Intinya: Dengan keberanian Presiden Jokowi saat ini yang membuahkan hasil menyebabkan negara-negara tetangga yang disokong Barat gerah terhadap Indonesia.
Indikasi mereka gerah adalah mereka mulai menghimpun strategi untuk menjatuhkan pihak-pihak yang memiliki komitmen besar untuk kemajuan bangsa Indonesia.
Di antara indikasinya adalah melalui agen-agen Barat yang disusupakan di negara Indonesia akan menghasut dan meng-agitasi rakyat untuk saling menyerang, mencaci-maki, dan saling memfitnah dengan tujuan negara Indonesia terjebak pada konflik saudara seperti di Irak, Libia, Suriah, dan Yaman.
Namun sayangnya, selalu ada penghianat dari dalam bangsa sendiri hanya untuk ambisi kekuasan sesaat. Mereka rela menjual diri ke Barat hanya untuk mendapat dukungan menjadi penguasa atau berharap mendapat dukungan terhadap kepentingan diri dan kelompoknya saja.
Ciri-ciri kelompok ini biasanya suka membuat pesimis rakyat, menakut-nakuti masyarakat, menjelek-jelekkan bangsa sendiri di forum-forum internasional di luar negeri, dan bahkan secara diam-diam mendukung pengakuan Zionis yang merampas negara Palestina.
Suasana negara Indonesia yang dipimpin Jokowi saat ini terlihat mirip dengan suasana saat akhir-akhir Sukarno menjabat presiden, sebelum Beliau terguling dari jabatan presidennya.
Saat itu banyak kebijakan Sukarno yang dianggap melawan dan merugikan Barat, seperti ganyang Malaysia, keluar dari PBB dan membuat PBB tandingan, serta sempat juga keluar dari perhelatan olimpiade.
Tindakan berani Sukarno tersebut sebetulnya bentuk protes Sukarno terhadap kebijakan Barat yang dirasa tidak adil bagi negara lemah dan negara-negara Timur.
Ketidak adilan kebijakan Barat tersebut terlihat dari standart ganda yang digunakan. Seperti ketika Irak menyerang sparatis Kurdi dianggap sebagai pembantaian, namun ketika Israel menghabisi nyawa warga Palestina dianggap Israel mempertahankan diri dan haknya.
Namun malang! Keberanian Sukarno tersebut malah menyebabkan dia harus terguling dari jabatan kepresidenannya dan pada akhirnya dia harus menerima untuk terkucilkan hingga akhir hayatnya.
Dengan demikian, Barat dan sekutu ikut andil dalam menggulingkan Sukarno, dan kemudian diserahkan kepada Suharto yang dianggap siap berkomitmen menjaga kepentingan Barat di Indonesia dan Asia Tenggara.
Pilihannya hanya satu, yaitu siapapun presiden sebuah negara di dunia dan juga termasuk presiden Indonesia yang dirasa tidak pro Barat pasti akan dijatuhkan melalui berbagai macam cara, di antarnya melalui gerakan separatis radikalis.
Jadi, ini sama sekali tidak terkait dengan Jokowi, pilpres, atau lainnya. Namun semata-mata siapapun yang memiliki komitmen besar terhadap kemajuan negaranya sendiri pasti akan dianggap sebagai ancaman bagi Barat dan layak untuk dibantai.
Jadi siapapun calon dan pemimpin sebuah negara di seluruh dunia yang memiliki indikasi dan berpotensi tidak patuh dan melawan Barat pasti akan dijatuhkan dengan berbagai macam cara. Masih ingat Saddam Husein, Muammar al-Qaddafi, Bashar al-Assad, Kim Jong-un, dan yang terbaru penguasa Yaman?.
Bagaimana secara sadis dan berutal Barat memfitnah dan membantai mereka? Sebagian dapat selamat karena kekuatannya sendiri. Sebagian selamat karena dibantu oleh kekuatan Timur. Namun sayangnya sebagian besar dari mereka tewas mengenaskan dan negara yang ditinggalkannya hancur berantakan.
Sebaliknya, kalau sebuah negara ingin aman dari intervensi dan eksploitasi perompak dan perampok kapitalis Barat, pilihannya hanya ada dua; Pertama, Jangan sekali-kali menjadi negara strategis (maju). Kalau tidak, maka jadilah negara boneka Barat dan sekutu.
Fakta ini sudah nyata dan terang benderang dilakukan oleh Barat dan sekutu yang didukung Saudi di Irak, Libya, Suriah, Yaman, dan lainnya.
Saudi akan mensupport kekacauan ini dengan harapan presiden Indonesia akan lebih pro Barat, untuk dijadikan teman melawan Timur yang sudah mulai mendominasi dunia.
Indikatornya banyak, di antaranya bisa dilihat sejauh mana kedekatan Kedubes Saudi dengan petinggi-petinggi oportunis dan radikalis di Indonesia saat ini.
Dan perhatikan saja kicauan kedubes KSA dengan menyudutkan NU lewat bansernya sebagai golongan sesat.
Banyuwangi, 04-12-2018
Ainur Rofiq Sayyid Ahmad
Penulis adalah;
1. Ketua Umum LDSI
2. Pengasuh Umum Jaringan Pondok Pesantren Sunni seluruh Indonesia
3. Penulis buku Menyoal Kehujjahan Hadits Bid’ah