SLEMAN, BANGKITMEDIA Akhlak Rosulullah sebagai Cermin Kehidupan
Pada Sabtu Malam (09/11/19), dalam rangka pengembangan akhlak terpuji, Sekolah Tinggi Agama Islam Sunan Pandanaran (STAISPA) mengadakan rutinitas pengajian Mukhtarol Hadits, yang diampu oleh KH. Jazilus Sakho Ketua Akademik STAISPA. Dengan penuh semangat, Mahasiswa STAISPA berbondong-bondong mengikuti pengajian kitab di depan perpustakaan kampus.
Pada kesempatan tersebut, Gus Sakho menjelaskan orang yang paling berhak memiliki tanah yang sudah tidak terpakai adalah orang yang memiliki i’tikad memakmurkan tanah tersebut.
“Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, barangsiapa yang memakmurkan tanah yang tidak dipunyai oleh seseorang, maka orang tersebut berhak memilikinya. Barang siapa yang paling perhatian terhadap sesuatu hak, maka sebenarnya orang tersebut yang paling berhak,” tutur Gus Sakho mengutip keterangan kitab Mukhtarol Hadits.
Ketika seseorang dipasrahi terhadap sesuatu, lanjut Gus Sakho, kemudian dia peduli dan dianggap seperti halnya menjaga miliknya sendiri yang kemudian bisa berkuasa terhadap sesuatu tersebut.
“Sebagaimana tanah disekitarmu tidak ada yang mengotak atik, ketika kamu telaten merawat dan membersihkan tanah tersebut lambat laun, tanah tersebut akan menjadi milikmu, karena Allah menganggap bahwa kamu yang paling peduli entah pada akhirnya kamu akan membeli dan memilikinya selama tujuanmu memakmurkan tanah tersebut,” kata Gus Sakho.
“Seperti halnya di Aceh, yang tanahnya terkena tsunami yang tidak jelas sumber kepemilikan tanahnya dan kejadian gempa bumi di Palu yang tanah tersebut bergerak dan pindah 100 meter dari tempatnya. Orang yang mengawali dan memakmurkan tanah tersebutlah yang lebih berhak memilikinya,” tutur Gus Sakho.
Kemudian, Gus Sakho menjelaskan ketika hendak menginginkan tersambungnya hubungan dengan bapaknya yang telah meninggal, hendaknya menyambung silaturahim dengan kawan bapaknya yang masih hidup.
“Diriwayatkan oleh Abu Ya’la dari Ibnu Umar, barang siapa yang suka dan ingin menyambung hubungan dengan bapaknya yang telah dikubur, maka hendaknya seseorang itu menyambung kawan bapaknya yang masih hidup,” tutur Gus Sakho mengutip keterangan kitab.
Selanjutnya, Gus Sakho menyampaikan, jika seseorang menginginkan bahagia terhadap lembar buku catatan amal, maka memperbanyak membaca istighfar.
“Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dari Zubair, barang siapa yang ingin bergembira terhadap buku catatan amalnya, maka perbanyaklah membaca istighfar,” tutur Gus Sakho mengutip dalam keterangan kitab.
Kemudian, Gus Sakho menjelaskan, akibat seseorang yang suka menimbun barang maupun dagangan, di akhir hayatnya Allah akan menetapkan seseorang tersebut terkena penyakit lepra dan mengalami kebangkrutan.
“Diriwayatkan oleh Ahmad, barang siapa seorang pedagang ataupun siapa pun yang menimbun barang ketika langka, kemudian menaikan harganya, maka Allah akan menetapkan orang tersebut terkena penyakit lepra dan bangkrut di akhir hayatnya,” tutur Gus Sakho mengutip dalam kitab.
Mayoritas ketika berdagang, lanjut Gus Sakho, banyak mengeluh mengenai kerugian pada tahap awal. Yang demikian harus kita koreksi, jangan jangan ada unsur menimbunnya. Godaan orang berdagang mayoritasnya demikian.
Gus Sakho juga menjelaskan keutamaan orang yang merawat anak yatim, diumpamakan seperti halnya jari telunjuk dan jari tengah, yang kelak orang yang merawat anak yatim akan berjejer dengan Rasulullah di Surga.
“Diriwayatkan oleh Hakim dari Anas, barang siapa yang memperlakukan anak yatim laki laki dan perempuan dengan baik, kelak akan berada di surganya Allah, seperti halnya dua jari telunjuk dan jari tengah yang bejejeran yang mana, Rosululloh dan orang yang merawat anak yatim yang saling berjejer di dalam surga,” tutur Gus Sakho mengutip dalam kitab.
Kemudian, Gus Sakho menjelaskan bahwa, seseorang yang memenuhi hak dan kewajibannya kepada Allah, maka orang tersebut akan dipermudah urusannya dan hubungannya dengan sesama manusia.
“Diriwayatkan oleh Hakim dari Ibnu Umar, Barang siapa yang memenuhi hak-hak antara dirinya dengan Allah, maka Allah akan memenuhi hak dirinya dengan manusia yang lain, ketika kita memenuhi hak kewajiban kita kepada Allah, maka Allah akan mencukupi dan memudahkan hak dan kewajiban kita dengan orang lain dan barang siapa yang memperbaiki dalam batinnya, maka Allah akan memperbaiki pula lahiriyahnya,” tutur Gus Sakho mengutip penjelasan kitab.
Innama bu’itsu li utammima makarimal akhlak, lanjut Gus Sakho, Rasulullah diutus untuk menyempurnakan akhlak, maka misinya adalah menyempurnakan akhlak.
“Setiap akhlak yang mulia akan berada pada titik pertengahan, seperti halnya pemberani berada pada pertengahan antara pengecut dan gegabah, tawadu akhlak mulia yang berada di tengah-tengah antara rendah diri dan sombong, dermawan berada pada pertengahan antara boros dengan kikir. Jadi, semua akhlak mulia berada di tengah-tengah sesuai dengan proporsi yang adil. Dengan demikian, Rosululloh adalah cerminan akhlak, bukan cerminan lahiriyahnya saja. Oleh karena itu, yang utama adalah ‘waman ashlakha sarirotahu’, karena sejatinya Rasululloh seperti yang tercantum dalam Al-Quran Laqod kanalakum fi rosulillahi uswatun khasanah,” tandas Gus Sakho. (Siti Kholisatul Wahidah/Rn).
*Penulis adalah Mahasiswa KPI STAISPA yang sedang magang profesi di Majalah Bangkit dan Bangkitmedia.com
_____________________
Semoga artikel Akhlak Rosulullah sebagai Cermin Kehidupan ini dapat memberikan manfaat dan barokah untuk kita semua amiin…
simak artikel terkait Akhlak Rosulullah sebagai Cermin Kehidupan di sini
kunjungi juga channel youtube kami di sini