Berita NU, BANGKITMEDIA.COM
YOGYA- Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Pesantren se-Indonesia menyelenggarakan Muktamar III & Sarasehan Nasional dengan tema “Mengukuhkan Integritas Mahasiswa Menyambut Tahun Demokrasi”. Pada Muktamar ini Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEBI) Al-Muhsin Yogyakarta menjadi tuan rumahnya. Acara berlangsung mulai Kamis, 27 September 2018 sampai Sabtu 29 September 2018.
Ahmad Muslikul Umam, selaku ketua panitia, menyampaikan bahwa muktamar ini merupakan agenda tahunan untuk mengatur mekanisme pertanggungjawaban dan pemilihan ketua baru BEM Pesantren se-Indonesia.
Ketua STEBI Al-Muhsin, Dr. HM. Anis Mashduqi, Lc., MSI, menyampaikan dalam sambutannya bahwa mobilitas dan panggung politik santri sudah dimulai sejak fase pra kemerdekaan. Kaum santri menjadi pejuang kemerdekaan dan turut kemudian mengisi kemerdekaan.
“Pada era reformasi dan demokrasi sekarang ini mobilitas dan panggung santri dalam dunia politik harus berlanjut dan semakin kuat. Mulai dari jabatan presiden, menteri, tidak lepas dari peran santri, momentum lima tahunan pilgub dan pileg juga tidak lepas dari kontestasi kader-kader santri untuk menempati posisi governing elite,” kata Anis.
Dr. Marwan, MA, selaku keynote speaker yang menggantikan Prof. Dr. Mahfudz, MD yang berhalangan hadir pada kesempatan itu menegaskan pentingnya membangun dan menjaga integritas dalam politik dan pemerintahan. “Bersih keluar, juga bersih di dalam, tidak korupsi keluar, juga tidak korupsi di dalam”, tegasnya. Korupsi massal seperti terjadi di Malang dan Sumatera Utara, adalah bukti hilangnya integritas elit politik dan pejabat kita.
Muhammad Mustafied, salah seorang narasumber, menyampaikan bahwa integritas mahasiswa yang sudah teruji di level personal harus diterjemahkan dalam konteks etika publik. Momentum tahun politik 2019 akan diwarnai oleh politik identitas yang membahayakan integrasi sosial dan kebangsaan.
“Oleh karena itu, tugas mahasiswa santri mentransformasikan menjadi diskursus politik yang mencerahkan bangsa, politik tingkat tinggi, demokrasi subtantif. Di tengah tengah wacana politik kekuasaan yang berpusat pada elite, menjadi penting untuk menghadirkan wacana politik kemaslahatan yang berbasis pada hak-hak dasar rakyat. Di sinilah pentingnya mahasiswa santri menghadirkan etika politik,” tegas Mustafied yang juga Pengasuh Pesantren Aswaja Nusantara Mlangi Sleman.
Sedangkan Dr. Aguk Irawan, salah seorang narasumber, menegaskan bahwa hadirnya fenomena politik identitas bisa membahayakan bagi solidaritas masyarakat, apalagi medsos juga turut menciptakan kegaduhan.
“Maka tidak ada jalan lain, mahasiswa-santri harus membawa narasi besar untuk kemaslahatan umat dan bangsa. Selain itu, mahasiswa-santri harus punya integritas pada nilai-nilai luhur dalam berbangsa, termasuk bijak dalam bermedsos,” tegas Aguk yang juga sastrawan.
Muktamar III & Sarasehan Nasional BEM Pesantren se-Indonesia dihadiri oleh sekitar 200 peserta perwakilan sekolah tinggi berbasis pesantren se Indonesia. Agenda tahunan yang dimulai pada hari Kamis, 27 September 2019 ini akan berakhir pada hari Sabtu, 29 September 2019. Muktamar ini akan menentukan figur ketua BEM pesantren baru untuk periode 2018-2019. (rd)