Semalam ngobrol ma teman-teman dekat Pak Jokowi ketika beliau masih di Solo. Di antaranya adalah ma Gus Kareem yang selama ini dikenal sebagai kyainya Pak Jokowi, eh jangan bayangkan kyainya Pak Jokowi itu lebih tua lho ya, malah lebih muda sepuluh tahun dari pada Pak Jokowi.
Beliau berdua itu sahabatan sejak dulu cuman kemudian menempuh jalan yang berbeda, satunya jadi kyai satunya jadi presiden. Gitu ceritanya…
Gus Karem bercerita tentang pertemuannya dengan walikota Solo saat ini yaitu Pak Rudi, pada Selasa lalu. Setelah ngobrol tebal-tebal dengan Gus Kareem, Pak Rudi tanya, “Peninggalan Pak Jokowi di Lodji Gandrung yang paling Islami itu apa Gus?”
Sebab Pak Jokowi itu bukan orang Islam yang mengutamakan simbol, dengan pasang kaligrafi atau simbol-simbol keislaman yang lain.
Kemudian Gus Kareem ngajak Pak Rudi ke musholla Lodji Gandrung, Gus Kareem menunjukan sebuah bekas lobang di pagar dekat musholla yang kini dah di tutup tembok. “Itu peninggalan Pak Jokowi yang paling islami waktu masih menjabat wali kota Solo”. Kata Gus Kareem.
Pak Rudi hanya tertawa terbahak merasa kesindir.
Itu adalah bekas lubang pintu yang di buat oleh Pak Jokowi. Tembok pagar asalnya semua tertutup, Pak Jokowi membuat pintu pintasan di tembok, “Ben aku dan stafku ora telat Jum’atan di Masjid Penumping” lanjut Gus Kareem menirukan omongan Pak Jokowi jaman itu.
Pak Jokowi itu Islam taat sejak dulu, kemudian kalo saat ini dinarasikan sebagai orang yang tidak islami, musuh Islam, PKI, mengkriminalisasi ulama, tahu sendiri siapa sumbernya dan apa sebabnya.
Dan itu dampaknya memang luar biasa, jutaan rakyat Indonesia percaya dengan narasi Pak Jokowi adalah musuh Islam, agen remason balpirik, sehingga mereka yang merasa paling Islami itu dengan bebasnya menghujat Presiden, seakan menghujat presiden adalah amal ibadah, sebuah jihad dalam membela Islam.
Dan narasi fitnah itu dipelihara dan dipupuk selama bertahun-tahun untuk sebagai jalan menjadi yang berkuasa. Bayangin aja kalo jalan dalam menggapainya saja menggunakan cara-cara yang tidak elok seperti itu, bagaiamana nanti kalo memegang kekuasaan. Na’udzubillahi mindzalik…
* Lodji Gandrung itu nama rumah dinas wali kota Solo.
Penulis: Irfan Nuruddin.