بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله الذي جعل التقوى وقاية للمسلمين من عذاب الدنيا والآخرة، وجعلها ميزانا لمعرفة أكرم الناس. أشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أن محمدا رسول الله. أرسله ليخرج الناس من الظلمات إلى النور. اللهم صل عليه وعلى آله وصحابته أجمعين وسلم.
أما بعد فيا عباد الله، رحمكم الله، اجعلوا التقوى أكبر هممكم في هذه الحياة القصيرة، واعملوا الصالحات لتكون حياتكم حياة مرضية، لا مجرد اختلاف الأيام والليالي والعمر في تلاش ونفاد، فجاءكم الموت وأنتم في غفلة ساهون. فقد قال سبحانه: ﴿قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا؛ الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا؛ أُولَئِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ وَلِقَائِهِ فَحَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فَلَا نُقِيمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْنًا. ذَلِكَ جَزَاؤُهُمْ جَهَنَّمُ بِمَا كَفَرُوا وَاتَّخَذُوا آيَاتِي وَرُسُلِي هُزُوًا﴾ [الكهف: 103 – 106].
Hadlirin Jama’ah Jum’at yang dimuliakan Allah SWT
Orang beriman semestinya menjalani hidupnya secara sungguh-sungguh dan kreatif. Hidup manusia di dunia semestinya tidak hanya merupakan ulangan hari-hari tanpa penambahan arti. Sungguh-sungguh ditandai, antara lain, dengan adanya makna, adanya sesuatu yang diusahakan untuk dicapai atau cita-cita yang dikejar atau mimpi yang akan diwujudkan dalam kenyataan. Kreatif ditandai dengan usaha terus menerus untuk memperbaiki cara kerja sehingga hasilnya pun lebih baik.
Di dalam ayat di atas disebutkan tanda-tanda orang yang paling merugi dalam usahanya, tetapi tidak menyadarinya. Banyak orang yang perbuatannya tidak mempunyai arti, sedangkan mereka mengira telah melakukan perbuatan baik. Mereka merasa telah memberikan arti bagi kehidupan, tetapi sebenarnya melakukan kesia-siaan atau bahkan kerusakan.
Hal itu terjadi karena mereka gagal melihat tanda-tanda Tuhan mereka dan pertemuan dengan-Nya. Gagal di situ dinyatakan dengan kata kafarū (كفروا) yang berarti menolak, mengingkari, menutup diri, tak mau tahu dsb. Tanda-tanda Tuhan atau yang di dalam ayat di atas disebut آيَاتِ رَبِّهِمْ tidak hanya berarti wahyu Allah yang tertulis dan dapat dibaca sebagaimana yang ada di dalam mushaf Alquran. Tanda-tanda itu juga terpasang pada alam semesta, sejarah umat manusia dan diri manusia sendiri.
Membaca tanda-tanda Allah berarti mengingat ada-Nya. Allah tidak dapat dilihat dengan mata atau dicapai dengan indera-indera lainnya. Indera hanya menangkap benda-benda kasat, benda-benda materil, aksiden-aksiden. Allah bukan benda atau aksiden dan karenanya manusia hanya dapat menangkap tanda-tanda-Nya. Tanda bukan tujuan. Yang dituju dari sebuah tanda adalah sesuatu yang lain, yang tidak dapat dialami secara langsung.
Dengan melihat tanda-tanda atau bukti keberadaan Allah, orang menjadi bersungguh-sungguh dalam menjalankan kehidupannya. Orang beriman tidak main-main dalam menjalani kehidupannya karena ada Allah yang melihat, ada Allah yang mengawasi. Ada Allah yang akan meminta pertanggungjawaban.
Membaca tanda juga berarti melihat arah perjalanan. Ada petunjuk arah pada pergantian siang dan malam, pada lebah, pada gunung, pada unta, pada semut, pada hamparan bumi, pada diri manusia sendiri.
Hadlirin Jama’ah Jum’at yang dimuliakan Allah SWT
Pergantian siang dan malam mengingatkan akan keterbatasan kesempatan manusia untuk menjalani kehidupan. Karena itu orang mesti memanfaatkan kesempatannya dengan sebaik mungkin. Di situ juga ada banyak rahasia yang dapat dimanfaatkan untuk membuat kemampuan manusia semakin besar. Keteraturan kerja alam telah mendorong ilmuwan alam untuk menemukan tabiat alam dan dengan itu diciptakan teknologi yang membuat manusia mengatasi keterbatasan pembawaan badaniahnya. Sarana transportasi, alat-alat komunikasi, alat-alat produksi dan sebagainya dihasilkan dengan dukungan pengetahuan yang cukup mengenai tabiat alam.
Gunung juga merupakan tanda perjalanan. Pengetahuan manusia mengenai terciptanya gunung-gunung dan hubungannya dengan lingkungan di sekitarnya menunjukkan bahwa alam tidak abadi. Alam berubah entah dengan kerja alam sendiri, entah dengan keterlibatan manusia, entah karena gabungan keduanya. Karena itu manusia semestinya tidak berbuat membiarkan kerusakan terjadi atau bahkan terlibat dalam perusakan.
Keberadaan tumbuh-tumbuhan dan hewan juga merupakan tanda perjalanan yang kalau diperhatikan akan menunjukkan ke arah mana manusia akan menuju: menjadi bagian aktif dalam perjalanan alam dan semua yang ada di dalamnya.
Selanjutnya ayat tadi menyebut bahwa orang-orang yang gagal membaca tanda-tanda Tuhan dan pertemuan dengan-Nya itu perbuatan-perbuatan mereka terhapus (حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ), sehingga di akherat nanti tidak dapat ditimbang lagi atau tidak ada bobot kebaikannya (فَلَا نُقِيمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْنًا). Mengapa? Karena pandangannya hanya terbatas pada kehidupan yang pendek ini. Makna perbuatannya hanya terbatas dalam kehidupan dunia. Sudah barang tentu ia tidak akan mempunyai apa-apa di akherat nanti.
Hadlirin Jama’ah Jum’at yang dimuliakan Allah SWT
Kenikmatan yang segera tidak lagi mempunyai makna di masa datang. Ibarat makan, ketika yang dituju hanya kenikmatan lidah, nilai makanan yang dimakan akan hilang dalam beberapa saat. Akan tetapi, kalau makan dimaksudkan untuk mendapat kekuatan jasmani dan dengan itu orang dapat melakukan perbuatan yang bermanfaat dalam jangka panjang, nilai makanan yang dimakan akan bertambah panjang. Makan yang hanya berhenti pada konsumsi akan habis musnah, sedangkan makan yang dimaksudkan untuk investasi akan terpanjangkan maknanya.
جَعَلَناَ الله ُ وَإيَّاكُمْ منَ الْفَائِزِيْنَ الآمَنِيْنَ وَأَدْخَلَنَاَ وَإيَّاكُم ْ فِيْ زُمْرَةِ الصَالِحِينَ وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الّراحِمِيْنَ
Khutbah II
الحمد لله الذي هدانا لهذا، وما كنا لنهتدي لولا أن هدانا الله. أشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أن محمدا رسول الله. اللهم صل وسلم على محمد وعلى آله وصحبه أجمعين.
أما بعد، فيا عباد الله رحمكم الله اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون.
وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اللهم صل على نبيك ورسولك محمد وعلى آله وصحبه أجمعين وسلم. وارحمنا معهم يا أرحم الراحمين. اللهم اغفر لنا ولجميع المسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات. إنك سميع قريب مجيب الدعوات. اللهم انفعنا بما علمتنا وعلمنا ما ينفعنا وزدنا علما. الحمد لله من كل حال ونعوذ بالله من حال أهل النار. ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار. والحمد لله رب العالمين
(Penulis: Prof KH Muhammad Machasin, Mustasyar PBNU)