Puasa Syekh Abdul Qadir Al-Jailani Saat Masih Bayi

Kisah Puasa Syekh Abdul Qadir Al-Jailani Saat Masih Bayi

Kisah puasa Syekh Abdul Qadir Al- Jailani saat masih bayi. Syekh Abdul Qadir Al-Jailani punya karomah sejak masih bayi. Ini keistimewaan yang langsung diberikan Allah SWT. Anugerah ini menjadikan sosok Syekh Abdul Qadir Al-Jailani menjadi sosok yang suci. Demikian juga ketika sudah menjadi seorang Syekh, beliau makin tinggi derajatnya. Termasuk dalam puasa, bujukan syahwat bisa lenyap dan sirna.

Sayyid Ja’far bin Hasan Al-Banzanji dalam kitab Al Lujainud Dânî  menjelaskan bahwa keistimewaan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani sudah nampak mulai ketika beliau masih bayi juga ikut berpuasa di bulan Ramadhan.

وكان في طفوليته يمتنع من الرضاعة في نهار رمضان عناية من الله تعالى به

Ketika masih bayi pada waktu siang hari bulan Ramadhan, beliau tidak mau menetek (menyusu-kepada sang ibu), karena inayah (pertolongan) dari Allah ta’ala kepada beliau.

Ketika sudah menjadi imam besar, juga dijelaskan Sayyid Ja’far.

وَبَقِيَ مُدَّةً لَمْ يَأْكُلْ فِيْهَا طَعَامًا * فَلَقِيَهُ إنْسَانٌ فَأَعْطَاهُ صُرَّةَ دَرَاهِمَ إكْرَامًا * فَأَخَذَ ببَعْضِهَا خُبْزًا سَمِيْدًا وَخَبيْصًا * وَجَلَسَ لِيَأْكُلَ ، وَإذًا برُقْعَةٍ مَكْتُوْبٍ فِيْهَا : إنَّمَا جُعِلَتِ الشَّهَوَاتُ لِضُعَفَاءِ عِبَادِيْ ، لِيَسْتَعِيْنُوْا بهَا عَلَى الطَّاعَاتِ * وَأمَّا اْلأَقْوِيَاءُ فَمَا لَهُمُ الشَّهَوَاتُ * فَتَرَكَ اْلأَكْلَ ، وَأخَذَ الْمِنْدِيْلَ ، وَتَرَكَ مَا كَانَ فِيْهِ ، وَتَوَجَّهَ فِي الْقِبْلَةِ وَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَانْصَرَفَ * وَفَهِمَ أنَّهُ مَحْفُوْظٌ وَمُعْتَنًى بهِ ، وَعَرَفَ *

“Pernah berhari hari beliau tidak makan apapun, tiba-tiba ada seseorang yang menemui, kemudian memberi sebuah kantong yang berisi penuh dengan uang dirham sebagai penghargaan kepada beliau. Kemudian beliau mengambil sebagian untuk membeli roti, tepung, jenang dari kurma dan samin dan beliau duduk untuk menikmati makanan tersebut. Namun tiba-tiba ada sebuah kertas terjatuh di dalamnya terdapat tulisan :

“Syahwat itu dijadikan untuk hamba-hamba-Ku yang lemah, sebagai perantara untuk melaksanakan ta’at (kepada Alloh), sedangkan Hamba-hamba-Ku yang kuat, tentu mereka tidak mempunyai kesenangan syahwat apapun.”

Seketika itu pula beliau meninggalkan makan, mengambil sapu tangan untuk membungkusnya dan ditinggalkannya, lalu menghadap kiblat, melkakukan sholat dua rakaat, dan kemudian meninggalkan tempat itu.”

Dari kisah kejadian ini, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani tersadar dan memahami, bahwa beliau dijaga oleh Allah dan selalu dalam pertolongan-Nya.

Demikian kisah puasa Syekh Abdul Qadir saat masih bayi (Amrullah)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *