Makna Hakikat Idul Fitri di Masa Pandemi, Khutbah Hari Raya 2021.
Khutbah menarik ini ditulis oleh Ustadz Ahmad Munir, Sekretaris MWC NU Playen Gunungkidul.
Khutbah I: Makna Hakikat Idul Fitri di Masa Pandemi, Khutbah Hari Raya 2021.
أَللّٰهُ أَكْبَرُ (x۹)
كَبِيْرًا وَ الْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَ سُبْحَانَ اللّٰهِ بُكْرَةً وَ أَصِيْلاً. لَا إِلٰهَ إِلاَّ اللّٰهُ وَ اللّٰهُ أَكْبَرُ. أَللّٰهُ أَكْبَرُ وَ لِلّٰهِ الْحَمْدُ.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِى جَعَلَ الْأَعْيَادَ باِلْأَفْرَاحِ وَ السُّرُوْرِ وَ ضَاعَفَ لِلْمُتَّقِيْنَ جَزِيْلَ الْأُجُوْرِ، وَ كَمَّلَ الضِّيَافَةَ فِي يَوْمِ الْعِيْدِ لِعُمُوْمِ الْمُؤْمِنِيْنَ بِسَعْيِهِمِ الْمَشْكُوْرِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ الْعَفُوُّ الْغَفُوْرُ. وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ الرَّحِيْمُ الْمَشْهُوْرُ. صَلَّى اللّٰهُ عَلَى حَبِيْبِنَا وَ شَفِيْعِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى أٰلِهِ وَ أَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ كَانُوْا يَرْجُوْنَ تِجَارَةً لَنْ تَبُوْرَ وَ سَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا .
أَللّٰهُ أَكْبَرُ. لَا إِلٰهَ إِلاَّ اللّٰهُ وَ اللّٰهُ أَكْبَرُ. أَللّٰهُ أَكْبَرُ وَ لِلّٰهِ الْحَمْدُ.
أَمَّا بَعْدُ: فَيَا اَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ وَ الْمُسْلِمَاتُ رَحِمَكُمُ اللّٰهُ! أَوْصِيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللّٰهِ وَ طَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
Hadirin wal hadirat, jamaah sholat ‘Idul Fitri, rahimakumullah.
Segala puji dan syukur hanya milik Allah, ‘Azza wa Jalla, yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, dan kasih sayang-Nya kepada kita semua, sehingga pada kesempatan yang mulia ini, kita dapat bersama-sama menunaikan ibadah shalat ‘Idul Fitri.
Shalawat dan salam semoga tercurah-limpahkan kepada Baginda Rasul Muhammad SAW, Nabi panutan dan penuntun kita. Semoga kita termasuk umatnya yang mendapatkan syafa’atnya. Amin.
Selanjutnya, kami mengajak diri kami pribadi dan seluruh umat Islam untuk senantiasa menjaga, memelihara, dan meningkatkan kualitas iman dan taqwa kita kepada Allah SWT, sehingga kita akan digolongkan orang-orang yang beruntung dan mendapatkan kemenangan yang hakiki di dunia dan akherat. Sebagaimana firman Allah SWT:
وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ وَيَخْشَ اللّٰهَ وَيَتَّقْهِ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْفَاۤىِٕزُوْنَ ٥٢
Artinya: “Dan, barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya serta takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, mereka itulah orang-orang yang mendapatkan kemenangan.” (QS. An-Nur [24]: 52)
أَللّٰهُ أَكْبَرُ، وَ لِلّٰهِ الْحَمْدُ. أَللّٰهُ أَكْبَرُ، أَللّٰهُ أَكْبَرُ،
Kaum muslimin-muslimat yang dirahmati Allah.
Hari ini kita merayakan ‘Idul Fitri masih dalam suasana musibah pandemi Covid-19 yang telah setahun lebih melanda seluruh belahan bumi ini. Kesedihan dan keprihatinan tentu masih menggelayut dalam benak dan hati kita. Tetapi, apapun keadaannya keimananlah yang harus menguasai dan membimbing kita dalam menjalani kehidupan ini. Karena musibah, apapun bentuknya, semuanya dalam kuasa dan kehendak Allah. Allah Swt berfirman:
مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗوَمَنْ يُّؤْمِنْۢ بِاللّٰهِ يَهْدِ قَلْبَهٗ ۗوَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ
Artinya: “Tidak ada sesuatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. At-Taghabun [64]: 11)
أَللّٰهُ أَكْبَرُ، وَ لِلّٰهِ الْحَمْدُ. أَللّٰهُ أَكْبَرُ، أَللّٰهُ أَكْبَرُ،
Hadirin wal hadirat yang dimuliakan Allah Swt,
Sesungguhnya setiap syari’at ajaran Islam mengandung hikmah yang dapat diterjemahkan dalam setiap sisi kehidupan. Pun demikian dengan syari’at Idul Fitri. Ada beberapa hikmah yang dapat kita petik dari peristiwa Idul Fitri di tengah pandemi ini.
Pertama, ujian kesabaran. Hari ini dan waktu akhir-akhir ini menjadi ujian kesabaran yang nyata bagi kita. Biasanya kita merayakan Idul Fitri berkumpul bersama dengan keluarga, sanak-saudara, dan handai-taulan. Tapi, saat ini sebagian dari kita, anak kita, saudara kita, dan keluarga kita yang ada di perantauan banyak yang tidak bisa bersua secara fisik dengan kita. Jarak fisik ini terkadang menimbulkan keresahan batin bagi kita.
Belum lagi sebagian diuji sakit, perasaan was-was, keterbatasan mobilitas, dan beberapa kesulitan hidup lain yang timbul akibat pandemi ini. Hal ini benar-benar menjadi ujian kesabaran bagi kita. Allah Swt memberikan perintah:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ ١٥٣
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah [1]: 153)
Dalam kondisi seperti ini, kesabaranlah yang akan menentukan keberhasilan kita melewati ujian hidup. Sebab, sebagaimana dikatakan al-Habib Abdullah bin Alawy al-Haddad dalam kitab an-Nashaih ad-Diniyyah bahwa sabar merupakan sifat dan sikap yang dibutuhkan setiap mukmin dalam menjalani kehidupan ini. Baik ketika diuji musibah, saat melaksanakan ketaatan, ketika berusaha menjauhi kemaksiatan, dan saat mengendalikan hawa nafsu, semuanya membutuhkan sabar sebagai piranti kesuksesan. Allah Swt berfirman:
وَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ فَاِنَّكَ بِاَعْيُنِنَا
Artinya: “Dan bersabarlah (Muhammad) menunggu ketetapan Tuhanmu, karena sesungguhnya engkau berada dalam pengawasan Kami,” (QS. Ath-Thur [52]: 48)
Hakekat sabar sesungguhnya bagaimana kita mampu mengurangi dan bahkan meninggalkan kebiasaan mengeluh kepada selain Allah. Kita selayaknya berusaha memperbanyak porsi mengadu hanya kepada Allah. Dan, kita telah dilatih selama bulan Ramadhan bagaimana kita menumbuhkan kesabaran ini. Tinggal bagaimana kita menjaga dan merawat semangat kesabaran ini dalam menjalani kehidupan di waktu-waktu selanjutnnya. Jika kita mampu melandasi kesabaran di setiap perilaku kita, maka kesuksesan hidup akan kita gapai. Allah Swt berfirman:
اِنَّمَا يُوَفَّى الصّٰبِرُوْنَ اَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ ١٠
Artinya: “Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas.” (QS Az-Zumar [39]: 10)
أَللّٰهُ أَكْبَرُ، وَ لِلّٰهِ الْحَمْدُ. أَللّٰهُ أَكْبَرُ، أَللّٰهُ أَكْبَرُ،
Hadirin wal hadirat hadanallahu wa iyyakum ajama’in.
