Bahtsul Masail di Blora Menelaah Adegan Kontroversi dalam Film The Santri

bahtsul masail di blora

Film The Santri yang di dalamnya ada adegan seorang Banser atau santri memberikan hadiah dan menghadiri perayaan di gereja dikaji santri se-eks-karasidenan Pati dalam acara Bahtsul Masail di PP Khozinatul Ulum Blora, 5-7 November 2019.

Perdebatan sengit terjadi antara yang membolehkan sepanjang tidak merusak aqidah dan yang melarang jika merusak akidah atau menjadi syiar negatif bagi anak-anak muda atau orang awam.

Kedua kelompok ini sama-sama mempunyai basis argumentasi yang kuat dengan hujjah masing-masing.

Kelompok yang membolehkan berargumentasi bahwa umat Islam harus menjaga kerukunan antar umat beragama dalam kebinnekaan seperti di Indonesia. Saling sapa dan berbuat baik kepada orang yang berbeda agama menjadi keharusan supaya toleransi antar umat beragama terjaga dengan baik.

Sepanjang tidak ada keyakinan ridla atau condong terhadap agama lain, maka tidak bermasalah. Bahkan ada yang berpendapat sutradara film The Santri mendapat pahala karena sudah berijtihad membumikan ajaran Islam yang rahmatan Lil-Alamin dengan ciri toleransi antar umat beragama.

Kelompok yang melarang berargumentasi bahwa toleransi ada batasnya. Toleransi tidak dalam konteks ibadah dengan menghadiri perayaan agama lain. Toleransi dibenarkan sebagaimana praktek Nabi, yaitu dalam mu’amalat (kerja sosial) yang tidak berkaitan dengan ibadah.

Hal lain yang membuat kelompok ini melarang adalah hal-hal aridli (sesuatu yang terjadi di luar yang pojok) yang mengiringi pelaksanaan perayaan, seperti gambar patung.

Setelah melalui perdebatan panjang dan melelahkan, akhirnya forum memutuskan bahwa adegan film The Santri khusus dalam pemberian hadiah dan mengikuti perayaan di gereja tidak diperbolehkan karena bisa merusak akidah umat Islam, khususnya kaum awam yang tidak mempunyai pemahaman mendalam dalam agama.

Argumentasi saddan lil-bab (menutup pintu yang bisa dijadikan celah bagi rusaknya akidah) menjadi dasar bagi keputusan ini.

NB: Kajian para santri ini sangat menarik dan sangat ilmiah karena semua berdasarkan teks kitab kuning dengan pemahaman masing-masing. Baik yang setuju maupun yang melarang adegan dalam film The Santri ini setuju tentang toleransi. Namun, perdebatannya pada batasan toleransi. Mayoritas menginginkan toleransi ada dalam wilayah mu’amalat – mu’asyarah insaniyah dalam kehidupan sehari-hari, bukan dalam masalah ibadah yang merupakan privacy masing-masing agama.

Tentu keputusan ini ada yang setuju dan ada yang menolak. Hal itu biasa dalam dunia kaum santri dalam forum Bahtsul Masail.

Blora, 5-7 November 2019.

Penulis: Jamal Ma’mur Asmani, PCNU Pati.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *