BANTUL, BANGKITMEDIA.COM
Yayasan LKiS dan Penerbit Gading, Senin Malam (02/10/2017), menggelar acara Haul dan Ziarah Literasi Mahbub Djunaidi. Kegiatan bertempat di Pendopo LKiS, Jalan Pura nomor 203, Sorowajan, Banguntapan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Acara yang dimulai dari pukul 19.00 WIB dan diawali dengan pembacaan doa dan tahlilan ini, menghadirkan nara sumber Hasan Basri, Lurah Pesantren Kaliopak, sekaligus pengurus Lesbumi PBNU.
Acara yang dihadiri oleh puluhan aktivis mahasiswa dan pegiat literasi tersebut, mengambil topik khusus, yaitu bincang-bincang “Pemikiran dan Karya Mahbub Djunaidi”. Pembacaan esai-esai karya Mahbub Djunaidi menjadi pelengkap rangkaian haul tersebut. Salah satunya dibaca oleh Fitriana dengan judul “Buku Petunjuk Pendidikan Politik Sejak Dini”.
Dalam bincang-bincang Pemikiran dan Karya Mahbub Djunaidi, Hasan Basri mengatakan bahwa Mahbub Djunaidi merupakan salah satu tokoh penting yang dimiliki Nahdlatul Ulama (NU). “Kita bersyukur, malam hari ini bisa mengkaji kembali prisma pemikiran salah seorang tokoh intelektual NU yang kita tahu beliau merupakan tonggak penting di ranah nilai-nilai tradisi pemikiran NU,” ujar Hasan.
Hasan Basri juga menceritakan kepiawaian menulis Mahbub Djunaidi serta ketajaman berpikirnya yang dipandang memberi kontribusi besar bagi NU. Khususnya pada masa peralihan pemerintahan orde lama ke orde baru yang dipandang merupakan situasi sulit bagi NU. Karena memang situasi pemerintahan begitu represif pada saat itu.
Kepandaian sosok Mahbub Djunaidi yang sangat nampak yaitu kepandaian melihat masalah, dan menyampaiakannya dengan ciri gaya tulisannya yang jenaka atau humor. Itu merupakan siasat yang dilakukan Mahbub dalam menyampaikan permasalahan untuk dapat dibaca banyak orang. Tulisan Mahbub banyak terdokumentasi di surat kabar seperti Kompas dan Tempo.
“Tidak ada otoritas yang dapat menghalangi Mahbub Djunaidi dalam menyampaikan kebenaran kepada publik. Ya, karena siasat dalam menulis yang beliau tempuh. Dengan lelucon tapi mengandung ketajaman pemikiran,” lanjut Hasan.
Pada penghujung perbincangan, Hasan Basri menyampaikan bahwa sangatlah sedikit atau jarang sekali orang di lingkar NU pada masa itu yang pemikirannya bisa diterima orang lain di luar lingkar NU. Mahbub Djunaidi-lah salah satu tokoh yang dipandang pemikirannya mudah sampai, dan akrab untuk orang secara luas. “Hal ini sangat penting untuk diteladani hari ini, untuk konteks hari ini. Di mana hari ini dibutuhkan banyak sekali tokoh-tokoh dengan pemikiran tradisi NU, mampu berhubungan dengan banyak kalangan, atau kelompok,” pungkas Hasan. (Fariz)