Kedua, kemampuan bersyukur. Seberapapun ujian hidup yang kita hadapi sesungguhnya tidak akan pernah sebanding dengan keagungan rahmat dan nikmat yang diberikan Allah kepada kita. Allah Swt menegaskan:
وَاٰتٰىكُمْ مِّنْ كُلِّ مَا سَاَلْتُمُوْهُۗ وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَاۗ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَظَلُوْمٌ كَفَّارٌ ࣖ ٣٤
Artinya: Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).
Kita saat ini diuji oleh Allah dengan beragam cobaan. Tapi, jangan sampai ujian hidup ini menutup mata dan hati kita bahwa sesungguhnya anugerah dan nikmat Allah begitu banyak dan agung. Untuk itu, rasa syukur haruslah selalu menghiasi di setiap gerak hati, lisan, dan laku kita. Tetapi, sedikit sekali manusia yang menyadari ini. Allah Swt berfirman:
وَقَلِيْلٌ مِّنْ عِبَادِيَ الشَّكُوْرُ ١٣
Artinya: Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur. (QS. Saba’ [34]: 14)
Syukur merupakan kemampuan dan kesadaran seorang hamba untuk mengetahui bahwa segala nikmat yang diterima merupakan anugerah pemberian Allah.
Syukur juga merupakan sarana agar kenikmatan tidak mudah hilang dari hidup kita. Syeikh Muhammad Nawawi bin Umar al-Jawi mengatakan:
وَ هُوَ (الشُّكْرُ) سَبَبٌ لِإِبْقَاءِ النِّعَمِ الْمَوْجُوْدَةِ وَ وَسِيْلَةٌ إِلَى حُصُوْلِ النِّعَمِ الْمَفْقُوْدَةِ.
Artinya: “Syukur merupakan sebab tetapnya kenikmatan dan wasilah datangnya kenikmatan.”
Idul Fitri ini mengajarkan kepada kita bagaimana menjadi manusia yang pandai bersyukur. Idul Fitri juga mengajarkan kita betapa nikmat Allah tak pernah berhenti mengucur deras kepada kita.
Seteguk air putih, misalnya, tatkala puasa Ramadhan sungguh sangat berarti dan kita nanti. Ini menggambarkan bahwa sesungguhnya hal yang selama ini kita pandang remeh dan kecil, adalah nikmat yang besar. Tapi, seringkali kita lalai.
Oleh karena itu, syukur harus kita awali dengan hati yang lapang dan senang dalam menerima nikmat Allah sebagai wasilah ibadah. Kemudian dibarengi dengan lisan mengucap syukur dipadu dengan amal ibadah yang ikhlas kepada Allah. Kalau kita mampu melakukannya, maka nikmat agung yang lain menanti kita.
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ ٧
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS. Ibrahim [14]: 7)
أَللّٰهُ أَكْبَرُ، وَ لِلّٰهِ الْحَمْدُ. أَللّٰهُ أَكْبَرُ، أَللّٰهُ أَكْبَرُ،
Hadirin wal hadirat,
Ketiga, mengajarkan keseimbangan dan keadilan dalam bersikap. Peristiwa musibah ini memberikan pelajaran penting bahwa keselamatan akan kita raih, manakala mampu menyeimbangkan antara ikhtiar lahir dan munajat batin. Bagaimana kita memadukan antara ikhtiar dan tawakal, antara kepasrahan dan keyakinan usaha.
Saat ini kita melaksanakan sholat ‘Id dengan protokol kesehatan merupakan wujud dan usaha bagaimana kita menyeimbangkan ikhtiar lahir dan batin. Selain itu, juga merupakan perwujudan sikap adil dalam melaksanakan hak dan kewajiban. Kita punya hak, tetapi di saat yang sama kita juga berkewajiban menjaga orang lain.
Jadi, bermasker, misalnya, merupakan contoh nyata bagaimana kita bersikap adil kepada orang lain. Kita ingin sehat, orang lain pun punya hak yang sama. Oleh karena itu, kenyamanan, keserasian, dan keseimbangan hidup dapat terwujud manakala kita mampu berlaku adil.
Oleh karena itu, kita harus adil menunaikan hak dan kewajiban kita kepada orang lain dengan semestinya. Termasuk, menjaga keharmonisan, ketentraman, kedamaian, dan rasa persaudaraan (ukhuwah) kepada sesama. Jangan sampai kita mencederai orang lain, baik fisik maupun psikis (kejiwaan/perasaan). Karena, hal itu akan menyalahi kodrat fitrah kita, yakni menjaga keseimbangan dan menjauhi kezaliman.
اِعْدِلُوْاۗ هُوَ اَقْرَبُ لِلتَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ ٨
Artinya: “Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan, bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Maidah [5]: 8).
Keadilan juga harus diwujudkan dalam bentuk membagi kebahagiaan dan kasih sayang dengan orang lain. Karena fitrah akhlak manusia adalah asih terhadap sesama. Melalui ‘idul fitri ini, kita dituntut mensucikan akhlak, mengembalikan fitrah perilaku kita. Yakni, menumbuhkan sifat kasih sayang kepada sesama di setiap perilaku dan pergaulan kita.
Bulan Ramadhan diwajibkan untuk menunaikan zakat fitrah, yang hikmahnya antara lain menumbuhkan kasih sayang kepada saudara-saudara kita, selain, tentunya, untuk membersihkan jiwa dan harta kita.
Ramadhan juga selayaknya menjadikan kita manusia yang lebih baik dan hamba yang taat. Insya Allah, jika kita mampu memperbaiki kualitas ibadah dan akhlak kita, maka Ramadhan ini patut kita rayakan dengan ‘Idul Fitri, karena mampu melahirkan kita menjadi manusia fitrah dalam hal tauhid, ibadah, dan akhlak. Tetapi, jika pada Ramadhan kita belum mampu meningkatkan kualitas kita, maka kita belum mampu menemukan makna terdalam dari idul fitri.
Mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang sukses dalam berpuasa dan beribadah sehingga digolongkan orang-orang yang bertakwa. Amin
جَعَلَنَا اللّٰهُ وَ إِيَّاكُمْ مِنَ الْعَائِدِيْنَ وَ الْفَائِزِيْنَ وَ الْمَقْبُوْلِيْنَ. قَالَ اللّٰهُ تَعَالٰى وَ هُوَ أَصْدَقُ الْقَائِلِيْنَ: أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. قّدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزكَّى وَ ذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى. وَ قُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَ ارْحَمْ وَ أَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.
KHUTBAH II: Makna Hakikat Idul Fitri di Masa Pandemi, Khutbah Hari Raya 2021.
الله أكبر (x۷)
كَبِيْرًا وَ الْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا وَ سُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَ أَصِيْلاً. لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَ اللهُ أَكْبَرُ. اللهُ أَكْبَرُ وَ لِلَّهِ الْحَمْدُ.
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى مَنَّ عَلَيْنَا بِفَضْلِهِ الْجَسِيْمِ فَهَدَانَا إِلَى دِيْنِ الْحَقِّ وَ الصِّرَاطِ الْمُسْتَقِيْمِ. أَشْهَدُ أَنَّ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ. وَ أَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ النَّبِّيُ الْكَرِيْمُ. صَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى أَلِهِ وَ صَحْبِهِ الَّذِيْنَ فَازُوْا مِنْهُ بِالْحَظِّ الْجَسِيْمِ وَ سَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. اللهُ أَكْبَرُ وَ لِلَّهِ الْحَمْدُ
أَمَّا بَعْدُ: فَيَا اَيُّهَا الْإِخْوَانُ وَ الْأَخْوَاتُ رَحِمَكُمُ اللهُ! أُوْصِيْكُمْ وَ نَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ وَ طَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ تَعَالَى أَمَرَكُمْ أَمْرًا عَمِيْمًا. فَقَالَ جَلَّ جَلَالُهُ عَلِيْمًا. إِنَّ اللهَ وَ مَلَإِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِي يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ وَ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلْأَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اَللَّهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمــُـسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خَآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عَآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَ اِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنِ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَ سَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ، وَ الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
Demikian tentang Makna Hakikat Idul Fitri di Masa Pandemi, Khutbah Hari Raya 2021, semoga manfaat.