Makna Gembira Datangnya Bulan Ramadan

Umat Islam harus bergembira dengan datangnya bulan ramadan. Ini ditegaskan dalam hadits yang ditulis dalam Kitab Durrotun Nasihin kaya Syekh Utsman Al-Khoubari.

ﻣَﻦْ ﻓَﺮِﺡَ ﺑِﺪُﺧُﻮﻝِ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥَ ﺣَﺮَّﻡَ ﺍﻟﻠﻪُ ﺟَﺴَﺪَﻩُ ﻋَﻠﻰَ ﺍﻟﻨِّﻴْﺮَﺍﻥِ

Arti bebasnya, siapapun yang gembira ria sebab ia memasuki bulan Ramadhan maka Allah menghalangi raganya dari neraka-neraka.

Terlepas hadist ini shohih atau bahkan maudhu’, namun ada kata kunci penting di dalam teks hadist di atas yaitu kata gembira ria (فرح) dan menghalangi (حرم).

Gembira adalah suasana batin yang mengasikkan dan comfort sebab mendapatkan atau akan sesuatu yang diharapkan. Harapan bisa berupa materi maupun non materi.

Lantas apa yang bisa diharapkan dari Ramadhan? Ramadhan memberikan beberapa keuntungan yang luar biasa. Secara materi, Ramadhan adalah bulan bisnis yang tidak dimiliki di bulan-bulan lainnya. Karena di bulan Ramadhan omset makanan maupun pakaian semakin meningkat dan laris manis. Puasa adalah sehat, kalimat ini menambah keuntungan materi berlipat. Pasalnya kesehatan adalah investasi yang terbesar di dalam hidup kita.

Keuntungan non materi banyak diharapkan di bulan ini yaitu pahala dilipatkgandakan ketika kita mekakukan amal perbuatan. Bahkan diam saja memberikan nilai tambah ukhrawy bagi kita. Puntu-pintu ampunan dan rahmat Allah dibuka selebar-lebarnya. Pintu-pintu ghadhab Allah ditutup serapat-rapatnya.

Di samping itu semua, solidaritas kita semakin terpupuk karena lewat puasa kepekaan kita terhadap sesama semakin meningkat. Dan kepedulian sesama kita semakin tinggi serta kedhaliman akan terkikis habis melebur dalam rotasi nilai-nilai ilahiyah yang tumbuh subur di hati para penemu Ramadhan. Kebahagian akan tersiar ke seantero alam raya dan alam meresonansi kebaikannya ke seluruh umat manusia. Akhirnya, semuanya merotasi dalam rel-rel ketaqwaan menuju Rob-nya. Dan umat manusia menemukan tujuan hidupnya yaitu kebahagian hakiki dengan masuk darul huldi dan diharamkan diri kita dari neraka-neraka.

Namun kegembiraan kita ini jangan sebatas gembira dalam berharap tetapi harapan itu kita wujudkan dalam action untuk menggapai the real happiness.

(Hamid Luthfie, Alumnus UIN Sunan Kalijaga)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *