Penjelasan Syekh Alawi al-Maliki tentang Amalan di Malam Nisfu Sya’ban

Nisfu Sya'bann

Sebagaimana biasanya pada malam Nisfu Sya’ban, banyak kita temui di beberapa masjid masyarakat Nusantara selepas Shalat Maghrib berjamaah, mereka bersama-sama membaca Al-Qur’an Surat Yasin 3 kali, lalu berdoa dengan doa Nisfu Sya’ban dengan harapan agar hajatnya dikabulkan oleh Allah dan kebaikan dunia akhirat.

Amalan seperti itu tidaklah diharamkan dalam agama, karena masuk dalam kategori bertawsshul dengan amal salih. Sebagaimana dijelaskan oleh Sayyid Muhammad bin Alawi al Maliki al Hasanirahimahullah dalam kitabnya yang khusus membahas tentang bulan Sya’ban berjudul “Syahru Sya’ban Maadza Fiiha”, Beliau mengatakan; “Membaca surah yasin dengan niat meminta kebaikan dunia dan akhirat atau membaca al quran seluruhnya sampai khatam semua itu tidak diharamkan juga tidak dilarang.”

Bacaan Lainnya

Ada sebagian kalangan yang menganggap bahwa amalan seperti itu adalah haram, dilarang. Mereka mengatakan: “Orang-orang awam apa yang mereka lakukan mulai dari membaca Surah Yasin 3 kali, satu kali agar niat panjang umur disertai kemampuan untuk taat. Kedua kali dengan niat agar dijaga dari keburukan dan dilapangkan rezekinya, ketiga kali dengan niat agar hati menjadi tenang tentram dan husnul khatimah. Kemudian melakukan Shalat Hajat disela sela doa. Dikatakan bahwa semua itu adalah tidak ada dasarnya dan tidak sah shalat kecuali dengan niat ikhlas kepada Allah bukan semata mata tujuan tertentu”

Maka aku menjawab: “Sesungguhnya tuduhan seperti ini dengan sendirinya bathil (tidak benar). Dugaan seperti ini akan menutupi karunia Allah dan rahmatnya.”

Dan yang benar adalah amalan seperti ini tidaklah di larang sama sekali selamanya. Mulai dari membaca Al-Quran, wirid-wirid zikir, doa-doa untuk tujuan bersifat duniawiah atau permintaan setiap orang, hajat-hajat, dan cita-cita setelah mengikhlaskan niat kepada Allah pada semua itu. Maka adapun syaratnya adalah Ikhlasnya niat melakukan karena Allah SWT. Dan niat ini memang dituntut di segala ibadah dan perbuatan mulai dari Shalat, Zakat, Haji, berjihad, berdoa, dan membaca al quran. Maka sahnya amal harus dibarengi niat ikhlas kepada Allah SWT. Dan ini memang dituntut tidak dikhilafkan didalamnya. Bahkan jika suatu amalan tidak dibarengi ikhlas karena Allah maka ia tertolak sebagaimana firman Allah :

 

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ … الآية

 

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama. (QS. Al-Bayyinah : 5)

Akan tetapi tidak ada yang melarang seseorang menambahkan pada amalnya beserta niat ikhlas kepada Allah juga permintaan-permintaan atau hajat-hajatnya yang bersifat agama dan duniawiah, materi ataupun tidak materi, yang tampak ataupun yang bathin. Dan siapa saja yang membaca Surah Yasin atau lainnya dari surah-surah al quran lillah ta’aala mengharap keberkahan di dalam umurnya, keberkahan didalam hartanya, keberkahan didalam sehatnya, maka sesungguhnya semua itu tidak berdosa baginya melakukannya. Karena ia menempuh jalan kebaikan dengan syarat tidak meyakini amalan tersebut secara khusus disyariatkan. Maka ia membaca surah Yasin tiga 3 kali, 30 kali atau 300 kali, bahkan ia membaca Al-Quran sampai khatam pun ikhlas karna Allah SWT. Serta mengharap hajatnya dikabulkan, keinginannya ditunaikan, kesusahannya dihilangkan, penyakitnya disembuhkan dan hutang-hutangnya dilunaskan.

Maka apa semua itu pantas dianggap berdosa sedangkan Allah menyukai hamba yang meminta-minta kepadanya segala sesuatu? Maka ia hadapkan kepada Allah dengan bacaan surah yasin atau sholawat kepada nabi saw. Tidaklah itu melainkan hanya sebagai perantara dalam bertawassul dengan Amal amal saleh. Dan tiada seorangpun dari umat islam yang mengkhilafkan tawassul dengan amal saleh.

Maka siapa saja yang ia berpuasa, sembahyang atau membaca Al-Qur’an dan bershodaqoh maka sesungguhnya ia bertawasshul dengan shalatnya, puasanya, bacaanya dan sedekahnya. Bahkan ia lebih diaharapkan dikabulkan.

Sebagaimana dalam hadits Sahih, hadits yang menceritakan tiga orang yang terjebak didalam Gua. Lalu satu orang bertawashul dengan perbuatan baiknya dengan orang tua, yang kedua bertwashul dengan menjauhi perbuatan buruk, dan yang ketiga bertwashul dengan amanahnya dengan menjaga harta orang lain dan menunaikannya dengan sempurna. Kemudian Allah mengabulkan doa mereka sehingga mereka terbeaskan dari gua tersebut. Inilah satu macam dari Tawassul yang mana oleh ibnu Taimiyah dijelaskan secara rinci dalam kitabnya ” Qaa’idah jaliilah fit tawassul wal wasiilah “.

Dengan ini jelas sudah amalan Nisfu Sya’ban termasuk amalan yang dibolehkan bahkan dianjurkan dalam agama, bertawassul dengan amal-amal saleh.

Adapun doa yang biasanya dibaca dalam nisfu sya’ban setelah membacan Yasin 3 kali yaitu:

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحَمٰنِ الرَّحِيْمِ ۞ الّحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ ۞ وَصَلَّى اللهُ عَلٰى سَيّـِدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ ۞ اللّٰهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَلَا يُمَنُ عَلَيْهِ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ، يَا ذَا الطَّوْلِ وَالْإِنْعَامِ، لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ ظَهْرَ اللَّاجِئِيْنَ، وَجَارَ َالْمُسْتَجِيْرِيْنَ وَمَأْمَنَ الْخَائِفِيْنَ ۞ اللّٰهُمَّ إِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنِيْ (كَتَبْتَنَا) عِنْدَكَ فِيْ أُمِّ الْكِتَابِ شَقِيًّا (اَشْقِيَاءَ) أَوْ مَحْرُوْمًا (مَحْرُوْمِيْنَ) أَوْ مَطْرُوْدًا (مَطْرُوْدِيْنَ) أَوْ مُقَتَّرًا عَلَيَّ (مُقَتَّرًا عَلَيْنَا) فِي الرِْزْقِ، فَامْحُ اللّٰهُمَّ بِفَضْلِكَ شَقَاوَتِيْ (شَقَاوَتَنَا) وَحِرْمَانِيْ (وَحِرْمَانَنَا) وَطَرْدِيْ (وَطَرْدَنَا) وَإِقْتَارَ رِزْقِيْ (رِزْقِنَا) وَأَثْبِتْنِيْ (وَأَثْبِتْنَا) عِنْدَكَ فِيْ أُمِّ الْكِتَابِ سَعِيْدًا (سُعَدَاءَ) مَرْزُوْقًا (مَرْزُوْقِيْنَ) مُوَفَّقًا (مُوَفَّقِيْنَ) لِلْخَيْرَاتِ ۞ فَإِنَّكَ قُلْتَ وَقَوْلُكَ الْحَقُّ، فِيْ كِتَابِكَ الْمُنْزَلِ، عَلٰى لِسَانِ نَبِيّـِكَ الْمُرْسَلِ : يَمْحُو اللهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ ۞ إِلٰهِيْ (إِلٰهَنَا) بِالتَّجَلّـِی الْأَعْظَمِ، فِيْ لَيْلَةِ النّـِصْفِ مِنْ شَهْرِ شَعْبَانَ الْمُكَرَّمِ، الَّتِيْ يُفْرَقُ فِيْهَا كُلُّ أَمْرٍ حَكِيْمٍ وَيُبْرَمُ، أَسْأَلُكَ أَنْ تَكْشِفَ عَنَّا مِنِ الْبَلَاءِ مَا نَعْلَمُ وَمَا لَا نَعْلُمُ، وَمَا أَنْتَ بِهِ أَعْلَمُ، إِنَّكَ أَنْتَ الْأَعَزُّ الْأَكْرَمُ ۞ وَصَلَّى اللهُ تَعَالٰى عَلٰى سَيّـِدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى ألِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ ۞ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ ۞

 

Doa ini oleh sayyid Alawi al Maliki telah ditunjukkan kepada para masyaayikh guru-guru beliau dari ulama hadits dan fiqih, mereka semua memastikannya dan membenarkannya. Dalam hadits pun doa ini ditemukan dalam hadits mauquf dalam kitab al Mushannaf libni abi Syaibah dan ibnu abu dunya dalam ad du’a :

 

عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ ، قَالَ : مَا دَعَا قَطُّ عَبْدٌ بِهَذِهِ الدَّعَوَاتِ إِلَّا وَسَّعَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي مَعِيشَتِهِ : ” يَا ذَا الْمَنِّ ، فَلَا يُمَنَّ عَلَيْكَ , يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ ، يَا ذَا الطَّوْلِ وَالْإِنْعَامِ ، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ , ظَهْرُ اللَّاجِئِينَ وَجَارُ الْمُسْتَجِيرِينَ وَمَأْمَنُ الْخَائِفِينَ , إِنْ كُنْتَ كَتَبْتنِي عِنْدَكَ فِي أُمِّ الْكِتَابِ شَقِيًّا فَامْحُ عَنِّي اسْمَ الشَّقَاءِ , وَأَثْبِتْنِي عِنْدَكَ سَعِيدًا مُوَفَّقًا لِلْخَيْرِ فَإِنَّكَ تَقُولُ فِي كِتَابِكَ يَمْحُو اللَّهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ

(سورة الرعد، ١٣ : ٣٩)

 

Inilah keyakinan kita, manhaj Ahlussunah wal jamaah. Semoga manfaat,

Wallahu a’lam bishowwab.

 

Muhammad Iqbal Mansyuri

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *