Berkah penolakan Harlah NU Kota Jogja di Masjid Gedhe Kauman Yogya
Tanggal 12 Februari 2020, PCNU Kota Jogja, dalam hal ini panitia Harlah NU, telah mendapatkan surat resmi izin penggunaan Masjid Gedhe Kauman Kagungan Karaton Ngayogyokarto Hadiningrat. Surat yang ditandatangani oleh Gusti Condro itu berupa izin pihak kraton untuk menggunakan Masjid Gedhe Kauman sebagai Lokasi Harlah NU dalam bentuk pengajian Akbar dan ingkungan.
Namun sejak tanggal 19 Februari 2020, setelah PCNU dan panitia Harlah Kota Jogja silaturahim ke Polrestabes, Pengurus Daerah Muhammadiyah Kota Jogja dan Takmir Masjid Gedhe Kauman untuk minta izin pelaksanaan acara tersebut yang alhamdulillah semuanya diizinkan. Tiba tiba muncul di beberapa titik sudut kota Jogja baik di Jl. KH Achmad Dahlan, alun-alun utara, kampung kauman dan di atas gerbang pintu masuk Masjid Gedhe Kauman ini mulai muncul dan terpasang berbagai macam Bentuk Spanduk PROVOKATIF penolakan acara Harlah NU dengan berbagai bentuk narasi penolakan yang beraroma caci maki dan bentuk kesombongan dengan mengatas-namakan warga kauman (oknum) dan narasi berbasis Muhammadiyah.
Delapan hari kemudian (27-02-2020) setelah ramainya spanduk tulisan provokatif tentang penolakan Harlah NU ini bermunculan, terbit juga surat pernyataan sikap resmi Penolakan Harlah NU di Masjid Gedhe Kauman oleh Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah (PDPM) Kota Jogja yang berkop resmi dan ditanda tangani Oleh Ketua PDPM Kota Jogja. Tulisan ini tentunya tidak akan membahas ulang mengenai penolakan tersebut.
Namun di balik aksi penolakan itu semua baik secara resmi oleh PDPM Kota Jogja maupun oleh oknum yang memasang spanduk provokatif (yang dibiarkan oleh pihak berwenang untuk tidak dicopot karena tidak berizin) justru malah membangkitkan semangat warga NU Kota Jogja (DIY) pada khususnya dan umumnya warga NU se Indonesia. Hal ini ibarat sebuah ungkapan “membangunkan macan tidur”.
Terlebih setelah para ulama, kyai dan sesepuh NU Kota Jogja memberikan “dawuh” kepada panitia agar memindahkan lokasi acara Harlah untuk tidak lagi di Masjid Gedhe (dengan tidak mengurangi rasa hormat PCNU Kota Jogja kepada pihak Kraton khususnya Raja Jogja) melainkan ke lokasi kampus UNU Jogja yang merupakan wujud kecintaan warga NU pada kota Jogja dan agar tidak menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan oleh pihak pihak yang menolak ini.
Semua itu justru semakin menambah ghiroh/semangat ke NU an warga Kota Jogja untuk turut serta mensemarakkan, memeriahkan, meramaikan dan mensukseskan acara Harlah NU Kota Jogja ini. Penolakan ini benar-benar memberikan berkah dan hikmah yang luar biasa bagi PCNU Kota Jogja.
Berkah dan hikmah yang luar biasa itu setidaknya dapat dilihat dari antusiasmenya warga NU Kota Jogja yang berbondong-bondong baik secara rombongan dengan membawa ataupun menyewa berbagai macam kendaraan ataupun berangkat sendirian untuk menghadiri Harlah NU ke 94 Kota Jogja di Kampus UNU Jogja.
Kepadatan jalan pun mulai terlihat dari arah selatan (Perempatan RSUD Wirosaban Kota Jogja) hingga ke lokasi acara yang tampak dipenuhi oleh warga nahdliyin yang menghadiri acara Harlah. Dari sebelah utara pun tampak kepadatan Jamaah yang menghadiri acara Harlah ini dari mulai perempatan Taman siswa hingga ke lokasi acara sungguh luar biasa.
Dan 8000 snack yang disediakan oleh panitia kepada jamaah yang hadir pun sudah habis sejak pukul 20.30 dan ternyata masih banyak warga nahdliyin yang belum kebagian snack dikarenakan hadirnya puluhan ribu warga nahdliyin yang menghadiri Harlah NU ini. Tentunya panitia memohon maaf yang sebesar-besarnya karena belum bisa memberikan penghormatan yang layak kepada semua warga nahdliyin yang hadir.
Di malam Jumat itu (5-03-2020) di sepanjang jalan Lowanu, Sorosutan dan lapangan Kampus UNU Yogya benar-benar dipadati oleh lautan jamaah warga nahdliyin Kota Jogja.
Di dalam suasana Harlah NU dengan bentuk pengajian akbar ini nampak sekali “ghiroh” yang luar biasa di kalangan Warga NU. Terlebih di saat jamaah dan tamu undangan VIP (Ketua PWNU DIY, Rois Syuriyah dan ketua PCNU Kota Jogja, para ulama, Gusti Condro, pejabat Kota Jogja, PD Muhammadiyah Kota Jogja, pejabat TNI /POLRI dan tamu undangan lainnya yang berada di panggung) kompak bersama menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Lagu Ya Lal Wathon bersama jamaah.
Selain itu puluhan ribu jamaah warga nahdliyin Kota Jogja pun sangat setia menunggu dengan duduk lesehan untuk mendengarkan tausiyah dari Gus Muwafiq.
Dalam tausiahnya, Gus Muwafiq secara garis besar banyak menjelaskan tentang sejarah Islam di tanah NUsantara khususnya wilayah DIY. Selain itu, Gus muwafiq pun mengajak kepada warga nahdliyin Kota Jogja untuk mantap ber “NU” sebagai sarana untuk memahami dan menjalankan perintah agama serta mencintai tanah airnya, terlebih saat ini sedang maraknya gerakan Islam transnasional yang merusak citra Islam sesungguhnya dan melunturkan rasa cinta tanah air.
Selain itu, warga NU pun diminta untuk tidak mudah marah dan harus lebih mudah memberikan maaf kepada semua orang yang belum faham akan esensi ajaran agama Islam.
Tapi jangan mudah untuk “melupakan”. Karna warga NU memang sejak jadi santri itu tidak mudah untuk melupakan, karena sudah terlatih untuk mengingat (menghafal) ayat-ayat Quran, hadis ataupun bait syair ilmu nahwu, shorof dll. Pengajian yang sarat makna penuh dengan humor ini pun ditutup dengan Mahalul Qiyam dan doa bersama.
Tentunya warga NU Kota Jogja akan sangat mudah untuk memaafkan atas aksi penolakan senelumnya, namun warga NU Kota Jogja tidak mudah atau mungkin tidak akan pernah melupakan aksi yang akan tercatat oleh sejarah yang akan menjadi pelajaran berharga bagi ukhuwah islamiah dan ukhuwah wathoniah.
Selamat Harlah NU kota Jogja yang ke 94 (masehi), 97 ( hijriah).
Semoga NU selalu di lindungi dan diridhoi oleh Allah SWT. Amiin.
Penulis: Gus Yusuf Effendi, kader muda NU Kota Jogja.