Kearifan Hidup Masa Pandemi, Khutbah Idul Fitri 2021

Kearifan Hidup Masa Pandemi, Khutbah Idul Fitri 2021

Kearifan Hidup Masa Pandemi, Khutbah Idul Fitri 2021.

Oleh: Dr. Ibi Syatibi, M.Si.  Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Ketua Komisi Aset PWNU Daerah Istimewa Yogyakarta.

Khutbah Pertama

السّلام عليكم ورحمة الله وبركاته

الله ُأَكْبَرُ-الله ُأَكْبَرُ – الله ُأَكْبَرُ – الله ُأَكْبَرُ-الله ُأَكْبَرُ-الله ُأَكْبَرُ-الله ُأَكْبَرُ- الله ُأَكْبَر- الله ُأَكْبَرُ

اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ.

اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ وَفَّقَنَا ِلإِتْمَامِ شَهْرِ رَمَضَانَ وَأَعَانَناَ عَلىَ الصِّيَامِ وَالْقِيَامِ وَجَعَلَنَا خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ للِنَّاسِ. نَحْمَدُهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَهِدَايَتِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُ الْمُبِيْنُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ خَاتَمُ النَّبِيِّيْنَ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَآأَيُّهَا عباد الله. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَاتَّقُوْا الله َحَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْن

قاَلَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْاَنِ الْكَرِيْمِ اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بسم الله الرحمن الرحيم*

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗ وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗ يُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

Hadirin-hadirat, Muslimin-muslimat Jama’ah Shalat Idul Fitri Rahimakumullah

Allahu Akbar 3x,

Pertama-tama, sebagai khatib, saya berpesan kepada saya sendiri dan hadirin/hadirat jama’ah semuanya untuk selalu meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Swt. dengan cara mengamalkan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.

Di pagi hari yang mulia dan penuh khidmat ini, sembari bersila, duduk istiqomah dan i’tikaf tuma’ninah di mesjid ini, marilah kita bersama-sama memanjatkan puji syukur yang tulus kehadirat Allah Swt. atas curahan rahmat dan nikmat-Nya kepada kita semua, sehingga kita dapat menunaikan shalat Idul Fitri dengan khusu’ dan tertib. Kita patut bersyukur kepada Allah Swt., karena di tengah pandemi Covid-19 ini kita dapat menjalankan ibadah shalat Idul Fitri, puasa, zakat dan ibadah lainnya selama Ramadhan 1442 H./2021 M. ini.

Hadirin-hadirat, Jama’ah Shalat Idul Fitri Yang Dirahmati Allah Swt.

Allahu Akbar 3x,

Pada kesempatan ini, perkenankan saya menyampaikan “Hikmah-hikmah Idul Fitri dan Mengarifi Pandemi Covid-19”. Untaian hikmah ini tidak lain merupakan penggalian makna moral Idul Fitri dan pada gilirannya bermanfaat untuk kita semua dalam rangka memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran di dalamnya. Kita telah mengetahui bahwa Hari Raya Idul Fitri ini merupakan momen yang suci, karena di dalamnya penuh ampunan dan keberkahan Allah Swt., setelah sebulan penuh kita melaksanakan ibadah puasa dan ibadah-ibadah lainnya.

Terlebih, era wabah Covid-19 yang masih berlangsung ini menuntun kita untuk senantiasa waspada terhadap dampak-dampak yang ditimbulkan dan penuh pengharapan kepada Allah Swt. akan keselamatan dari-Nya. Fenomena pandemi Covid-19 ini tidak semata dilihat dari tinggi angka ODP, PDP dan angka kematian, namun secara umum dampaknya telah menggeser dan merubah tata kelola kehidupan kita. Berawal dari soal kesehatan, merambah pada kehidupan sosial ekonomi dan perilaku manusia.

Pertama, serangkaian peribadatan selama bulan Ramadhan kita jadikan sebagai madrasah keimanan kepada Allah Swt.

Kehadiran Ramadhan telah banyak memfasilitasi kita untuk semakin banyak beribadah kepada Allah Swt. dan mendekatkan dirinya kepada-Nya seperti puasa, shalat wajib lima waktu, zakat, shalat sunnah rawatib, shalat tarawih, shalat witir, tadarus al-Qur’an, dan shalat-shalat lainnya yang mengiringi ibadah ‘itikaf di masjid atau di rumah. Tentu saja, semua peribadatan yang kita lakukan selama Ramadhan itu merupakan madrasah keimanan dan sekaligus menjadi wahana untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt.

من قام رمضان إيمانا واحتسابا غُفِرَ له ما تقدَّم مِنْ ذَنْبِهِ ، ومن قام ليلةَ القَدْرِ إيمانا واحتسابا غُفِرَ له ما تقدَّم مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya, “Siapa yang menghidupkan bulan Ramadhan (dengan puasa atau ibadah) dengan iman dan mengharap pahala dari Allah Swt. maka diampuni dosanya yang telah lalu, dan siapa yang menghidupkan (beribadah) malam lailatul qadar dengan iman dan mengharap pahala dari Allah subhanahu wata’ala maka diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Semoga kita semua termasuk orang-orang yang berkesungguhan dalam melakukan ibadah-ibadah tersebut dan karenanya kita mendapat ampunan dari Allah Swt.

