NU dan Muhammadiyah Diusulkan Dapat Nobel Perdamaian

nobel perdamaian

NU dan Muhammadiyah terbukti mampu menjadi penyangga dalam menjaga Indonesia. Makanya, kedua ormas ini diusulkan menjadi nominasi Nobel Perdamaian. Keduanya memang layak masuk dan memperoleh nobel perdamaian.

Demikian ditegaskan Peneliti Lakpesdam NU DIY, Dr Ali Usman, ketika dihubungi Bangkitmedia.com, Kamis (24/01).

“Ini terobosan, hal yang baru, karena (nominasi) nobel perdamaian biasanya person/individu. Kali ini ormas Islam, NU dan Muhammadiyah, yang memang layak masuk dan memperoleh nobel perdamaian dunia,” tegas Ali yang juga Dosen UIN Sunan Kalijaga.

Dalam konteks meraih nobel perdamaian ini, lanjutnya, NU telah mampu merespons perkembangan zaman hingga melahirkan ragam pemikiran kontemporer, seperti persoalan gender, Islam Nusantara, fikih disabilitas, lingkungan dan SDA, dan lain-lain.

“Di bidang politik, NU berkontribusi dalam mengawal era transisi demokrasi reformasi 1998 lewat peran Gus Dur; ada juga KH. Imam Aziz yang berkontribusi dalam rekonsiliasi kultural eks 1965. NU dan filantropi ada NU Care-LazizNU, Koin NU, NU Peduli dan LPBI NU,” tuturnya.

Di bidang pendidikan, kata Ali, NU memiliki ribuan pesantren dan lembaga pendidikan yang berafiliasi langsung (secara struktural di bawal LP Ma’arif) maupun tidak langsung (kultural) dengan NU. Di bidang sosial, NU aktif melakukan advokasi dan pembelaan kepada kelompok-kelompok minoritas seperti Syiah, Ahmadiyah, hingga penjagaan rumah ibadah non muslim oleh Banser.

“Sedangkan di level internasional, NU juga terlibat dan berkontribusi dalam inisiatif-inisiatif perdamaian dunia (konflik Israel-Palestina), seperti yang pernah dilakukan Gus Dur dan yang terbaru Gus Yahya; selain itu juga, peran media, dalam hal ini NU Online juga berperan meredam kelompok ekstrimis keagamaan lewat counter terhadap konten hoaks dan provokasi jihadis,” tegasnya.

Selain Ali Usman, peneliti NU yang terlibat adalah Hairus Salim HS, sosok intelektual NU yang berkiprah luas dalam jejaring nasional.

nu muhammadiyah

Sebelumnya, sebagaimana dilaporkan NU Online, Guru Besar Antropologi Universitas Boston Amerika Serikat Robert W Hefner telah mengajukan nominasi penghargaan Nobel Perdamaian bagi dua organisasi Islam di Indonesia Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah pada 4 Januari 2019 dan sudah diterima panitia nobel.

Menurut profesor yang juga dikenal sebagai Indonesianis ini, peran besar Muhammadiyah dan NU yang terabaikan di luar negeri kini mulai diperhatikan bahkan keduanya disebut cukup layak mendapat Nobel karena kontribusinya dalam membangun demokrasi dan perdamaian di Indonesia.

Indonesia, kata Hefner, tidak sekadar dipandang sebagai negara paling demokratis di Asia Tenggara. Bahkan, Indonesia disebut negara paling demokratis di antara negara-negara dunia ketiga (nonblok).

“Level itu merupakan buah dari perjuangan Muhammadiyah dan NU. Reformasi pendidikan Islam yang diimpikan dari sebagian besar Muslim dunia, sudah kedua lembaga itu lahirkan di Indonesia sejak lama,” kata Hefner. (red)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *