Ansor tidak bersalah! yang salah adalah kita yang tidak memiliki rasa nasionalisme sehebat sahabat Ansor. Lahir batin, saya Fajar Abdul Bashir salut dengan Ansor Banser. Meskipun banyak yang membully, Ansor Banser tetap tegar pantang menyerah menyuarakan Nasionalisme. Bahkan saking semangatnya dan mendarah daging rasa nasionalisme itu, mereka ungkapkan langsung terhadap Allah di tempat mulia mas’a. Jika itu kemudian dianggap merupakan kesalahan etika, saya yakin Allah akan lebih dahulu mengampuni dan memaklumi. Karena lantunan syair Ya Lal Wathon itu keluar spontan dari hati para pemuda yang cinta terhadap agama, ulama dan tanah air.
Tragedi syair Ya Lal Wathon adalah ranah ijtihadi, bahkan banyak ulama yang memperbolehkan. Apa lagi syair di kalangan orang arab merupakan kebanggan untuk mengungkapkan rasa senang dan sedih, bahkan banyak kitab-kitab fikih, shalawat, dan tasawwuf ditulis dengan syair.
Seharusnya yang layak dibully itu para penyebar hatespeech dan hoax yang jelas-jelas melakukan pelanggaran atas nama agama, tapi kenapa Ansor yg secara kesalahan masih dalam ranah ijtihad justru ramai-ramai dibully?
Saya tidak bisa membayangkan jika di Indonesia tidak ada Ansor yang dengan jelas dan tegas selalu menyuarakan nasionalisme, bahkan disaat bangsa Indonesia terpesona oleh isu-isu agama yang hampir meruntuhkan Nasionalisme, Ansor tetap tegas tidak terpengaruh oleh gorengan isu agama dan tetap bertahan pada benteng Nasionalisme meski babak belur dihajar dari segala arah.
Jikalau toh para Sahabat Ansor kadang melakukan manuver-manuver yang bersebrangan dengan jalur pada umumnya, Ansor adalah manusia yang secara sunatulloh tidak bisa lepas dari kesalahan.
Semoga Allah SWT senantiasa memberi kekuatan dan kesabaran kepada sahabat-sahabat Ansor.
Yogyakarta, 1 Maret 2018
(KH. Fajar Abdul Bashir, Pengasuh Pesantren Ar-Risalah Bantul)