Adab Bertamu dan Menerima Tamu Serta Penjelasannya

Adab Bertamu dan Menerima Tamu Serta Penjelasannya

Adab Bertamu dan Menerima Tamu Serta Penjelasannya

KH Hamid Abdul Qodir Munawwir, cucu Mbah Kiai Munawwir Krapyak, saat ini menjadi Pengasuh Pondok Pesantren Ma’unah Sari, Kediri)

Sunnah bagi seorang tamu duduk di tempat yang dipersilahkan tuan rumah, karena ia lebih tahu mana tempat yang layak dan nyaman untuk diduduki dan mana yang tidak. Sebagian ulama mengatakan bahwa ada empat hal wajib atas seorang tamu.

  1. Duduk sesuai tempat pilihan tuan rumah.
  2. Ridho dengan apapun yang disuguhkan.
  3. Tidak beranjak kecuali setelah diizinkan tuan rumah.
  4. Mendoakan tuan rumah sebelum pulang.

Karena Baginda Nabi saw. sebelum pulang dari bertamu selalu berdoa; “Semoga para ahli puasa berbuka di rumahmu, yang menyantap makananmu adalah orang-orang baik, dan para malaikat selalu mendoakanmu, serta rahmat selalu turun kepadamu.”

Jika diantara tamu ada yang lebih tua, maka janganlah mengambil makanan mendahuluinya. Jangan memperhatikan tamu lain yang sedang makan, karena itu adalah akhlak tercela. Jangan suka memperhatikan tempat dari mana hidangan dikeluarkan, karena itu juga tidak disukai tuan rumah.

Diceritakan bahwa seorang bijak bestari diundang ke sebuah jamuan, ia pun menyanggupi mau hadir namun dengan tiga syarat, “Pertama jangan ada pemaksaan, kedua jangan berkhianat, dan ketiga jangan berbuat tidak adil.”

“Apa maksudnya memaksa?”

“Maksudnya kamu jangan memaksakan diri mencari-cari suguhan yang tidak kamu punya”

“Lalu maksudnya berkhianat?”

“Kamu pelit dengan apa yang kamu punya yang seharusnya kau suguhkan untuk tamumu.”

“Dan ketidakadilan itu maksudnya?”

“Kamu larang keluargamu tapi kau suguhkan untuk tamumu.”

Sementara untuk tuan rumah, maka disunnahkan untuk;

  1. Sesekali mempersilakan tamunya menikmati suguhan, jangan terlalu sering mempersilakan atau berlebihan apalagi memaksa, karena pemaksaan itu tercela.
  2. Jangan terlalu lama diam tanpa obrolan, karena tamu akan merasa tidak nyaman.
  3. Jangan tinggalkan tamu sendirian, karena itu namanya kurang ajar.
  4. Jangan memarahi pembantu di depan tamu, karena katanya “Hidangan terbaik dan penghormatan tertinggi terhadap tamu adalah senyum tulus di wajah dan perkataan yang indah”.
  5. Jangan menyandingkan tamu dengan orang yang tidak mereka sukai, karena hal itu bisa membuat mereka tidak enak makan.
  6. Jika mereka telah selesai makan dan hendak berpamitan pulang, maka jangan melarangnya, karena mereka akan merasa tidak enak hati.

Catatan tambahan adab bertamu

  1. Jika tamu atau tuan rumahnya masih jomblo, janganlah tanya “Kapan nikah?”, karena itu adalah akhlak yang sungguh teramat tercela.
  2. Juga tamu hindari pertanyaan ini kepada tuan rumah/tamu ketika istri ada di sampingnya, istrinya masih satu ya, belum nambah lagi? Ini pasti menyakitkan kaum istri dan membikin tangis bahagia kaum suami kalo diikhlaskan

Namun jika terpaksa mau menanyakan istrinya gak tambah lagi? cari suasana aman ketika istri sudah tidak disampingnya dan ingat bicaranya pakai nada silent atau getar, jangan pakai nada bunyi apalagi keras sekali.

(Ringkasan dari kitab Bustanul Arifin, Al Imam Abul Laits As Samarqondy dengan catatan tambahan khusus)

Demikian ulasan khusus terkait Adab Bertamu dan Menerima Tamu Serta Penjelasannya. Semoga bermanfaat.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *