Teladan Ulama Menyikapi Pandemi, Khutbah Jum’at di Tengah Pandemi

Teladan Ulama Menyikapi Pandemi, Khutbah Jum'at di Tengah Pandemi

Teladan Ulama Menyikapi Pandemi, Khutbah Jum’at di Tengah Pandemi

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ, عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ, وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْن. أمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَاد اللهِ, اتَّقُوْاللهَ, وَاعْلَمُوا, أنَّ اللهَ أمَرَكُمْ بِالطَّاعَةِ والْعِبَادَةِ. وَنَهَاكُمْ بِالظُّلْمِ وَالْمَعْصِيَةِ, وَاعْمَلُوا الصَّالِحَاتِ, وَاجْتَنِبُوا عَنِ السَّيِّئَاتِ. قَالَ اللَّهُ تَعَالَى :أَعُوْذُبِااللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ ، بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ, يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ, وَقُولُوا۟ قَوْلًا سَدِيدًا. صَدَقَ اللهُ اْلعَظِيْمُ.

Teladan Ulama Menyikapi Pandemi, Khutbah Jum’at di Tengah Pandemi

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah

Dalam kondisi saat ini, mari tetap semangat untuk selalu meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala, dgn berusaha istiqomah menjalankan perintah-perintah Nya, menjauhi larangan-Nya serta kita sempurnakan dengan selalu bersyukur kepada Allah swt. Insya Allah dengan selalu beriman bertaqwa dan bersyukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala, kita termasuk golongan hamba-hamba Allah yang selamat dan bahagia fid diini wad dunya wal akhirah .. aamiin

Di musim wabah pandemi yg masih melanda ini, umat Islam tidak boleh membahayakan diri sendiri dan orang lain. Hal itu sesuai anjuran Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, konsep maqashidusy syari’ah dan kaidah ushul fiqih serta pengalaman sejarah masa lampau.

Allah berfirman dalam Surat Al-Baqarah Ayat 156 :

ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَٰبَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوٓا۟ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رَٰجِعُونَ

“(yaitu) orang2 yg apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”.
Peningkatan pesat wabah yg terjadi, timbul akibat perbuatan manusia sendiri, yg menyeleweng dari ketaatan, norma, nilai kemanusiaan dan aturan pemerintah. Salah satu Faktor adalah sikap manusia, yg cenderung membahayakan sesama manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Contohnya, ketidakpatuhan kita terhadap fatwa para ulama dan aturan pemerintah, kesombongan dan ego yg besar, agar diakui sbg orang yg paling berani dan tidak takut virus, mottonya hanya takut kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Jika konsisten dgn sikap dan keyakinannya tsb, maka dimanapun juga, mestinya jangan pakai masker, bilang saja, saya tidak takut kepada virus hanya takut kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Tetapi faktanya, ketika dijalan dan kantor pemerintahan, terlihat pakai masker, maka itu menunjukkan yakinnya setengah2, takut kena tilang dan denda kepolisian dan hilang jabatan.

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah

Ada riwayat hadits dari Abu Said al-Khudri Radhiyallahu Anhu (wafat 693 M, Madinah), Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:

أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّـى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : لَا ضَرَرَ وَلَا ضِرَارَ. مَنْ ضَارَّ ضَرَّهُ اللهُ وَمَنْ شَاقَّ شَقَّ اللهُ عَلَيْه.

“Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan orang lain. Siapapun yg membuat suatu bahaya, maka Allah akan membalasnya, dan siapapun membuat kesulitan atas orang lain, maka Allah akan menyulitkannya.” (HR. Imam Malik rahimahullah wafat 795 M, Jannatul Baqi’ Madinah. Imam Ad-Daruquthni rahimahullah wafat 995 M di Baghdad Irak. Imam Al-Hakim rahimahullah wafat 1012 M Naisabur, Iran dan Imam Al-Baihaqi rahimahullah wafat 1066 M Naisabur, Iran)

Ada juga maqolah, yg termaktub dalam kitab Al-‘Uqubat Fid Dunya, karya Imam Ibnu Abid Dunya rahimahullah (wafat 894 M di Bagdad), dari sahabat nabi sekaligus pernah menjabat gubernur kufah Irak, An-Nu’man bin Basyir Al-Anshory radliyallahu anhu (wafat 684 M di Syuriah), beliau berkata:

“Sesungguhnya kebinasaan yg paling binasa, adalah engkau berbuat kejelekan ketika turunnya bencana.”
Kalimat berbuat kejelekan, sebagian ulama memberikan penjelasan, termasuk ketidakpatuhan terhadap fatwa ulama dan pemerintah serta berbuat kemaksiatan secara terang2an.

