84 Tahun Ansor NU Menjaga Keutuhan NKRI

ansor nu

Banyak Pemimpin NU di daerah-daerah dan juga di pusat yang tidak yakin akan kekuatan NU, mereka lebih meyakini kekuatan golongan lain. Orang-orang ini terpengaruh oleh bisikan orang yang menghembuskan propaganda agar tidak yakin  akan kekuatan yang dimilikinya. Kekuatan NU itu ibarat senjata adalah meriam, betul-betul meriam. Tetapi digoncangkan hati mereka oleh propaganda luar yang menghasut seolah-olah senjata itu bukan meriam, tetapi hanya gelugu alias pohon kelapa sebagai meriam tiruan. Pemimpin NU yang tolol itu tidak akan sadar siasat lawan dalam menjatuhkan NU melalui cara membuat pemimpin NU ragu-ragu akan kekuatan sendiri. (KH. A. Wahab Chasbullah, 1950)

Kalimat diatas bukanlah semata kata-kata yang kosong tanpa makna, melainkan kredo perjuangan yang dipenuhi dengan gelora semangat membara. Adalah Kiai Wahab yang menyalakan api semangat dan optimisme, bahwa NU adalah meriam. NU dengan segala kekuatannya adalah energi besar yang efek ledakan sosialnya sedahsyat meriam.

Kiai Wahab tentu tidak gegabah dalam memberi statement. Analisisnya yang tajam mengenai kekuatan NU, membuat dirinya yakin bahwa kekuatan NU sejatinya memang meriam yang dahsyat. Lihatlah bagaimana dahsyatnya fatwa jihad KH. Hasyim Asy’ari, Rais Akbar NU, yang mampu menginspirasi perang 10 November 1945. Jika fatwa dari seorang Rais Akbar saja, sudah mampu melahirkan kekuatan yang begitu dahsyat, apalagi kalau kekuatan itu diserukan oleh seluruh komponen NU.

Salah satu komponen NU adalah elemen anak mudanya yang memiliki jejak historis yang apik. Sejak KH. Wahab Hasbullah pada 1924 membentuk organisasi pemuda bersama Syubbanul Wathon (Pemuda Tanah Air), organisasi ini terus berkembang menjadi kekuatan vital kaum muda yang fokus memperjuangkan kemerdekaan. Syubbanul Wathon bersama organisasi pemuda lainnya terus menggalang kekuatan demi tegaknya kedaulatan NKRI.

Syubbanul Wathon di kemudian hari berubah nama menjadi Persatuan Pemuda Nahdlatul Ulama (PPNU) pada 1931, Pemuda Nahdlatul Ulama (PNU) pada 1932, Ansor Nahdlatul Oelama (ANO) pada 1934, dan Gerakan Pemuda Ansor pada 1949. GP Ansor dalam perjalanannya banyak terlibat dalam perjuangan fisik dan politis baik pra kemerdekaan maupun pasca kemerdekaan.

GP Ansor sejak dibentuk sepertinya memang diproyeksikan oleh Kiai Wahab untuk menjadi “meriam” anak muda NU yang siap berjuang menjaga agama dan menjaga kedaulatan NKRI. Maka sangat wajar jika dalam perjalanannya GP Ansor selalu terlibat dalam upaya-upaya penyebaran paham aswaja dan menjadi pionir kaum muda dalam mempertahankan kejayaan NKRI.

KH. Ma’ruf Amin, Rais ‘Aam PBNU, menjelaskan bahwa kelahiran Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) diwarnai oleh semangat perjuangan, nasionalisme, pembebasan, dan epos kepahlawanan. GP Ansor terlahir dalam suasana keterpaduan antara kepeloporan pemuda pasca Sumpah Pemuda, semangat kebangsaan, kerakyatan, dan sekaligus spirit keagamaan.

Karenanya, kisah Laskar Hizbullah, Barisan Kepanduan Ansor, dan Banser (Barisan Serbaguna) sebagai bentuk perjuangan Ansor nyaris melegenda. Terutama, saat perjuangan fisik melawan penjajahan dan penumpasan G 30 S/PKI, peran Ansor sangat menonjol.

