Meraih Kemenangan Bersama

hari raya

Oleh : H. M. Syukron Maksum, S.Pd.Si, M.Pd

اَللّٰهُ أَكْبَرُ. اَللّٰهُ أَكْبَرُ. اَللّٰهُ أَكْبَرُ. اَللّٰهُ أَكْبَرُ. اَللّٰهُ أَكْبَرُ. اَللّٰهُ أَكْبَرُ. اَللّٰهُ أَكْبَرُ. اَللّٰهُ أَكْبَرُ. اَللّٰهُ أَكْبَرُ. اَللّٰهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اَللّٰهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا لَاإِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَاللّٰهُ أَكْبَرُ اَللّٰهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ

Bacaan Lainnya

اَلْحَمْدُ لِلّٰه. اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. أَلَّذِي أَكْرَمَنَا بِخِتَامِ رَمَضَانَ. وَمَنَّاعَلَيْنَا بِالتَّوْفِيْقِ لِلصِّيَامِ وَالْقِيَامِ. أَحْمَدُهُ تَعَالَى وَأَشْكُرُهُ وَاَتُوْبُ إِلَيْهِ وَاسْتَغْفِرُهُ. أَشْهَدُ اَنْ لَاإِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ وَفَّقَ مَنْ شَآءَ مِنْ عِبَادِهِ لِطَاعَتِهِ. وَكَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُوْرًا وَحَظُّهُمْ مَوْفُوْرًا. وَأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَفْضَلُ مَنْ صَلَّى وَصَامَ. وَاَشْرَفُ مَنْ تَجَهَّدَ وَقَامَ. صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِهِمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّابَعْدُ:

فَيَآ اَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ الْكِرَامِ أُصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللّٰهَ وَأَحَسُّكُمْ عَلَى طَاعَتِهِ وَاعْلَمُوْا أَنَّنَا فِى يَوْمٍ عَظِيْمٍ بَعْدَ أَنْ صُمْنَا فِي شَهْرِ رَمَضَانَ. وَقَالَ اَللّٰهُ تَعَالَى فِى كِتَابِهِ الْعَظِيْمِ أَعوُذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ: وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُ اللّٰهَ عَلَى مَاهَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ.

Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar, Walillahilhamd

Alhamdulillaah, segala puji hanya pantas dimiliki oleh Allah Ta’ala, yang masih berkenan memberikan kepada kita kenikmatan agung untuk bertemu kembali dengan Ramadhan, menyelesaikan Ramadhan, dan bertemu di Hari Raya Kemenangan yang penuh dengan keberkahan ini. Shalawat serta salam semoga tetap dan terus tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, serta, pengikut beliau, insya-Allah termasuk kita semua. Aamiin, allaahumma aamiin.

Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar, Walillahilhamd

Pada hari ini, tuntas sudah puasa kita. Ibadah puasa yang telah kita lakukan sebulan lamanya, bukan hanya telah menghapus dosa-dosa yang telah kita lakukan sehingga kita kembali ke fitrah, tetapi juga telah memberi pelajaran yang sangat berharga, baik dalam konteks hubungan manusia dengan Tuhan (hablum minallah) maupun dalam konteks hubungan manusia dengan manusia (hablum minannas). Melalui ibadah puasa Allah SWT ingin mengajarkan dan mendidik hamba-hamba-Nya agar memiliki kesalehan individu (spiritual) dan sekaligus kesalehan sosial. Keduanya tidak dapat dipisahkan atau ditinggalakan salah satunya.

Allah SWT berfirman dalam Surat Ali Imran ayat 112:

ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُواْ إِلاَّ بِحَبْلٍ مِّنْ اللّهِ وَحَبْلٍ مِّنَ النَّاسِ

“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali senantiasa menjaga hubungan baik dengan Allah dan menjaga hubungan baik dengan sesama manusia.”

Jadi dua jalur sekaligus yang harus senantiasa dijaga dan diperbaiki serta ditingkatkan, yakni baiknya hubungan dengan Allah dan juga dengan sesama manusia. Allah Maha Penyayang dan Pengampun, tentu akan lebih mudah menjaga hubungan dengan-Nya. Sedangkan manusia dipenuhi oleh sifat-sifat yang beraneka rupa dan tak terduga serta cenderung memenangkan ego mereka sendiri, maka menjaga hubungan dengan manusia terasa lebih rumit. Untuk itu diperlukan ikhtiar yang keras sepanjang hidup untuk berbuat baik dan mengabdi demi kemaslahatan manusia.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahil Hamd

Jamaah Shalat Idul Fitri yang berbahagia, rasanya kita perlu mendefinisikan ulang kata keajaiban. Jika kebanyakan menganggap bahwa keajaiban adalah keuntungan bagi dirinya sendiri, semisal tiba-tiba mendapat bonus undian, mendapat umrah gratis, mendapat beasiswa dan lain-lain yang dianggap sebagai keajaiban, maka hal itu perlu kita telisik lebih jauh lagi. Ada baiknya kita ubah persepsi bahwa keajaiban itu adalah ketika kita bisa menjadi jalan bagi orang lain untuk mendapatkan keberuntungan.

Maka keajaiban itu menjadi seperti ini: ketika kita melihat orang lain menang lomba karena kita bantu melatihnya, ketika ada orang kenyang karena kita beri makan, ketika ada orang sukses tersebabkan kita upayakan agar ia bisa memiliki kemampuan untuk menggapai kesuksesannya itu. Intinya, bagaimana kita bisa menjadi jalan bagi kebahagiaan, keberuntungan, dan kesuksesan orang lain. Itulah keajaiban.

Inilah wujud dari cinta kasih, sebagaimana yang diajarkan Nabi Muhammad SAW, cinta kasih kepada sesama manusia. Nabi Muhammad SAW bersabda:

(اِرْحَمُوْا مَنْ فِيْ الأَرْضِ يَرْحَمُكُمْ مَنْ فِيْ السَّمآءِ (رواه الطبران

“Sayangilah orang-orang yang ada di bumi, supaya engkau disayang oleh yang dilangit (para malaikat).” (HR. Thabrani)

Inilah pesan penting dari kewajiban membayar Zakat Fitrah. Zakat Fitrah adalah sarana untuk membangun cinta kasih, sekaligus menjadi simbol bahwa kasih sayang pada sesama manusia adalah keutamaan yang diinginkan Allah. Allah Maha Pengasih dan Penyayang, maka Dia ingin hamba-Nya juga menjadi pribadi yang memiliki cinta kasih pada sesama.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahil Hamd

Di hari yang penuh kemuliaan ini, kegembiraan yang diiringi takbir kemenangan membuncah ke alam raya. Takbir dan tahmid sahut menyahut di seantero dunia, sebagai ungkapan kebahagiaan dan rasa syukur kita atas segala karunia yang diberikan Allah SWT., sebagaimana firman-Nya dalam Surat Al-Baqarah ayat 185:

وَلِتُكْمِلُواْ الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُواْ اللّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Dan hendaklah kamu sempurnakan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”

Kumandang takbir – Allahu akbar, Allah Maha Besar – ini menyentil kita untuk tidak mengklaim bahwa kebenaran mutlak milik kita, sebagaimana yang kini sedang marak terjadi. Belum tentu lawan dari benar adalah salah, bisa jadi lawan dari kebenaran adalah kebenaran yang lain.

Kebenaran yang kita ketahui adalah persepsi. Sementara persepsi itu bisa jadi tidak sesuai dengan kenyataan, atau sesuai dengan kenyataan namun tidak mewakili secara keseluruhan. Dan sudah pasti bahwa kebenaran sejati itu hanyalah milik Allah, sedangkan kebenaran yang kita pegang adalah kebenaran berdasarkan persepsi kita masing-masing.

