SLEMAN, BANGKITMEDIA.COM
NU itu organisasi yang didirikan dan diwariskan oleh para ulama. Mengurusnya dan berjuang di dalamnya, tidak cukup dengan ilmu dhohir saja. Perlu ilmunya para ulama. Spiritualnya ditingkatkan, tirakatnya dikuatkan. Biar hasilnya tidak kosong. Dhohir dan batin harus beriringan
Demikian disampaikan oleh Rais Syuriah PWNU DIY, KH. Mas’ud Masduqi sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren Ar-Rabithah ketika ditemui bangkitmedia.com di kediamannya. Kiai Mas’ud yang sebelum menjadi Rais Syuriah PWNU DIY menjabat sebagai Rais Syuriah PCNU Sleman juga menjelaskan bahwa berjuang di NU itu seperti menanam pohon kelapa
“Berjuang di NU itu ibarat menanam pohon kelapa. Menanamnya sekarang, tapi panenya puluhan tahun kemudian. Tidak seperti menanam kangkung. Baru ditanam, beberapa hari kemudian, sudah panen. Maka butuh kesabaran dan keikhlasan,” tegas Kiai Mas’ud yang merupakan alumni Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga
Dalam kesempatan tersebut, Kiai Mas’ud yang juga pernah nyatri kepada KH. Maksum Lasem, ayah dari Kiai Ali Maksum Krapyak juga berpesan agar terus menjaga silaturrahim dengan para alim ulama
“Silaturrahim itu penting dan terutama menyenangkan, memanjangkan umur serta membuka pintu rezeki,” tandasnya.
Kiai Mas’ud juga berpesan agar selalu merutinkan dzikir dan mendekatkan diri kepada Allah Swt.
“Kalau hati gelisah, suka was-was, itu ya karena dzikirnya kurang,” terang Kiai Mas’ud.
Berjuang di NU, lanjut Kiai Mas’ud, itu harus dibarengi dengan laku spiritual yang kuat. Karena kalau dipikir pakai logika, kadang tidak sampai. (Rokhim)