KH. Ma’ruf Amin juga menilai bahwa GP Ansor memang lahir untuk diproyeksikan sebagai wadah berkiprah dan pengabdian secara konkrit, baik kepada agama, negara, alim ulama, pesantren, dengan menjunjung tinggi nilai-nilai Ahlussunah Wal Jamaah. Ansor juga dibentuk untuk mengembangkan generasi muda Indonesia sebagai kader bangsa yang tangguh, memiliki keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt, berkepribadian luhur, berakhlak mulia, sehat terampil, patriotik, ikhlas dan beramal shaleh.

Sebagai organisasi kader kaum muda NU, GP Ansor tentu perlu mengembangkan diri menjadi organisasi profesional agar siap menjadi “meriam” NU yang sesungguhnya. Dalam hal ini, KH. Ma’ruf Amin memberikan dua poin penting untuk dijadikan bahan refleksi oleh GP Ansor kedepan, yakni penguatan infrastruktur dan penguatan kegiatan sosial keagamaan. Dengan penguatan infrastruktur, diharapkan GP Ansor akan tumbuh dan berkembang menjadi organisasi yang memiliki jejaring yang kuat. Karena itu, GP Ansor tidak boleh melupakan sistem pengkaderan yang berjenjang, dari tingkat grass root (akar rumput) sampai pusat.

Adapun untuk kegiatan sosial keagamaan, GP Ansor diharapkan mampu memberikan pengabdian yang langsung dirasakan oleh lapisan masyarakat bawah, yang berbasis kepada kebutuhan. Dengan demikian, GP Ansor menjadi gerakan kaum muda yang memiliki sence of social yang baik.

Untuk mewujudkan hal-hal di atas, GP Ansor diharapkan melandaskan setiap perjuangannya dengan niat yang baik dan dengan pendekatan akhlakul karimah sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw. Tekad yang kuat juga dibutuhkan, sebab setiap perjuangan pasti akan mengalami cobaan, rintangan, dan hambatan. Dengan tekad yang membara sebagaimana ditunjukkan oleh Rasul, sahabat, dan para ulama, niscaya agenda besar GP Ansor akan terwujud.

Melihat grafik perkembangan GP Ansor yang terus meningkat, harapan untuk mewujudkan cita-cita dan agenda besar Ansor semakin menemukan pijakan. Gus Yaqut, Ketua Umum GP Ansor, dalam berbagai kesempatan senantiasa menyampaikan berbagai perkembangan GP Ansor. Di tingkat organisasi, Gus Yaqut menyerukan bahwa GP Ansor memiliki tiga visi besar yang diterapkan dari tingkat pusat hingga anak cabang.

Ketiga visi besar GP Ansor tersebut adalah revitalisasi nilai dan tradisi Ansor NU sebagai organisasi beraliran Islam Ahlussunah wal jamaah, pembenahan sistem pengkaderan, serta pemberdayaan potensi Ansor. Di bawah kepemimpinannya, GP Ansor menghidupkan kembali tradisi yang pelan-pelan mulai tergerus seperti majelis zikir, sholawat, dan tahlil.

Sedangkan untuk pengkaderan, Gus Yaqut mengarahkannya tidak hanya untuk memperkuat Ansor, namun juga menyiapkan kader pemimpin NU di masa depan. Khusus untuk wilayah luar Jawa, GP Ansor NU menyiapkan ulama-ulama muda yang diproyeksikan sebagai calon pengurus jajaran syuriah di struktur NU di daerah masing-masing. Sedangkan pemberdayaan warga Ansor akan dilakukan di semua bidang, terutama di bidang ekonomi dan pendidikan.

Pemberdayaan yang dilakukan GP Ansor selama ini tentu saja dalam rangka menyiapkan kader muda yang siap menjadi “meriam” NU, yang senantiasa menjaga tegaknya agama dan keutuhan NKRI. (md/Ans)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *