Rukun Puasa dan Penjelasannya. Berpuasa, selain harus menetapi syarat, juga harus menetapi rukun-rukunnya. Rukun adalah ketentuan yang harus dipenuhi dalam melakukan suatu pekerjaan/ibadah. Bila tidak terpenuhi maka ibadah/pekerjaan tersebut tidak sah.
Rukun puasa mencakup dua hal, diantaranya adalah :
Pertama, niat berpuasa.
Niat puasa wajib harus dilakukan di malam hari. Seperti puasa ramadan, harus dilakukan di malam hari. Hal ini didasarkan pada hadis Nabi saw :
مَنْ لَمْ يُبَيِّتِ الصِّيَامَ قَبْلَ طُلُوْعِ الْفَجْرِ فَلاَ صِيَامَ لَهُ
“Barangsiapa yang tidak niat puasa di malam hari sebelum fajar, maka tidak ada puasa baginya” (HR Daruquthni, ia menilainya sahih)
Adapun niat berpuasa ramadan adalah :
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ اَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هذِهِ السَّنَةِ ِللهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghodin ‘an adaa’i fardhi syahri romadhooni haadzihis sanati lillahi ta’ala
“Saya niat berpuasa esok hari untuk menunaikan fardhu di bulan Ramadhan tahun ini, karena Allah Ta’ala.”
Soal mengucapkan niat tersebut, sebagaimana kebiasaan masyarakat muslim di Indonesia yang bersama-sama mengucapkan niat puasa ramadan setelah shalat tarawih, adalah perkara yang baik. Hal ini didasarkan atas hadis Nabi saw :
عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِيْنَ قَالَتْ دَخَلَ عَلَيَّ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم ذَاتَ يَوْمٍ فقَالَ هَلْ عِنْدَكُمْ شَيْءٌ فَقُلْنَا لاَ قَالَ فَإِنِّي إِذَنْ صَائِمٌ
Aisyah berkata: Rasulullah صلى الله عليه وسلم datang kepada saya lalu bertanya: “Apa ada makanan? Kami menjawab “Tidak ada”. Rasulullah صلى الله عليه وسلم berkata: “Kalau begitu saya berpuasa” (HR Muslim No 1951)
Dalam hadis di atas terdapat penegasan dari Nabi saw dengan lafadz : “Kalau begitu saya berpuasa”. Inilah yang menjadi hujjah bahwa mengucapkan niat puasa dibolehkan.
Baca juga : Syarat Wajib dan Syarat Sah Puasa
Kedua, menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa.
Orang yang berpuasa harus mampu menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa, dimulai dari terbitnya fajar hingga waktu maghrib. Jika ia tak mampu menahan diri, maka puasanya batal.
Diantara hal-hal yang membatalkan puasa adalah makan dan minum disengaja, masuknya suatu benda dengan sengaja ke dalam perut dan kepala, dan pengobatan ke salah satu dua jalan (kemaluan depan belakang), muntah dengan sengaja, hubungan intim secara sengaja, keluar mani (sperma) sebab persentuhan, haid, nifas, gila, dan murtad.
Dalam hal ini Allah swt berfirman :
أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَىٰ نِسَائِكُمْ ۚ هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ ۗ عَلِمَ اللَّهُ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَخْتَانُونَ أَنْفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنْكُمْ ۖ فَالْآنَ بَاشِرُوهُنَّ وَابْتَغُوا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ ۚ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ۖ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ ۚ وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ ۗ تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ آيَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ
“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.” (Q.S. Al-Baqarah : 187)
Demikian Rukun Puasa dan Penjelasannya. Semoga bermanfaat. (An)
_____________________
Sumber :
- Matan Ghayah wa Taqrib
- Buku Praktis Ramadhan karya Ustad Ma’ruf Khozin