KH Muhammad Najih Maimoen dari Sarang Rembang dikenal sebagai seorang ulama’ ahli hadits dan ahli fiqh. Putra Kiai Maimoen Zubair ini seringkali dikenal keras dan tegas dalam menjelaskan berbagai ketentuan syari’at. Lalu, bagaimana Gus Najih, panggilan akrabnya, ketika menjelaskan tentang Islam di Indonesia?
Ketika memberikan mau’idzoh hasanah dalam acara Maulidiyyah Mutakhorrojin & Mutakhorrijat Ribath Darusshihain Kudus, 6 Desember 2018, Gus Najib menjelaskan sejarah singkat tentang kuatnya Islam di Indonesia sejak era kolonial Belanda hingga belakangan ini.
“Kiai Ali Maksum Krapyak, putra Mbah Maksum Lasem, pernah bercerita bahwa orang sekuler pernah melakukan penelitian terkait pengaruh Belanda di Indonesia, yang selama 350 tahun menjajah, tidak begitu berpengaruh banyak dalam kristenisasi,” tegas Gus Najih.
“Ada dua hal yang membuat masyarakat Indonesia, tidak terpengaruh ulah jahat mereka untuk keluar dari Islam. Pertama, ngaji turutan yang selalu diajarkan di kampung-kampung, sehingga ketika percobaan kristenisasi diserangkan, Allah menjaga imannya. Kedua, pembacaan Maulid Barzanjy di seluruh sudut negeri ini, cahaya dan berkahnya Nabi Muhammad saw, mampu membentengi Iman muslim Indonesia dari serangan serangan pemurtadan masal kala itu,” lanjut Gus Najih.
Gus Najih juga menambahkan satu point lagi, yakni keberadaan pesantren yang berdiri di Nusantara, pengaruhnya dalam menjaga aqidah bangsa ini, mampu membentengi pengaruh busuk kristenisasi.
“Mengadakan peringatan Maulid Nabi Muhammad saw, adalah bentuk pelepasan diri dari tradisi Syiah, sekaligus menjauhkan diri dari paham ekstrim Wahabi. Juga menjaga aqidah dari pengaruh buruk kafir dan para munafiq. Wallahu A’lam, Semoga bermanfaat,” pungkas Gus Najih. (rd)