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Mari kita mawas diri, dlm kondisi pandemi wabah yg belum berakhir, karena ketika banyak manusia menjaga diri, tetap masih ada yg memanfaatkan kondisi, yakni saling menyalahkan, mencaci maki, hasud, dan melanggar aturan yg ada, menyatakan paling baik paling beriman dan paling yakin diantara manusia yg beriman, dan lain2

Jika mengaku paling yakin dan ahli ibadah, lebih alim mana kita dgn para sahabat nabi yg mulia, Abu Ubaidah ibnu Al-Jarrah, Muadz bin Jabal bin Amer bin Aus al-Khazraji, Yazid bin Abi Sufyan bin Shakhr bin Harb bin Umayyah, Abu Yazid Suhail bin Amr, Abu Jandal Al-Ash bin Suhail, Dhiror bin al Azwar bin Malik ibn Aws bin Jadhimah Al-Asadi, Radhiyallahu Anhum dan puluhan sahabat lainnya, yg wafat akibat wabah thoun di syam atau Yordania pada tahun 639 M.

Teladan Ulama Menyikapi Pandemi, Khutbah Jum’at di Tengah Pandemi

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Jika ingin mengetahui bagaimana Kisah tentang ulama dan para wali Allah subhanahu wa ta’ala menyikapi wabah, silahkan kita membaca kitab Hilyatul Auliya’ wa Thabaqatul Asfiya’ (Perhiasan Para Wali dan Tingkatan Orang2 Suci), karya masyhur dari Al-Allamah Al-Muhaddits Al-Muarrikh Asy-Syaikh Abu Nu’aim al-Ashfahani Asy-Syafii (wafat 1038 Masehi di Isfahan Iran). Kitab itu terdiri atas 8 jilid besar, yg kini diterjemahkan menjadi 26 jilid.

Isinya, mengulas tentang hadits2 Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, dan dilengkapi dgn silsilah sanad yg panjang, sampai nabi, dan atsar para sahabat , ulama2 dari generasi tabi’in, tabiut tabi’in, serta para salik, ahli tasawuf, dan ahli ibadah, secara lengkap. Yang menjadi rujukan ilmu sejarah dan hadits hingga sekarang.

Dalam kitab ini, Imam Abu Nu’aim rahimahullah menulis dgn maksud, ingin memberikan pencerahan kepada umat. Sebab pada zaman itu, banyak pendusta yg secara terang2an mengaku diri sbg wakil Allah subhanahu wa ta’ala dan paling beriman serta paling Islami. Padahal, mereka hanya ingin popularitas di tengah masyarakat, demi menjaga keuntungan materinya, dan memperoleh pengakuan serta popularitas, ditengah ummat dan agar dianggap orang pemberani.

Juga dijelaskan dalam kitab tsb, ada sekelompok orang fasik, jahat, penghalal segala sesuatu, dan pengikut paham hulul, yg menisbatkan diri sbg ahli ilmu, ahli yaqin, kebajikan, ketakwaan, dan menggunakan simbol2 kemuliaan agama, sampai masyarakat awam tertipu penampilan mereka dalam menyikapi keadaan.
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Salah satu contoh sikap ulama tabiin senior, sebagaimana termaktub dalam kitab Ath-Thabaqatul Kubro, setebal 9 jilid, diterjemahkan menjadi 16 jilid, karangan Imam Ibnu Sa’ad al-Basri al-Hasyimi rahimahullah (wafat 845 M di Bagdad, Irak), yg menceritakan seorang ulama tabi’in yg zuhud, wara, hafal Al-Qur’an, ahli hadits serta gemar beribadah, bernama Imam Abu Masruq bin al-Ajda Al-Hamdani al-Wadi’i Al-Kufi rahimahullah (wafat 682 M, Algeria), yg selalu berdiam diri di dalam rumahnya, pada hari2 saat terjadinya wabah tha’un.

Terkait wabah yg melanda saat itu, Imam Masruq rahimahullah mengatakan, “Inilah hari2 untuk menjauh dari keramaian dan aku suka menyendiri untuk beribadah.”

Sementara istrinya dan muridnya yg bernama Imam Anas bin Sirrin, menceritakan, “Seringkali aku duduk di belakangnya sambil menangis melihat perbuatannya, ia salatnya panjang sampai bengkak kedua kakinya.”
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Hal senada juga sudah disampaikan seorang ulama besar ahli kesehatan, yg bergelar Bapak Kedokteran Modern Dunia, Syaikh Abu ‘Ali al-Husayn bin ‘Abdullah bin Sina atau terkenal dgn nama Ibnu Sina rahimahullah (wafat 1037 M di Hamedan, Iran). Sosok yg dikenal dunia Barat sbg Avicenna itu menegaskan, kepanikan adalah separuh dari penyakit. Sementara itu, ketenangan adalah separuh obat, sedangkan kesabaran adalah awal dari kesembuhan total. Tinggalkan kepanikan, tinggalkan kesombongan atas nama keyakinan, tetapi jangan luput dari berikhtiar. Sebab, dalam ajaran Islam, wabah memang berasal dari Allah subhanahu wa ta’ala, sebagaimana setiap peristiwa di langit dan bumi milik-Nya. Akan tetapi, wabah yg menimpa orang2 yg beriman dapat diartikan sbg rahmat atau kebaikan.

Ada juga kitab Badzlun Ma’un Fi Fadhlilt Tao’un, yg ditulis pada tahun 1416 M, karya Syaikhul Islam Al-Hafidz Al-Imam Amirul Mukminin ulumul hadits fi zamanihi Ibnu Hajar Al-Asqalani Asy-Syafii rahimahullah (wafat 1449 M, Kairo, Mesir) juga pengarang kitab Fathul Bari Syarah Shahih Bukhari dan kitab Bulughul Maram. Kitab Badzlun Ma’un Fi Fadhlilt Tao’un ini ditulis 623 tahun silam, setelah beliau kehilangan tiga putri kesayangannya, yg hafal Alquran semua, yakni Fathimah, Zeinah dan Ghaliyah. Kitab testimonial wabah ini, sekaligus hujjah bahwa, epidemi maupun endemi tidak hanya menimpa orang2 yg kafir maupun ahli maksiat, sebagaimana khayalan beberapa orang yg hafalan hadisnya tidak sampai seperempat, seperempat puluh atau bahkan seperempat-ratusnya Al-Hafidh Ibnu Hajar Al-‘Asqalani rahimahullah.

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Ada hadits riwayat Imam Hambali rahimahullah (wafat 855 M di Baghdad) dalam kitab Musnad Ahmad dan riwayat Imam Ad-Darimi rahimahullah (wafat 869 M di Oman) dalam kitab Sunan Ad-Darimi.

Seorang Sahabat nabi, Wabishah bin Ma’bad bin Malik bin ‘Ubaid Al-‘Asady Radhiyallahu Anhu ia berkata, “Saya datang kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, dan saya ingin agar tidak ada sesuatu, baik berupa kebaikan atau keburukan, kecuali aku telah menanyakannya pada beliau. Beliau bersabda:

يَا وَابِصَةُ, اسْتَفْتِ نَفْسَكَ، الْبِرُّ مَا اطْمَأَنَّ إِلَيْهِ الْقَلْبُ، وَاطْمَأَنَّتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ، وَالْإِثْمُ مَا حَاكَ فِي الْقَلْبِ، وَتَرَدَّدَ فِي الصَّدْرِ، وَإِنْ أَفْتَاكَ النَّاسُ

“Wahai Wabishah, mintalah petunjuk dari jiwamu. Kebaikan itu adalah sesuatu yg dapat menenangkan, dan menenteramkan hati dan jiwa. Sedangkan keburukan itu adalah sesuatu yg meresahkan hati, dan menyesakkan dada, meskipun manusia membenarkanmu”

Sekali lagi, ada bencana atau tidak, tetap tidak boleh bermaksiat, namun saat ini kita tetap harus saling menasehati dan mengingatkan dalam segala kondisi, karena nasehat yg baik, tetap relevan pada kondisi apapun, sebagaimana nasehat para ulama.

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Imam Ibnu Qayyim al-Jauzi rahimahullah (wafat 1350 M, Damaskus, Suriah) berkata dalam kitabnya Shoidul Khothir, yg mengutip pendapat Imam al-Haarits al-Muhaasibi rahimahullah (wafat 857 M Bagdad, Irak) dalam kitab Risaalatul Mustarsyidin : “Tidaklah merasakan kenikmatan maksiat, melainkan orang yg selalu lalai, adapun orang mukmin yg sadar, maka sesungguhnya ia tidak merasakan kenikmatan dari maksiat, karena ilmu dan akhlaknya, akan menghentikan perbuatan tersebut, bahwa perilaku maksiat adalah haram.

Seorang ulama besar pejuang Palestina dan Masjidil Aqsha, Syekh DR Mushtofa Husni as-Siba’i (wafat 1964 M di Syuriah) memberikan tips untuk menghindar dari maksiat dalam kitabnya Haakadzaa ‘Allamtanil Hayaat:

“Apabila dirimu tergerak melakukan maksiat maka ingatlah Allah. Apabila rasa itu belum hilang juga maka ingatlah akhlak seseorang (yang mulia). Apabila belum hilang juga maka ingatlah dgn terungkapnya maksiat tsb apabila orang2 mengetahuinya, apabila belum hilang juga maka ketahuilah saat itu juga engkau telah berubah menjadi binatang!”

Teladan Ulama Menyikapi Pandemi, Khutbah Jum’at di Tengah Pandemi

Demikian khutbah ini, Semoga bermanfaat…

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ, فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا, فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

KHUTBAH KEDUA

اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ, وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَاعِبَادَ اللهِ, اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ, لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِيْ كِتَابِهِ اْلعَظِيْمِ “يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ, وَكُونُوا مَعَ الصّٰدِقِينَ.”, صَدَقَ اللهُ اْلعَظِيْمُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ, عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ, وَعَلىَ اَلِهِ وَأًصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. وَٱلْحَمْدُ لِلَّٰهِ رَبِّ ٱلْعَالَمِينَ . اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِماَتِ, وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ, اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ, إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ, يَا قَاضِيَ اْلحَاجَاتِ.

اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Penulis: Al-Faqir Ahmad Zaini Alawi Khodim Jama’ah Sarinyala Kabupaten Gresik

Demikian Teladan Ulama Menyikapi Pandemi, Khutbah Jum’at di Tengah Pandemi. Semoga bermanfaat.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *