Khutbah Jumat tentang Candaan Tingkat Tinggi

Khutbah Jumat Tentang Munajat dan Saling Menolong Saat Wabah Corona

Khutbah Jumat tentang Candaan Tingkat Tinggi

Oleh KH Ahmad Nadhif Abdul Mudjib, Tayu Pati Jawa Tengah. Berikuat Khutbah Jumat tentang Candaan Tingkat Tinggi:

Hadirin Jumah Rohimakumullah,

روي عن عمر بن الخطاب أنه لقي حذيفة بن اليمان رضي الله عنه فقال له: كيف أصبحت يا حذيفة؟ فقال: أصبحت أحب الفتنة، و أكره الحق، و أصلي بغير وضوء، ولي في الأرض ما ليس لله في السماء ! فغضب عمر غضباً شديداً، فلقي علي بن أبي طالب، فأخبره عمر بما سمعه من حذيفة. فقال علي لعمر: صدقَ يا عمر. يحب الفتنة : يعني المال و البنين، لأن الله تعالى قال : { وَاعْلَمُواْ أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلاَدُكُمْ فِتْنَةٌ } ، ويكره الحق : يعني الموت. ويصلي بغير وضوء: أنه يصلي على النبي بغير وضوء في كل وقت. وله في الأرض ما ليس لله في السماء : له زوجة وولد، وليس لله زوجة و ولد. فقال عمر: أصبت و أحسنت يا أبا الحسن ، لقد أزلت ما في قلبي على حذيفة بن اليمان.

Tersebutlah suatu kisah guyonan antara sejumlah Sahabat Nabi Muhammad SAW. Kisah ini harus difahami perhuruf dan perkata, supaya tidak menyebabkan kesalahpahaman dan justru akan merusak akidah kita.
Barangkali ada yang bertanya, untuk apa kita perlu memeras otak hanya untuk memahami kata per kata dari sebuah kisah canda?

Jawabnya; biasakan membaca atau mendengar hingga akhir. Jangan suka memahami masalah sepotong-sepotong, meskipun itu hanya soal candaan atau guyonan. Sebab pemahaman sepotong-sepotong pasti akan membawa celaka besar, meskipun hanya berawal dari candaan atau guyonan.

Hadirin Rohimakumullah

Terjemahan kisah di atas kurang lebih adalah sebagai berikut:

Suatu ketika Sayyidina Umar bin Khattab bertemu dengan Sahabat Hudzaifah bin Al Yaman dan bertanya: Wahai Hudzaifah, bagaimana kabarmu sekarang? Hudzaifah menjawab: aku sekarang menyukai fitnah, aku benci kebenaran, aku sholat tanpa berwudlu dan aku memiliki sesuatu yang tidak dimiliki oleh Allah SWT!

Hadirin yang mulia, sekali lagi mari biasakan mendengar dan membaca sampai akhir. Pernyataan Hudzaifah itu jika ditelan mentah-mentah, maka akan sangat merusak akidah kita.

Kembali ke kisah tersebut, mendengar pernyataan Hudzaifah, semula Sayyidina Umar marah besar, namun berikutnya Sayyidina Umar berdiskusi dengan Sayyidina Ali tentang pernyataan Hudzaifah tersebut. Dan Sayyidina Ali lalu berkata: Hudzaifah menyukai fitnah itu artinya Hudzaifah mencintai anak dan istrinya. Bukankah anak dan istri dalam Alqur’an disebut dengan fitnah? Yaitu sebagaimana firman Allah:

وَاعْلَمُواْ أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلاَدُكُمْ فِتْنَةٌ

Sedangkan Hudzaifah menyatakan tidak suka dengan kebenaran, itu artinya Hudzaifah tidak suka dengan kematian, sebab bukankah kematian adalah haq atau kebenaran? Lalu Hudzaifah sholat tanpa wudlu, itu maksudnya Hudzaifah bersholawat tanpa wudlu. Sebab dalam bahasa Arab, kata sholawat juga dibahasakan dengan sholat. Dan Hudzaifah berani berkata bahwa ia memiliki apa yang tidak dimiliki Allah, itu artinya Hudzaifah memiliki anak dan istri, sedangkan Allah tidak memiliki anak dan istri.

Hadirin Rohimakumullah.

Beberapa waktu lalu di media sosial muncul tulisan seperti ini: “Islam itu agamanya Salah”. Sekali lagi jangan terburu-buru berreaksi. Memang thema utama khutbah kita kali ini adalah: JANGAN TERBURU-BURU BERREAKSI.

Maksud tulisan “Islam itu agamanya Salah” adalah sebagai berikut: bahwa ada seorang pemain sepakbola bertaraf internasional asal Mesir bernama Muhammad Sholah. Kata “Sholah” dalam media-media barat ditulis dengan tulisan “Salah”. Transliterasi huruf SHOD dalam bahasa Inggris memang hanya ditulis dengan huruf “S” saja, bukan dengan huruf “SH” seperti sebagian besar dari kita di sini menulisnya. Jadi arti dari tulisan di media sosial itu adalah: ISLAM ITU AGAMANYA MUHAMMAD SHOLAH PEMAIN SEPAK BOLA ASAL MESIR… Namun ternyata para Netizen banyak yang salah faham dan bahkan langsung mengatakan kafir kepada penulisnya.

Hadirin Rohimakumullah

Contoh ketiga dari ketergesa-gesaan yang fatal dalam memahami suatu persoalan terutama yang menyangkut agama adalah sbb: seorang dai bertitel akademis dari salah satu perguruan tinggi di Timteng merilis sebuah video yang DENGAN NADA KERAS MENGKLAIM BAHWA BERDOA SETELAH SHOLAT ADALAH TIDAK PERNAH DIPERINTAHKAN OLEH BAGINDA NABI. Video ini juga menyatakan bahwa doa sesudah sholat itu ketinggalan waktunya, karena menurutnya berdoa hanya boleh di dalam sholat, bukan setelahnya.

Hadirin Rohimakumullah.

Mari secara perlahan dan teliti kita kaji hukum berdoa setelah sholat. Kita baca kitab an-Najmul Wahhaj karya Syaikh ad-Damiri yang menjelaskan kesunnahannya lengkap berikut dalil hadis sahihnya sebagai berikut:

يستحب الدعاء بعد الصلاة؛ لما روى الترمذي [٣٤٩٩] أن النبي صلى الله عليه وسلم سئل: أي الدعاء أسمع؟ – أي: أقرب إلى الإجابة- قال: (جوف الليل، ودبر الصلوات المكتوبات).

وروى أبو داوود [١٥١٧] والنسائي [٣/ ٥٣]- بإسناد صحيح- أن النبي صلى الله عليه وسلم أخذ بيد معاذ وقال: (يا معاذ؛ والله إني أحبك، أوصيك يا معاذ: لا تدعن دبر كل صلاة أن تقول: اللهم؛ أعني على ذكرك وشكرك وحسن عبادتك).

النجم الوهاج في شرح المنهاج
– ج: ٢ – ص: ١٨٧ –

Selain itu, bukan hanya ulama mazhab, Imam Mazhab pun, dalam hal ini adalah Imam Ahmad, juga menyunnahkan berdoa dan berdzikir dengan suara keras setelah shalat.

وقال القاضي أبو يعلى في ((الجامع الكبير)) : ظاهر كلام أحمد: أنه يسن للإمام الجهر بالذكر والدعاء عقب الصلوات بحيث يسمع المأموم، ولا يزيد على ذلك.
فتح الباري لابن رجب
– ج: ٧ – ص: ٣٩٩ –

Dan bahkan Imam Bukhari dalam kitab Shahihnya juga membuat satu bab khusus yang berjudul بَابُ الدُّعَاءِ بَعْدَ الصَّلاَةِ artinya Bab Doa Setelah Shalat. Dari judul babnya saja sudah jelas isinya apa. Imam Ibnu Hajar al-Asqalani menegaskan bahwa judul itu sengaja dibuat sebagai penolakan terhadap orang yang menyangka bahwa doa setelah shalat itu tidak disyariatkan.

قَوْلُهُ بَابُ الدُّعَاءِ بَعْدَ الصَّلَاةِ
أَيِ الْمَكْتُوبَةِ وَفِي هَذِهِ التَّرْجَمَةِ رَدٌّ عَلَى مَنْ زَعَمَ أَنَّ الدُّعَاءَ بَعْدَ الصَّلَاةِ لَا يُشْرَعُ….

Kemudian Ibnu Hajar menukil penjelasan Ibnul Qayyim yang isinya mirip dengan video tersebut yang menyatakan doa setelah shalat tak ada dalilnya, yang ada dalilnya adalah doa di dalam shalat. Ibnu Hajar kemudian dengan tegas menolak klaim Ibnul Qayyim itu sebab justru dalilnya banyak. Beliau berkata:

قُلْتُ وَمَا ادَّعَاهُ مِنَ النَّفْيِ مُطْلَقًا مَرْدُودٌ فَقَدْ ثَبَتَ عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَهُ يَا مُعَاذُ إِنِّي وَاللَّهِ لَأُحِبُّكَ فَلَا تَدَعْ دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ أَنْ تَقُولَ اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُد وَالنَّسَائِيّ وَصَححهُ بن حِبَّانَ وَالْحَاكِمُ وَحَدِيثُ أَبِي بَكْرَةَ فِي قَوْلِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْكُفْرِ وَالْفَقْرِ وَعَذَابِ الْقَبْرِ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْعُو بِهِنَّ دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ وَالتِّرْمِذِيُّ وَالنَّسَائِيُّ وَصَحَّحَهُ الْحَاكِمُ وَحَدِيثُ سَعْدٍ الْآتِي فِي بَابِ التَّعَوُّذِ مِنَ الْبُخْلِ قَرِيبًا فَإِنَّ فِي بَعْضِ طُرُقِهِ الْمَطْلُوبَ وَحَدِيثُ زَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْعُو فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَرَبَّ كُلِّ شَيْءٍ الْحَدِيثُ أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ وَالنَّسَائِيُّ

Kemudian di video itu juga dikatakan bahwa kata “dubur” artinya bagian akhir yang tak terpisah, bukan setelahnya, sehingga duburas shalawat artinya bagian akhir shalat sewaktu tasyahhud, bukan setelah usai shalat. Pemahaman ini juga disanggah oleh Ibnu Hajar sebab justru banyak hadis yang isinya memerintahkan dzikir duburas shalawat yang maksudnya adalah setelah usai shalat, bukan saat shalat. Dan dubur dalam arti sesudah usai ini adalah ijmak sehingga juga harus dipakai dalam kasus doa ini.

فَإِنْ قِيلَ الْمُرَادُ بِدُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ قُرْبَ آخِرِهَا وَهُوَ التَّشَهُّدُ قُلْنَا قَدْ وَرَدَ الْأَمْرُ بِالذِّكْرِ دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ وَالْمُرَادُ بِهِ بَعْدَ السَّلَامِ إِجْمَاعًا فَكَذَا هَذَا حَتَّى يَثْبُتَ مَا يُخَالِفُهُ
فتح الباري لابن حجر
– ج: ١١ – ص: ١٣٣ –

Hadirin Rohimakumullah

Inti dari khutbah ini adalah sebagaimana telah disampaikan di muka tadi bahwa mari kita hindari ketergesa-gesaan dalam memahami sesuatu terutama yang berkaitan dengan agama

Ketergesa-gesaan itu bisa dihindari dengan memperbanyak membaca dan menganalisa. Dan memperbanyak bacaan harus dimulai dengan bacaan-bacaan dasar yang berisi kaidah-kaidah utama dalam memahami agama.

Kalau dalam dunia pesantren asli Nusantara, kita diajarkan mulai dari kaidah Nahwu dan Shorof secara terperinci dan rumit. Dan memang harus rumit. Karena memahami agama tidak boleh secara serampangan. Di antara kasus viral adalah seorang Dai Kondang dengan jumlah jamaah ratusan ribu atau mungkin jutaan telah gegabah mengurai kata takziyah, di mana ia mengklaim bahwa takziyah itu berasal dari kata ‘azza ya’izzu ‘izzan ta’ziyatan. Ini bukan sekedar salah ucap karena pembahasan asal kata beserta segala bentuk derivasi atau tashrifannya dalam Ilmu Shorof adalah menentukan salah benarnya pemahaman kita akan hakekat suatu perkara.

Pada akhinya, marilah kita banyak membaca. Banyak ngaji, terutama dari ilmu-ilmu dasar yang fundamental. Mengabaikan hal-hal yang dianggap kecil akan membawa dampak yang sangat fatal. Kita harus semakin prihatin terutama dengan apa yang telah pernah didawuhkan oleh Baginda Nabi SAW: DU’AATUN ‘ALAA ABWABI JAHANNAM… Para Da’i yang bisa menjerumuskan kita ke neraka jaham. Na’udzubillah tsumma na’udzubilllah…

A’udzu billahi minasysyaithonirrojim, Bismillahirrohmanirrohim:

أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ
بارك الله لي ولكم في القرآن الكريم ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم وتقبل مني ومنكم تلاوته إنه هو الغفور الرحيم، وقل رب اغفر وارحم وأنت

Demikian Khutbah Jumat tentang Candaan Tingkat Tinggi. Semoga naskah Khutbah Jumat tentang Candaan Tingkat Tinggi ini bermanfaat dan bisa dijadikan rujukan bagi sahabat sekalian. Amin

Baca Khutbah dengan tema lainnya. Baca di sini

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *