Polemik doa Mbah Yai Maimun semakin liar. Betul kata Ketum PBNU Kiai Said Aqil Siroj, kalau bukan orang pesantren NU akan salah semua, termasuk salah memahami doa Mbah Kiai Maimun Zubair.
Kubu Prabowo merasa didoakan, bahkan BPN Prabowo mengatakan: “kesalahan doa Mbah Maimun pertanda Allah ada di pihak Prabowo”. Sungguh menjijikkan Allah SWT dijadikan bahan dukungan kampanye.
Begini penjelasan doa Mbah Kiai Maimun:
اجعل من يا إلهنا في جنبنا يا إلهنا يا الله هذا الرئيس . هذا الرئيس فاك فراباوا اجعله يا إلهنا في المرة الثانية نائلا أصواتا كثيرة.
“Jadikanlah Ya Tuhanku “ORANG YANG ADA DI SAMPINGKU” Ya Tuhanku Ya Allah “PRESIDEN INI” Pak Prabowo, jadikanlah Ya Tuhanku Presiden dua periode dengan mendapatkan suara terbanyak”.
Dalam doa tersebut ada isim isyarat merujuk pada orang yang ada di samping Kiai Maimun dan ada isyarat dengan sebutan Presiden. Orang yang ada di samping Kiai Maimun ya Pak Jokowi, dan Presiden yang ada di samping Kiai Maimun ya Pak Jokowi. Hanya saja dalam penyebutan nama dilalah terucap “Prabowo”. Lalu bagaimanan menurut ulama salaf panutan NU?
Begini kata Imam Abu Hanifah:
يقول أبو حنيفة – رحمه الله – : إذا اجتمعت الإشارة والتسمية فتعتبر الإشارة لكونها أبلغ في المقصود وهو التعريف.
“Jika berkumpul “isyarat” dan “penyebutan”, maka dimenangkan isyarat, karena lebih mengena terhadap apa yang dimaksud, yaitu tertentu atau jelas”.
Sedangkan ulama Syafi’iyyah berkata:
وظاهر كلام الشافعية تغليب الإشارة على العبارة إذا اجتمعتا واختلف موجبهما وحمل ذكر العبارة على الغلط.
“Pendapat Ulama Syafi’iyyah memberi penjelasan, dimenangkan isyarat atas ibarat (sebutan) jika keduanya berkumpul dan menjadi polemik. Maka penyebutan nama hanya dianggap sebagai salah sebut”.
Imam Az-Zarkasyi berkata:
قال الزركشي : إذا اجتمعت الإشارة والعبارة واختلف موجبهما غلبت الإشارة ويحمل ذكر العبارة على الغلط ، ووجه أن الإشارة هي الأصل في التعريف, كما لو حلف لا يأكل من لحم هذه البقرة وأشار إلى سخلة ، وأكل منها يحنث قطعا.
“Jika berkumpul “isyarat” dan “perkataan” dan terjadi polemik pemahamannya, maka dimenangkan isyarat, karena isyarat adalah bujti asli penjelasan. Seperti jika orang bersumpah: “aku tidak akan makan daging sapi ini, akan tetapi ia menunjuk ke jerohan hati, dan kemudian makan jerohan hati sapi tersebut, maka para ulama sepakat orang tersebut melanggar sumpah (meskipun dalam ucapannya daging, tapi isyarahnya ke jerohan hati)”.
Demikian penjelasannya, makanya ayo mondok biar faham agama dan bahasa.
KH Fajar Abdul Bashir, Pengasuh Pesantren Ari-Risalah Bantul dan Ketua LBM PWNU DIY.