LBM PWNU DIY: Dibutuhkan Pembahasan Kembali Prinsip Ittihad dan Ta’addud Al-Mathla’ dalam Penanggalan Hijriah.
Bantul, Bangkitmedia.com – Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Daerah Istimewa Yogyakarta (LBM PWNU DIY) menyelenggarakan Bahtsul Masail Diniyyah Waqi’iyyah se-Jawa di Pondok Pesantren Al-Imdad II Pajangan, Bantul pada Ahad, 28 Agustus 2022.
Penyelenggaraan acara ini adalah kerjasama antara LBM PWNU DIY dan Pesantren Al-Imdad. Acara iniĀ dalam rangka Haul ke-27 KH Humam Bajuri, pendiri Pesantren Al-Imdad dan sekaligus menyambut 1 abad NU.
Forum Bahtsul Masail membahas tema penting dan pelik seputar penentuan awal bulan Dzulhijjah. Forum ini dihadiri oleh Pengurus LBM PWNU DIY, pengurus PWNU DIY, para kyai, santri pesantren dan mahasiswa perguruan tinggi yang ada di DIY.
Forum ini, selain menghasilkan rumusan hukum tentang larangan pemaksaan jilbab juga menghasilkan rekomendasi tentang pentingnya pembahasan kembali prinsip Ittihad dan Ta’addud Al-Mathla’.
Menurut Ketua LBM PWNU DIY, Dr KH Anis Mashduqi, prinsip Ittihad Al-Mathla mengajak umat Islam untuk menyepakati awal bulan pada setiap tahunnya.
“Sebagaimana diketahui bahwa prinsip Ittihad Al-Mathla mengajak umat Islam untuk menyepakati awal bulan pada setiap tahunnya. Sedangkan prinsip Ta’addud Al-Mathla meniscayakan umat Islam berbeda dalam menentukan awal bulan pada setiap tahunnya sehingga bisa dimungkinkan terjadi perbedaan penanggalan di internal umat Islam,” tegas Gus Anis, sapaan akrabnya.
Menurut Gus Anis, tema ini penting untuk dibahas karena fenomena perbedaan penanggalan hijriah yang terjadi di masyarakat menyebabkan seakan-akan umat Islam terbelah, di samping persoalan-persoalan seputar penyembelihan hewan kurban, wukuf di Arafah, dimulainya bulan Ramadan dan lain sebagainya.
“Forum Bahtsul Masail tidak memutuskan hukum pada permasalahan ini, akan tetapi forum merekomendasikan kepada LFNU PBNU untuk menginisiasi adanya penanggalan tunggal seluruh umat Islam di dunia dengan mengutamakan pendapat-pendapat ulama terdahulu yang mengarah ke sana, seperti pertimbangan ittihad al-mathla dan kesepakatan derajat ketinggian hilal dan derajat elongasi yang bisa diterima bersama,” tegas Gus Anis yang juga pengasuh PPM Al-Hadi Yogyakarta.
Forum Bahtsul Masail yang dimulai Pkl. 10.00 WIB ini berakhir pada Pkl. 16.00 WIB. Bahtsul Masail ini diselenggarakan secara rutin setiap tiga bulan dari satu pesantren ke pesantren lainnya.
“Bahtsul Masail juga diselenggarakan oleh LBM PWNU DIY secara insidentil ketika terjadi persoalan yang mendesak untuk dibahas,” pungkas Gus Anis.***