Dr. Jamal Makmur Asmani, Dosen IPMAFA Pati
Kehidupan membawa misteri tanpa henti. Persoalan-persoalan sosial terus bermunculan tanpa diundang datang sendiri menghampiri setiap insan. Dalam konteks ini, tidak cukup hanya mengandalkan ketajaman nalar yang berhenti pada hal-hal yang sifatnya empirik rasional. Dibutuhkan kedalaman intuisi (dzauq) untuk menyelami esensi realitas, mengungkapnya dan menjadikannya pedoman kehidupan dan solusi persoalan sosial yang terjadi.
Inilah yang dinamakan dzikir (mengingat, mengkaji, menyelami, memasuki esensi realitas, menyingkap rahasia, menemukan mutiara tersembunyi, dan terus berproses tanpa henti).
Dzikir bermacam ragamnya. Dzikir di sini bisa dimaknai seni. Antara lain:
– Dzikir ilmu (seni mengkaji ilmu) untuk mengungkap kebenaran dan rahasia ilmu.
– Dzikir peradaban (seni membaca sejarah peradaban umat manusia) untuk mengkaji proses yang terjadi sebagai modal memahami era sekarang dan menentukan langkah di masa depan.
– Dzikir paling tinggi adalah dzikrullah (ولذكر الله اكبر) dengan mengingat kebesaran Allah, Sang Pencipta dan Pengatur seluruh alam semesta yang memberikan energi kerahmatan bagi setiap makhlukNya untuk menjalankan fungsi kekhalifahan dalam rangka meramaikan bumi (umranul ardli) dengan ajaran keadilan, kesetaraan, kasih sayang, dan kesucian Budi dan laku kehidupan.
Dzikir Naba-Sirah
Naba’ adalah sejarah emas peradaban manusia yang berisi perjalanan mulia para pelaku sejarah dari waktu ke waktu yang mengandung nilai – nilai kesucian, keagungan, dan keteladanan bagi generasi ke generasi. Naba’ akan membuahkan perjalanan berharga (Sirah) yang bisa menjadi cermin umat manusia dalam menghadirkan solusi bagi persoalan sosial yang dihadapinya.
Mengingat, mengkaji, menyelami, memahami esensi dan memasuki ruang batin (substansi) realitas untuk menemukan mutiara sejarah peradaban masa lalu sampai sekarang akan melahirkan kekayaan informasi, ketajaman analisis, dan kepekaan rasa dalam menghadapi realitas kekinian sehingga solusi yang dihadirkan mempunyai nilai relevansi dan efektivitas yang tinggi.
Proses ini jika dilalui dan diterapkan dalam kehidupan riil, maka seseorang mampu menjadi penggerak dan pencipta peradaban agung di masa sekarang dan yang akan datang. Peradaban agung ini tidak lekang di makan waktu, tetap abadi dan menjadi monumen sejarah yang selalu dikenang dari generasi ke generasi sampai akhir zaman.
Ingat firman Allah:
فاسءلوا اهل الذكر أن كنتم لا تعلمون
Maka bertanyalah kepada ahli dzikir jika kamu tidak mengetahui (esensi sesuatu).
Banyak Mufassir mengartikan ahlud dzikri dengan ulama-ulama yang mempunyai rasa takut (khasyyah) kepada Allah dengan kedalaman ilmu dan kesucian laku.
Syaikh Ahmad Mutamakkin mampu menjadi ahludz dzikri yang menggerakkan dan menciptakan peradaban kemanusiaan yang disinari bimbingan Wahyu Allah, Sirah Nabi Muhammad, sahabat, dan khususnya Walisongo yang mampu membudayakan agama dan mengagamakan budaya.
Makam beliau menunjukkan posisi dan status peran sosial yang diciptakan, yaitu sebagai tempat memusyawarahkan problem-problem keumatan dan kebangsaan yang terjadi. Beliau mampu mensinergikan seluruh kekuatan untuk menerjemahkan dan membumikan ajaran Islam sebagai solusi persoalan sosial.
Aspek religiusitas dan spiritualitas diperkuat dengan aspek pemberdayaan ekonomi dalam bentuk penguatan sektor pertanian, produksi, dan perdagangan. Orkestra yang indah ini dalam dakwah mampu menciptakan keseimbangan, kesejukan, kedamaian, kemajuan, dan keberkahan bagi umat dan bangsa.
Islam hadir bukan dengan wajah yang marah, tapi dengan wajah yang ramah, teduh, dan membahagiakan. Model dakwah inilah yang dikenal dengan dakwah Aswaja An Nahdliyyah yang sudah dijalankan Walisongo, Syaikh Ahmad Mutamakkin, dan ulama-ulama kita sampai sekarang.
Menjadi tanggung jawab generasi sekarang dan yang akan datang untuk meneruskan fungsi kekhalifahan yang sudah diperankan oleh generasi terdahulu. Ini adalah tanggungjawab peradaban yang tidak bisa dihindari. Tanggungjawab ini harus dipikul dan dijalankan dengan semangat Khidmah pada agama, Nusa dan bangsa menuju ketercapaian kebahagian hakiki di dunia dan akhirat. Amiin Yaa Rabbal Alamiin.
Rangkuman Ngaji Suluk Laras Jagad oleh KH Abdullah Umar Fayumi
Kajen, Perpustakaan Mutamakkin, Senin malam Selasa, 15 Muharram 1440 H. – 24 September 2018.