Najib Azca Dosen UGM yang Jadi Wasekjen PBNU 2022-2027.
Salah satu wakil sekretaris jendral PBNU 2022-2027 adalah Dr Muhammad Najib Azca. Beliau adalah dosen Sosiologi Universitas Gajah Mada (UGM). Najib, sapaan akrabnya, mengisahkan terpilihnya dirinya sebagai Wasekjen PBNU dalam cerita yang unik dan menarik.
Mari kita kita simak langsung diceritakan Najib Azca sendiri dalam status facebooknya, 16 Januari 2022.
Dadi ‘Bolo Dupak’ di PBNU.
Selasa, 11 Januari 2022, pukul 13.47 WIB sebuah pesan WA masuk ke ponselku. Karena nomor dan nama pengirim tidak dikenal maka kuabaikan saja. Apalagi waktu itu aku sedang nyetir mobil dalam perjalanan bersama keluarga dari Solo menuju Jogja.
Sore jam 15an ketika sudah santai di rumah baru kubuka pesan itu. Isinya: undangan menghadiri acara TA’ARUF pada keesokan harinya, Rabu, 12 Januari 2022, pukul 10.00 WIB di Aula Lantai 8 PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta Pusat. Tertulis sebagai pengundang adalah KH. Miftachul Akhyar, Rais Aam, dan KH. Yahya Cholil Staquf, Ketua Umum.
Karena merasa bingung mendapat undangan dari nomor tidak kukenal (yang menamakan diri Alex), maka pesan itu ku-screenshot dan kukirimkan kepada sahabatku Gus Ipul, Saifullah Yusuf. Pesan itu kukirim pada pukul 15.23 WIB dengan kusertai teks pendek: Guspul, kok aku diundang acara Taaruf PBNU. Benarkah? Ada apa nih?
Tak lama kemudian Gus Ipul membalas pesanku dengan menelpon. “Waah, mantab itu. Berarti Pak Azca masuk ke PBNU, hahaha.” Dia membenarkan bahwa Alex atau Ishfah Abidal Aziz memang petugas di sekretariat PBNU.
Aku yang bingung dan gelagapan lantas merespon dengan berondongan pertanyaan: “Lho kok masuk PBNU gimana? Kok gak ada info sebelumnya? Aku diminta membantu jadi apa?”
Gus Ipul mengatakan tidak tahu persis karena soal kepengurusan baru PBNU itu sepenuhnya wewenang Ketum dan Rais Aam PBNU. “Jadi hanya beliau-beliau yang tahu,” tukasnya sambil terus bersuara riang seperti lazimnya.
Karena masih penasaran maka screenshot pesan itu pun kukirim kepada Gus Yahya Cholil Staquf, Ketum PBNU. Pukul 17.03 WIB pesan kukirim kepada beliau dengan pesan pendek: Gus, aku kok diundang acara Taaruf PBNU. Piye kih? Perlu hadir kah? Perlu arahan Ketum sik kih…
Sekitar 1 jam kemudian pesanku dibalas pendek: harus.
Aku makin bingung dengan jawaban itu. Maka ketika kulihat beliau sedang online segera kutelpon. Alhamdulillah panggilanku diangkat. Segera kuberondong beliau dengan sejumlah pertanyaan: Kenapa harus berangkat? Aku diberi tugas apa di PBNU?
Gus Ketum menjawab dengan datar, agak guyon tapi tegas: kalau mau bergabung ya besok harus datang. “Soal posisi itu tergantung nanti. Kalau besok nggak mau datang ya dicoret dari daftar, hehe…“
Hahaha. Jinguk kih
Setelah berdiskusi sebentar dengan istri maka kuputuskan untuk berangkat ke Jakarta besok paginya. Segera kucari tiket pesawat besok pagi ke Jakarta sehingga bisa sampai jam 10an di kantor PBNU.
Begitulah. Hingga akhirnya tiba saat pengumuman pengurus baru PBNU masa khidmah 2022-2027 pada pukul 11-an aku baru tahu ternyata diberi tugas sebagai wakil sekjen PBNU. Sebagai Sekjen PBNU adalah Gus Ipul yang hingga sore sehari sebelumnya tidak tahu bahwa aku akan menjadi wakilnya—bersama dengan 20 orang wakil sekjen lainnya.
Bagaimana rasanya menjadi ‘bolo dupak’ di PBNU?
Sebagai orang yang selama ini mendefinisikan diri sebagai ‘nahdliyyin pinggiran’, aku merasa terhomat diberi tugas dan kepercayaan di PBNU. Rasanya makjleb. Namun, bersamaan dengan itu muncul rasa tanggungjawab besar untuk berkhidmah di jamiyyah para ulama—meneruskan jejak perjalanan Bapak, Bue dan Simbah-Simbahku di Pekalongan yang juga berkhidmah di NU.
Aku menyebut diri sebagai ‘bolo dupak’ alias pemain figuran dalam pentas ketoprak yang tugasnya meramaikan pentas saja (antara lain melalui didupak alias ditendang) ketimbang menjadi pemeran utama. Demikianlah memang diriku yang bukan kyai, bukan tokoh agama dan bukan siapa-siapa; hanya guru kecil di UGM.
Kebetulan selama ini aku punya perhatian dan pengalaman riset dan advokasi dalam isu pluralisme, resolusi konflik dan perdamaian. Kebetulan pula saat ini aku sedang diberi kepercayaan menjadi kepala Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian (PSKP), sebuah lembaga riset di bawah Rektor UGM. Barangkali dengan modal itu aku bisa memberi sumbangan kecil bagi perwujudan kredo NU dalam memasuki Abad Kedua: Membangun Kemandirian dan Perdamaian Dunia.
Kebetulan pula saat ini aku juga diberi kepercayaan menjadi anggota Penasehat Ahli di Forum Rektor Indonesia (FRI) yang saat ini diketuai oleh Prof. Panut Mulyono, Rektor UGM. Tugas tersebut sudah kuampu sejak kepemimpinan FRI sebelumnya di bawah Prof. Arif Satria, Rektor IPB. Sehingga mungkin aku bisa menjadi sekrup kecil yang menyambungkan jam’iyyah besar NU dengan perguruan tinggi di Indonesia maupun di dunia internasional.
Mohon dukungan dan doa dari segenap sahabat agar aku bisa menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya.
Bismillah, semoga berkah…
Muhammad Najib Azca, Dosen Sosiologi UGM, Wakil Sekjen PBNU 2022-2027.
Demikian tentang kisah Najib Azca Dosen UGM yang Jadi Wasekjen PBNU, semoga bermanfaat. (red)