Sabtu 20 Juli 2019, Madrasah Darus-Sunnah (MDS) menghelat wisuda Amtsilati. Prosesi yang diadakan di Syahida Inn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu menjadi penanda selesainya program intensif Amtsilati. Sebanyak 27 santri kelas I MDS dinyatakan tamat dan diwisuda langsung oleh KH.Taufiqul Hakim, penyusun metode Amtsilati.
Dalam sambutannya, KH. Taufiqul Hakim yang juga selaku pengasuh pondok pesantren Amtsilati Jepara itu menegaskan bahwa metode Amtsilati adalah pengantar awal. Membantu santri untuk cepat memahami dasar tata bahasa Arab, serta mahir mempraktikannya. Akan tetapi perlu dimatangkan lagi dengan mengaji kitab-kitab klasik ilmu nahwu dan sharaf. Mulai dari al-Ajurumiyah, Durat al-Yatimah, al-‘Amrithi, al-Maqshud, hingga Alfiyah Ibni Malik.
Hal ini juga dinyatakan oleh Ust. Muhammad Hanifuddin selaku Waka Akademik bahwa pembelajaran Amtsilati diniatkan untuk jembatan awal bagi santri. Khususnya untuk mempermudah memahami dan mempraktikkan tata bahasa Arab untuk membaca kitab kuning. Kompetensi ini tidak dapat ditawar karena sedari awal, visi misi MDS adalah mengader ulama sejak usia dini.
Di empat tahun sebelumnya, MDS belum menerapkan program intensif Amtsilati. Tetapi langsung mengkaji kitab al-Ajurumiyah dan al-Amtsilah al-Tashrifiyah. Amtsilati hanya menjadi salah satu mata pelajaran penunjang. Setelah dilakukan evaluasi, disepakati untuk menggunakan strategi baru. Yakni menerapkan program intensif Amtsilati penuh satu tahun. Setelah itu baru disusul dengan al-Ajurumiyah, al-‘Amrithi, dan Alfiyah Ibni Malik.
Dengan ditandai wisuda Amtsilati perdana dalam sejarah berdirinya Madrasah yang didirikan oleh KH. Ali Mustafa Yaqub (1952-2016) itu, kita berharap santri-santri MDS lebih mahir dan giat mempelajari kitab kuning. Tidak lain karena kemampuan membaca kitab kuning adalah prasyarat untuk memahami ilmu keislaman secara baik dan bertanggung jawab.
(red/mh)