak saya adalah seorang pejuang kemerdekaan, bahkan sayapun pernah ikut membawa bambu runcing membunuh para penjajah. Namun kami tak pernah sekalipun di kenang! Sebenarnya kakek ingin sekali bermanfaat bagi masyarakat banyak. Kakek ingin meneruskan perjuangan untuk mengisi kemerdekaan, tetapi ternyata kakek tak bisa mewujudkannya karena keterbatasan inilah yang menjadi penghalang mimpi kakek! Nak” kata kakek dengan meneteskan air mata.

Selepas hari itu Raisa pun sadar bahwa negara juga masyakarat  perlu untuk mengenang dan menghargai para pejuang bangsa. Kemudian Raisa memiliki ide yang cemerlang. Hari-hari dilalui Raisa dengan tujuan menyadarkan warga akan pentingnya mengenal para pahlwan. Ia memulai dengan membeli poster pahlawan  dan memajangnya di dinding-dinding rumah. Dan juga memberi pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya seorang pahlawan. Bukan hanya pahlawan laki-laki akan tetapi pahlawan perempuan juga dia kenalkan kepada masyarakt luas.

Sering sekali dia datang ke sekolah atau tempat-tempat berkumpulknya warga, dia menceritakan pejuang-pejuang bangsa seperti, Ir. Soekarno, KH. Hasyim Asy’ari, KH. Ahmad Dahlan, HR Rasuna Said, Nyi Ageng Serang, Fatmawati, R.A. Kartini, Dewi Sartika, Cut Nyak Dien, Cut Nyak Mutia dan lain sebagainya. Banyak pelajar-pelajar yang suka dengan kisah-kisah pahlawan. Kemudian banyak pula yang rumah mereka tertempel gambar pahlawan bangsa.

Dengan kegigihan Raisa pun mulai menjalani keadaannya itu dengan dukungan si kakek dan kedua orang tuanya sekaligus teman-teman sebayanya hatinya menuntun jiwanya untuk berbuat hal kebaikan itu dan raganya mengikuti dengan penuh kebahagiaan.

Yang juga membuat Raisa bahagia. Si kakek pun sudah menemukan penghasilannya dengan sebagai penjual gorengan, kakek sudah menemukan hal positif dalam dirinya. Raisa menghela nafas lega. Akan tetapi ia sadar ini bukan akhir dari segalanya tetapi awal dari sebuah perjuangan.

*Afwa Tuzzakiyah (siswa kelas VII MTs Binaul Ummah Bantul, asal Indramayu Jawa Barat)

Demikian Cerpen Afwa Tuzzakiyah: Mimpi Raisa. Semoga Bermanfaat.

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *