Khutbah Jum’at Tentang Munajat dan Saling Menolong Saat Wabah Corona
Oleh KH Ahmad Nadhif Abdul Mudjib, Pengasuh Pesantren Nahdlatut Thalibin Tayu Pati dan guru di Madrasah Mathali’ul Falah (PIM) Kajen Pati.
Berikut Khutbah Jum’at Tentang Munajat dan Saling Menolong Saat Wabah Corona:
Hadirin Jumah Rohimakumullah,
Ketahuilah bahwa sebenarnya dunia ini diciptakan sebagai tempat ujian, tempat kesusahan dan penderitaan, tempat bencana dan cobaan. Bukan tempat bersenang-senang atau berfoya-foya, bukan pula tempat bersuka cita dan berhura-hura.
Allah SWT dalam surah Albalad ayat 4 berfiman:
لقد خلقنا الإنسان في كبد
Sesungguhnya Kami telah menciptkan manusia berada dalam susah payah.
Imam Said bin Jubair seperti dinukil dalam Tafsir Ibnu Katsir menyatakan: ayat itu berarti bahwa manusia itu diciptakan dalam keadaan payah karena harus berusaha untuk hidup. Imam Ikrimah juga menyatakan: dalam keadaan payah dan lamanya waktu penderitaan. Sedangkan Imam Al Hasan Al Basri pun juga menyatakan: bahwa manusia ini harus berusaha dengan banyak penderitaan untuk mengatur kehidupan dunia dan akheratnya.
Hadirin Rohimakumullah
Skenario penderitaan di dunia ini oleh Allah diterapkan atas semua makhluk tanpa terkecuali, bahkan hinggapun atas para kekasih Allah yaitu para Nabi dan Rasul.
Suatu ketika Baginda Nabi Muhammad SAW oleh Saad bin Abi Waqosh: Wahai Rasulullah siapakah di antara manusia yang paling banyak mendapatkan bencana dan cobaan?
Rasulullah menjawab:
أشدُّ الناس بلاءً الأنبياء، ثم الأمثلُ فالأمثل، يُبتلى الرجل على حسَب دينه، فإن كان في دينِه صلبًا اشتدَّ بلاؤه، وإن كان في دينه رقَّة ابتُلِي على قدرِ دينِه، فما يبرَح البلاءُ بالعبدِ حتّى يتركَه يمشِي على الأرض وما عليه خَطيئة
Manusia yang paling banyak diuji oleh Allah adalah para Nabi, kemudian para manusia sesuai derajat keimanannya. Barangsiapa imannya kuat, maka ia justru akan mendapat ujian yang lebih berat. Dan barangsiapa lemah imannya, maka ia akan mendapat ujian yang lebih ringan. Jika seseorang mendapat bencana dan ia menerimanya dengan tabah, maka ia keluar dari dunia ini tanpa dosa.
Bahkan dalam surah Al-Ankabut Allah berfirman:
أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُواْ أَن يَقُولُواْ ءامَنَّا وَهُمْ لاَ يُفْتَنُونَ
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan: Kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi?”
Hadirin yang berbahagia.
Hadits dan ayat yang terakhir ini teramat jelas untuk kita fahami bahwa setiap bencana yang diturunkan Allah, pada dasarnya adalah untuk menguji seberapa kuat iman kita.
Kemudian daripada itu, seorang Tokoh Sufi bernama Imam As-Sari As-Saqoty suatu saat menerima sejumlah tamu, lalu beliau bertanya: mengapa kalian bertamu kepadaku? Mereka menjawab: kami bertamu karena kami mencintai engkau, wahai Imam? Kemudian tiba-tiba sang Imam melempari para tamunya dengan batu-batu kecil dan berhamburanlah para tamu itu keluar rumah sambil bertanya: mengapa engkau lempari kami batu wahai Imam?
Dijawabnyalah pertanyaan itu: karena aku juga mencintai kalian.
Dan Baginda Nabi telah pernah bersabda:
إذا أحب الله عبدا ابتلاه
“Jika Allah mencintai hambaNya, maka Allah akan mengujinya.”
Ini berarti bahwa memang seperti itulah seharusnya kita harus bersikap dalam menghadapi bencana apapun.
Hadirin Rohimakumullah
Di sisi lain, banyak kalangan yang cenderung melihat bahwa bencana itu adalah sebagai siksa atas dosa-dosa manusia. Dari berbagai kisah ummat-ummat terdahulu yang telah diberi bencana dahsyat oleh Allah spt kaum Ad, kaum Tsamud, kaum Nabi Nuh dan lain sebagainya, kita semua memang sepakat bahwa bencana yang diturunkan Allah itu memang merupakan siksa dan hukuman akibat perbuatan mereka yang memang dholim.
Dari sini kemudian banyak pula fihak yang mencoba mengkaitkan wabah Corona ini dengan perilaku sebuah pemerintahan di suatu Negara yang dikatakan telah berbuat dholim kepada etnis tertentu dan bahkan agama tertentu.
Hadirin Rohimakumullah
Hal terakhir inilah yang wajib kita edukasi dan kita luruskan sesuai dengan ajaran dan dalil-dalil yang relevan dan kredibel dalam masalah ini.
Sekali lagi tidak bisa kita bantah bahwa bencana atas kaum Ad, Tsamud dan lainnya adalah memang merupakan hukuman dari Allah atas dosa-dosa dan kedhaliman mereka.
Namun pertanyaan berikutnya: dari manakah kita tahu dan mengerti bahwa Kaum Ad dan Tsamud itu memang disiksa Allah akibat perbuatan dhalim mereka? Jawabannya mudah: yaitu KARENA ALLAH SENDIRI TELAH MEMBERITAHU KITA BAHWA SIKSAAN DAN BENCANA ITU MEMANG KARENA PERBUATAN MEREKA SENDIRI.
Kita baca surah Al-Ankabut ayat 40
فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan kerikil dam di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.
Hadirin Rohimakumullah
Dari ayat terakhir ini bisa disimpulkan spt ini: bahwa kita memang bisa yakin jika Kaum Ad dan Tsamud itu diberi bencana sebagai siskaan atas dosa-dosa mereka, HANYA KARENA ALLAH SENDIRI YANG MEMBERITAHU KITA TENTANG HAL TERSEBUT.
Lalu berikutnya kita wajib bertanya: dari manakah kita bisa tahu bahwa Corona itu merupakan siksaan Allah atas suatu Negara tertentu yang telah mendhalimi etnis tertentu? Adakah Allah telah memberitahu kita tentang hal itu?
Kalau memang Corona itu dipandang sebagai hukuman atas suatu pemerintahan yang berbuat dhalim, maka mengapa personel pemerintah tersebut tidak ada yang terjangkiti Corona? Dan sekaligus mengapa Etnis yang disebut-sebut telah didhalimi itu justru terkena Corona juga?
Hadirin Rohimakumullah
Jika kita fikir lebih mendalam, dalam kejadian Corona ini ternyata banyak kalangan yang LANCANG mengatasnamakan Allah dan menvonis beberapa fihak tanpa dasar yang kuat. Mereka telah berani mengatasnamakan Allah dan itu jelas lebih berbahaya ketimbang penyakit Corona itu sendiri.
Yang lebih tepat kita lakukan dalam kondisi seperti ini adalah tetap BERMUNAJAT, BERISTIGHOTSAH DAN BERISTIGHFAR kepada Allah SWT dan SALING BAHU MEMBAHU DAN TOLONG MENOLONG dalam upaya membantu Pemerintah dalam menghadapi bencana ini. Kita tinggalkan ego masing-masing. Kita bersatu padu dan tetap menjaga kondusifitas kebangsaan kita yang selama ini kokoh dan kuat.
بارك الله لي ولكم في القرآن الكريم ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم وتقبل مني ومنكم تلاوته إنه هو الغفور الرحيم، وقل رب اغفر وارحم وأنت أرحم الراحمين