Artinya, semestinya kita berhenti untuk saling menyalahkan, mencaci maki dan menghujat pihak lain yang tidak sependapat dengan kita. Allah-lah yang paling benar, sementara kita bisa benar bisa salah. Bisa jadi pendapat kita benar, dan bisa jadi pula pendapat orang lain juga benar. Jadi tak perlu bersitegang, bermusuhan, saling menyalahkan, apalagi sampai mengabaikan rasa persaudaraan.

Saling menyayangi, menghormati, dan membantu adalah lebih menyenangkan, membuat hati tenteram, dan pemantik kebahagiaan sejati.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahil Hamd

Iringan takbir dan tahmid itu juga mengingatkan kita untuk senantiasa memegang konsep kehidupan untuk menang bersama, sama-sama menang, bukan menang-kalah. Dalam hidup memang selalu ada kompetisi, namun jika kita berpegang teguh untuk selalu menang bersama, maka semuanya akan tetap baik-baik saja.

Misalnya yang sedang bersaing untuk menjadi pemimpin. Tujuan utamanya tentu mengabdi dan melayani masyarakat. Maka dengan konsep sama-sama menang, bagi yang tidak terpilih sebagai pemimpin ia akan tetap mengabdi dan melayani masyarakat dengan cara yang lain. Misalnya dengan menjadi oposisi, mengkritik untuk membangun. Bisa pula berjuang melalui jalur ekonomi, pendidikan maupun kebudayaan. Pendek kata, ia tetap berada pada tujuan utamanya, yakni memperjuangkan masyarakat.

Jika konsep ini yang dipegang, maka tidak akan timbul rasa kebencian dan saling menyalahkan. Yang muncul adalah rasa persatuan, saling membantu dan menghargai, serta menghormati sebagai sesama anak bangsa, untuk kemaslahatan bersama. Rasulullah SAW telah mengajarkan:

(لَنْ تُؤْمِنُوْا حَتّى تَرْحَمُوْا, قَالُوا ياَ رَسُوْلَ اللهِ كُلُّناَ رَحِيْمٌ, قَالَ إِنَّهُ لَيْسَ بِرَحْمَةِ أَحَدِكُمْ وَلَكِنَّهَا رَحْمَةُ العاَمَّةِ.(رواه البخاري

“Tidak akan sempurna iman kalian sehingga kalian saling menyayangi. Para sahabat berkata: Ya Rasulullah, kami semua sudah saling menyayangi. Nabi SAW bersabda: Bahwa sayang yang dimaksud bukan sayang sekedar sayang kepada salah seorang diantara kamu, tetapi sayang (yang dimaksud) ialah sayang yang bersifat universal.” (HR. Bukhari).

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahil Hamd

Idul Fitri adalah momentum yang tepat untuk menyatukan diri, saling menyayangi dan menghormati. Belajar menerapkan sifat rahman dan rahim. Sehingga kemenangan ini bisa kita raih bersama. Bahagia bersama hingga ke surga kelak. Aamiin.

جَعَلَناَ الله ُوَإِياَّكُمْ مِنَ العاَئِدِيْنَ وَالفَآئِزِيْنَ وَأَدْخَلَناَ وَاِيَّاكُمْ فِيْ زُمْرَةِ عِباَدِهِ المُتَّقِيْنَ. قَالَ تَعَالَى فِيْ القُرْآنِ العَظِيْمِ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ . يُرِيْدُ اللهُ بِكُمُ اليُسْرَ وَلاَ يُرِيْدُ بِكُمُ العُسْرَ وَلِتُكْمِلُوْا العِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوْا الله َعَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ.

بَارَكَ الله ُلِيْ وَلَكُمْ فِيْ القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنيِ وَاِيّاَكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الذِّكْرِ الحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.

KHUTBAH KEDUA

الله اَكْبَرُ الله اَكْبَرُ الله اَكْبَرُ الله اَكْبَرُ الله اَكْبَرُ الله اَكْبَرُ الله اَكْبَرُ. الله أكبر كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً لاَ إِلَهَ إِلاّاَلله ُوَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لاَ إِلَهَ إِلاّاَلله ُوَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ المُشْرِكُوْنَ وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ وَلَوْكَرِهَ المُناَفِقُوْنَ. الحَمْدُ لِلّهِ حَمْداً كَثِيْرًا كَماَ أَمَرَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّ الله ُوَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ إِرْغاَماً لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الخَلَآئِقِ وَالبَشَرِ. صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ مَصَابِيْحَ الغُرَرِ.

أَمَّا بَعْدُ: فَيآأَيُّهاَالحاَضِرُوْنَ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَافْعَلُوْاالخَيْرَ وَاجْتَنِبُوْآ عَنِ السَّيِّآتِ. وَاعْلَمُوْآ أَنَّ الله َأَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّا بِمَلَآئِكَةِ المُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. فَقاَلَ تعالى فِيْ كِتاَبِهِ الكَرِيْمِ أَعُوْذُ باِلله ِمِنَ الشَّيْطاَنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَحِيْمِ. إِنَّ اللهَ وَمَلَآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيْ يَآأَيُّهاَالَّذِيْنَ آمَنُوْآ صَلُّوْآ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. فَأَجِيْبُوْآالله َاِلَى مَادَعَاكُمْ وَصَلُّوْآ وَسَلِّمُوْأ عَلَى مَنْ بِهِ هَدَاكُمْ. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصِحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. وَعَلَى التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. وَارْضَ الله ُعَنَّا وَعَنْهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الراَحِمِيْنَ.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِناَتِ وَالمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ الأَحْيآءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعُ قَرِيْبٌ مُجِيْبٌ الدَّعَوَاتِ. اللَّهُمَّ انْصُرْ أُمَّةَ سَيّدِناَ مُحَمَّدٍ. اللَّهُمَّ اصْلِحْ أُمَّةَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ. اللّهُمَّ انْصُرْ أُمَّةَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ. اللّهمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ. وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الدِّيْنَ. وَاجْعَلْ بَلْدَتَناَ إِنْدُوْنِيْسِيَّا هَذِهِ بَلْدَةً تَجْرِيْ فِيْهَا أَحْكاَمُكَ وَسُنَّةُ رَسُوْلِكَ ياَ حَيُّ ياَ قَيُّوْمُ. يآاِلهَناَ وَإِلهَ كُلِّ شَيْئٍ. هَذَا حَالُناَ ياَ الله ُلاَيَخْفَى عَلَيْكَ. اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنّاَ الغَلآءَ وَالبَلآءَ وَالوَبآءَ وَالفَحْشآءَ وَالمُنْكَرَ وَالبَغْيَ وَالسُّيُوفَ المُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَآئِدَ وَالِمحَنَ ماَ ظَهَرَ مِنْهَا وَماَ بَطَنَ مِنْ بَلَدِناَ هَذاَ خاَصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ المُسْلِمِيْنَ عاَمَّةً ياَ رَبَّ العَالمَيِنَ. اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالمُسْلِمِيْنَ وَأَهْلِكِ الكَفَرَةَ وَالْمُبْتَدِعَةَ وَالرَّافِضَةَ وَالمُشْرِكِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ. وَاجْعَلِ اللَّهُمَّ وِلاَيَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ. رَبَّناَ اغْفِرْ لَناَ وَلِإِخْوَانِناَ الَّذِيْنَ سَبَقُوْناَ بِالإِيمْاَنِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِناَ غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّناَ اِنَّكَ رَؤُوفٌ رَحِيْمٌ. رَبَّناَ آتِناَ فِيْ الدُّنْياَ حَسَنَةً وَفِيْ الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِناَ عَذَابَ النَّارِ وَالحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ العاَلمَيِنَ.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *