Melihat penampilan Abah Ma’ruf tadi malam, kelihatan sekali dia adalah sosok yang pendek, terlebih ketika berdiri di samping Jokowi yang lumayan tinggi.
Tidak hanya soal itu, kesempatan berbicara yang diberikan kepadanya pun cukup pendek, hanya menanggapi dua hal. Meski demikian, tanggapannya sangat jelas, memperlihatkan dia sangat menguasai permasalahan secara baik.
Pertama soal disabilitas. Abah Ma’ruf secara jelas menerangkan bahwa yang harus dilakukan adalah membangun kultur yang menghormati kaum disabel. Melengkapi jawaban Jokowi yang berkisar pada penghargaan yang setara, Abah Ma’ruf memberi landasan lebih dalam bagi usaha untuk mewujudkan kehidupan yang saling menghormati di antara sesama manusia.
Kedua adalah soal terorisme. Siapapun yang telah bergumul dengan isu ini akan mengakui jawaban Abah Ma’ruf sangat tepat. Pemerintah perlu mengedepankan aspek pencegahan daripada penindakan. Dalam rangka itu, pertanyaan mengapa seseorang menjadi radikal–dari mana bibit terorisme berasal–mesti dijawab. Dan jawaban Abah Ma’ruf sangat jelas: kalau masalahnya adalah paham yang salah, luruskanlah! Tetapi kalau masalahnya adalah sosial-ekonomi, sejahterakanlah!
Dari tampilan Abah Ma’ruf tadi malam kelihatan sekali dia adalah figur yang cocok dengan Jokowi. Daripada banyak bicara, sama seperti Jokowi, dia lebih suka bekerja! Kalau masih ragu, silakan tanya orang-orang yang pernah berhubungan dengan dia di NU dan MUI. Karena itulah dia bisa dipercaya hingga menempati posisi tertinggi di dua organisasi Islam paling penting di negeri ini.
Penulis: Amin Mudzakkir, Peneliti LIPI.