Makna dan Hakekat Ramadhan Menurut Syekh Abdul Qadir Al-Jailani
Datangnya bulan suci Ramadhan menjadi kebahagiaan yang luar biasa bagi umat Islam. Ramadhan bukan sekedar melakukan ibadah puasa saja, melainkan membentuk karakater dan kepribadian yang sangat melekat dalam diri seorang Muslim. Datangnya Ramadhan menjadi momentum untuk menjernihkan ruhaniah, sekaligus menguatkan rasa solidaritas dengan sesama.
Makna Ramadhan sebenarnya luar biasa. Makna dan hakekatnya dijelaskan dengan sangat luar biasa oleh Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, seorang ulama’ besar yang menjadi rujukan para ulama seluruh dunia.
Menurut Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, memaknai Ramadhan berari kembali menyingkap setiap huruf dalam kata Ramadhan. Ramadhan, dalam Bahasa Arab terdiri dari lima (5) huruf:
Pertama, Ra’.
Adalah Ridhwanuh (Ridhanya Allah). Ridho Allah akan sepenuhnya ditampung oleh orang yang berpuasa secara lahir maupun bathin, syariat, thoriqoh maupun hakikat. Di bulan Ramadhan, melimpahlah Ridho Allah.
Kedua, Mim.
Yakni Mahaabatuhu (Cintanya Allah). Cintanya Allah yang turun dengan sepenuhnya bagi orang yang berpuasa.
Dan sudah seharusnya kita menyambut cinta itu dengan menahan diri dari rasa cinta pada selain Allah.
Ketiga, Dhad.
Yakni Dhomanuhu (Jaminan Allah). Jaminan Allah kepada siapa pun di bulan ini yang berdo’a, beribadah, bermunajat, dijamin diterima, karena semua pintu syurga dibuka oleh Allah.
Keempat, Alif.
Yakni Ulfatuhu (Kasih Sayang Allah). Kasih sayang Allah yang mencurah pada para hamba-Nya yang berpuasa.
Kelima, Nun.
Yakni Nuuruhu (Cahaya Allah). Cahaya Allah memancar penuh di bulan suci dengan ditandai turunnya Al-Qur’an secara keseluruhan 30 juz di malam Lailatul Qadar, yang dinilai lebih baik ketimbang seribu bulan cahaya.
Hadits Qudsi menjelaskan:
“Allah berfirman: Setiap amal manusia kembali padanya, kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu hanya untuk-Ku,
dan Akulah yang akan membalasnya sendiri……”
Rasulullah bersabda:
“Syurga senantiasa berias diri dari tahun ke tahun ketika memasuki bulan suci Ramadhan. Bila malam pertama tiba dari bulan Ramadhan, menghembuslah angin dari bawah Arasy, yang disebut dengan angin Mutsirah. Daun-daun syurga saling bertepuk, dahan-dahan dipangkas, lalu terdengarlah lonceng berbunyi yang tak pernah terdengar oleh orang yang mendengar karena indahnya. Sedangkan bidadari-bidadari bersolek hingga mereka berada di bawah kemuliaan syurga.
Mereka lalu memanggil-manggil: “Adakah yang melamar kepada Allah lalu mengawini mereka?”
Lalu mereka bertanya kepada Malaikat Ridhwan, “Malam apakah ini?”
Lalu Malaikat Ridhwan menjawab, “Wahai bidadari-bidadari kebajikan, inilah malam dari bulan Ramadhan, pintu-pintu syurga dibuka bagi orang-orang berpuasa dari kalangan umat Muhammad.
Lantas Allah memerintahkan, “Wahai Ridhwan bukalah semua pintu syurga! Wahai Malik, tutuplah semua pintu neraka Jahim dari orang orang yang berpuasa dari umatnya Nabi Muhammad. Wahai Jibril, turunlah ke muka bumi, belenggulah kedurhakaan syetan-syetan dengan berbagai belenggu. Lalu buanglah mereka ke tengah lautan hingga tidak bisa merusak lagi atas ummat Kekasih-Ku Muhammad yang sedang berpuasa.”
Nabi melanjutkan:
“Allah berfirman, setiap malam di bulan Ramadhan tiga kali: ‘Adakah orang yang memohon, Aku akan memberikan permintaannya. Adakah orang yang taubat, Aku menerima taubatnya. Adakah orang yang meminta ampunan, maka Aku akan mengampuninya?”
Demikian ulasan khusus Makna dan Hakekat Ramadhan Menurut Syekh Abdul Qadir Al-Jailani. Wallahu’lam. Semoga bermanfaat.
Sumber: Syekh ‘ Abdul Qadir al-Jaelani dalam Kitab Ghunyah at-Thalibin Juz 2.
(Mukhlisin)