KMNU Gelar Seminar Nasional dalam Rangka Nahdlatul Ulama Science Cultural Art Olympiad
Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) Jumat (27/11/20) Menggelar Seminar Nasional dalam rangka pembukaan acara Nahdlatul Ulama Science Cultural Art Olympiad (NUsantara) 2020 di Gedung DPD-RI Yogyakarta. Dalam acara yang bertemakan “Meneguhkan Semangat Ke_NU_an melalui Tradisi dan Budaya Nusantara di Era Digital” turut menghadirkan tokoh-tokoh penting yaitu Dr. H. Hilmi Muhammad, MA., Gus Ulil Abshar Abdalla, Dr. Phil Sahiron Syamsudin, M.A.. Acara Seminar ini dibuka secara virtual oleh rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakrta, Prof. Dr. Phil. Al Makin, MA. Dalam sambutannya, beliau berpesan bahwa seorang mahasiswa harus berani menyuarakan pendapatnya namun juga tidak mengabaikan aspek intelektualitas, karena intelektualitas merupakan penopang rasionalitas. Al Makin mengatakan bahwa rasionalutas sudah mulai luntur sejak 20 tahun terakhir, maka dari itu, di era digital ini penting untuk membangkitkan kembali intelektualitas dan rasionalitas untuk menjawab tatangan masa kini.
Seiring berjalannya waktu, lambat laun masyarakat mulai beralih dari majlis keilmuan tatap muka ke majlis online via YouTube, Instagram, Facebook, dan sosial media lainnya. Kita tidak dapat menafikan hal tersebut, fenomena ini termasuk salah satu dari perkembangan masyarakat sekaligus menjadi tantangan baru bagi dakwah era kini. Sebagaimana yang disampaikan Dr. Hilmi, kita harus meniru metode dakwah yang diajarkan Wali Songo. Dakwah yang disampaikan tidak boleh memaksa masyarakat untuk kembali pada metode pengajaran era dulu, namun metode dakwah kita lah yang harus dirubah sesuai dengan perkembangan zaman. Asalkan budaya masyarakat tersebut tidak bertentangan dan berbenturan dengan syariat, maka Islam harus tetap diajarkan dengan belas-kasih, mewujudkan Islam yang saling merangkul, bukan memukul. Islam yang ramah, bukan marah-marah.
Sejalan dengan hal tersebut, Gus Ulil menyampaikan bahwasannya problematika lain yang muncul adalah masih banyak kader NU yang belum beradaptasi secara maksimal dengan konteks perkotaan dan masyarakat urban. Mereka masih kental akan metode dakwah yang bercorak pedesaan. Menegaskan kembali apa yang telah disampaikan Dr. Hilmi, Gus Ulil berpesan walaupun seorang pendakwah menguasai materi denga baik, tapi kalau tidak diiringi dengan penguasaan metode dakwah yang baik juga maka akan mengalami kesulitan dalam menyebar luaskan ajarannya. kita harus meniru metode dakwah para Wali Songo yang mampu menguasai bahasa budaya seluruh lapisan masyarakat dengan tetap menjaga tradisi yang sudah sekaligus melakukan pembaharuan intelektualitas, sesuai dengan semboyan kita, al muhafadhatul ‘ala qadimis sholih wal akhdzu bi jadidil ashlah.
“Wa’mur bi urfi. Perintahlah wahai (Muhammad) segala sesuatu yang dipandang baik. Dipandang baik dari sisi mana? Yakni tampilan yang baik dipandang dari segi syara dan muruah (akal budi manusia). Apapun tradisi yang dianggap baik di masyarakat dan tidak menyalahi syara maka itu ang harus dilestarikan.” Tambah Dr. Phil. Sahiron.
Dengan adanya seminar ini, diharapkan setelahnya kader NU benar-benar memahami problematika masyarakat yang ada saat ini dan mampu memberikan jawaban atas tangtangan yang ada. (Yayan/Fahrurrozi)
Demikian berita tentang KMNU Gelar Seminar Nasional dalam Rangka Nahdlatul Ulama Science Cultural Art Olympiad. Semoga bermanfaat.