Di tengah situasi dan kondisi pandemi Covid-19 ini, Islam senantiasa mengambil jalan tengah atau moderat. Dimensi equilibriumnya terletak pada sikap kita sebagai umat beriman dan di saat yang sama meresponnya untuk kemaslahatan kehidupan kita. Hifd an-Nafs, yang memiliki arti memelihara jiwa atau nyawa seseorang dan menjadi salah satu maqasid asy-syariah (hifd ad-din, hifd al-‘aql, hifd an-nasl dan hifd al-mal) memiliki posisi prioritas penting dalam pandangan agama. Oleh karena itu, kita mesti memanfaatkan ilmu pengetahuan untuk memahami Covid-19 dan dampaknya terhadap kesehatan. Tentu, ranah ini adalah bidang kedokteran dan ilmu kesehatan. Kita yang awam dalam bidang ini hanyalah taat dan mengikuti protokol kesehatan dan aturan-aturan pemerintah lainnya yang terkait. Hal ini diperkuat dalam sebuah kaidah yang populer dalam fikih kesehatan.

صحة الابدان مقدمة على صحة الاديان

Artinya: “Kesehatan jasmani didahulukan dari pada keselamatan agama”.

Kaidah di atas juga senada dengan kaidah lainnya yang memiliki perhatian terhadap betapa pentingnya kemaslahatan jiwa manusia perlu diprioritaskan.

مصلحة الإنسان دائما مقدمة على مصلحة الدين

Artinya:”Kemaslahatan manusia selamanya didahulukan dari pada kemaslahatan agama”.

Dua kaidah fikih kesehatan di atas pada dasarnya memiliki landasan tekstual-normatif dari hadis Nabi Muhammad Saw. yang diriwayatkan Imam Ahmad dan Ibn Majjah.

لاَ ضَرَرَ وَلاَ ضِرَارَ

Artinya: “Tidak boleh melakukan sesuatu yang membahayakan diri sendiri ataupun orang lain”.

Terhadap fenomena Covid-19 ini, kita sebagai umat beriman, menerima dan ini semuanya adalah takdir Allah Swt. Jalan tengahnya, kita mengambil sikap antara kesedihan, ketakutan dan harapan mendapati kembali situasi dan kondisi yang normal. Kita sebagai umat beriman mengambil sikap seimbang antara khauf (takut, panik) di satu sisi dan pada saat yang sama kita juga mengambil sikap roja (penuh harap akan pertolongan dan rahmat Allah Swt.). Kepanikan dan ketakutan kita dalam suasana Covid ini harus diiringi dengan praktik kita untuk tidak melanggar hal-hal yang menjadi ketentuan dalam protokol kesehatan. Tidak mudik, di rumah saja dan tindakan lainnya yang preventif adalah bentuk dan langkah positif langsung dari khauf (ketakutan dan kepanikan) kita. Bahasa lain untuk menggambarkan situasi psikologi ini adalah kita mengambil sikap prihatin dan waspada.

Kedua, Ramadhan sebagai bulan al-Qur’an

Dalam sejarah Islam, perayaan Idul Fitri memiliki momentum untuk mensyukuri bulan Ramadhan yang penuh berkah, di mana di dalamnya diturunkan al-Qur’an. Hari Raya Idul Fitri ini sendiri diperingati sebagai peletakkan batu pertama ajaran Islam. Sebagai sebuah agama, Islam memiliki kitab suci yang bernama al-Qur’an. Ia menjadi sumber doktrin dan ajaran Islam. Ia berfungsi sebagai sumber pedoman hidup umat Islam dan manusia secara keseluruhan. Kitab yang pada awal abad ke-7 M. ini diturunkan senantiasa memiliki relevansi dengan setiap zaman dan tempat. Kandungan dan maknanya dapat juga menjawab tantangan modernitas saat ini.

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ

Artinya:Bulan Ramadhan yang di dalamnya –mulai- diturunkannya Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan keterangan-keterangan yang nyata yang menunjuk kepada kebenaran, yang membedakan antara yang haq dan yang bathil.” (QS Al-Baqarah: 185).

Bagi kita yang hidup pada abad ke-21 M. ini tentu saja bukan hanya menjadi kewajiban kita untuk senantiasa mengimani al-Qur’an, namun juga dituntut untuk lebih dekat lagi dalam mengakses al-Qur’an dan pada gilirannya dapat mengamalkan ajaran-ajarannya. Akses-akses kita terhadap al-Qur’an dapat dilakukan dengan cara mendengarkan, mempelajari, membaca, memahami, menghayati, menafsirkan, menghafal ayat-ayat suci al-Qur’an dan mengajarkannya kepada khalayak yang lebih luas. DiRumahSaja era pandemi ini adalah momentum yang strategis untuk dapat kita manfaatkan lebih dekat lagi hidup bersama al-Qur’an.

Ketiga, pentingnya mengembangkan kefitrahan manusia untuk keadabannya

Hari Idul Fitri yang kita rayakan saat ini merupakan momentum yang tepat dan strategis untuk kembali kepada kesucian yang disimbolkan dengan adanya maaf dari Allah Swt. dan disempurnakan dengan maaf dari sesama manusia. Hal ini menjadi penting, mengingat dalam istilah agama, ada yang disebut dengan huququllah (hak-hak Allah) dan ada pula yang disebut huququlinsan. Dosa atau kesalahan manusia kepada Allah Swt. menimbulkan hak bagi Allah Swt. untuk menuntut penebusan dari manusia. Kita menjalankan puasa Ramadhan, misalnya, dapat dipahami sebagai upaya menebus dosa itu dan memohon ampunan dari-Nya.

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (H.R. Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Dengan demikian ungkapan yang sering kita ucapkan dalam momentum lebaran ini “min al-‘aidin wa al-faizin” pada dasarnya berdimensi vertikal (memohon pengampunan dari Allah Swt untuk dikembalikan pada kondisi yang fitri dan mendapat kebahagian). Sementara ungkapan “mohon maaf lahir dan batin” berdimensi horizontal (mendapat respon positif dari antar sesama, saling memaafkan dan membangun hubungan yang lebih baik).  

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

 الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

Artinya: Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS. Ali Imran [3]: 133-134).

Tentu, saat ini yang masih berada pada masa pandemi Covid-19, silaturrahmi dapat dilakukan dengan memperhatikan protokol kesehatan. Dengan tanpa mengurangi hakikat silaturrahmi itu sendiri dengan keluarga inti, handai taulan, kolega-kolega yang berbeda daerah/wilayah dapat dilakukan dalam jaringan media sosial. Satu sama lain saling memberikan kerelaan untuk memaafkan dan membuka lembaran putih dan baru untuk melakukan relasi sosial (hablum minannas) yang lebih baik.

Keempat, pentingnya menebar benih kebaikan dan kedamaian untuk kemaslahatan universal

Tak disangkal lagi jika Ramadhan mengajarkan umat Islam untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah Swt. dan pada saat yang sama menginternalisasikan nilai-nilai ketuhanan untuk kebaikan manusia. Berkah Ramadhan sejatinya dapat terwujud tidak hanya pada bulan puasa dan Idul Fitri ini saja, melainkan juga pada masa pasca puasa, yakni sebelas bulan berikutnya hingga Ramadhan tahun selanjutnya. Jika ini bisa diwujudkan, umat Muslim akan benar-benar memiliki kualitas keimanan dan keislaman yang memadai dan pada saat yang sama dapat menampilkan rahmat bagi sekalian alam. Umat muslim dapat menjadi teladan dan menjadi umat pilihan bagi umat beragama lainnya. Ringkasnya, serangkaian peribadatan yang dilakukan selama bulan Ramadhan pada gilirannya dapat berimplikasi pada kepribadian yang lebih soleh dari waktu-waktu sebelumnya, baik soleh secara personal maupun sosial. Ini pulalah yang menjadi hakikat hikmah lailatul qadar pada bulan Ramadhan ini, yakni semakin menguatnya kebaikan dan kedamaian yang tercipta untuk diri seorang muslim, keluarga dan lingkungan masyarakat yang lebih luas.

مَن جَآءَ بِٱلْحَسَنَةِ فَلَهُۥ خَيْرٌ مِّنْهَا ۖ وَمَن جَآءَ بِٱلسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَى ٱلَّذِينَ عَمِلُوا۟ ٱلسَّيِّـَٔاتِ إِلَّا مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

Artinya: “Barang siapa datang dengan (membawa) kebaikan, maka dia akan mendapat (pahala) yang lebih baik dari pada kebaikannya itu; dan barang siapa datang dengan (membawa) kejahatan, maka orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu hanya diberi balasan (seimbang) dengan apa yang dahulu mereka kerjakan (Q.S. al-Qashah [28]: 84).

Kelima, mengambil ibrah di era pandemi

Kehadiran Ramadhan 1441 H. dan bersamaan dengan era pandemi saat ini tentu ada banyak ibrah (pelajaran) yang menjadi etos untuk kehidupan kita saat ini dan masa mendatang. Pertama, kehidupan kita menjadi lebih dekat kepada Allah Swt. Kegiatan ekonomi dan rutinitas kerja yang dilakukan di luar rumah dan menyita perhatian di satu sisi mengesankan kita telah mengabaikan ruang spiritualitas. Bergumul dan banyak berdialog bersama keluarga di rumah telah menambah kehangatan dalam mendekatkan diri kepada Allah Swt. terlebih pada momentum puasa Ramadhan ini.

Kedua, pembatasan sosial yang berskala besar dan kebijakan lainnya dari pemerintah kita mesti bersikap husnudhan. Dalam kaca mata agama, Allah Swt. sesungguhnya tengah mengajarkan kepada kita sebagai umat manusia untuk menahan diri, diam dan tidak banyak melakukan aktivitas di luar. Menurunnya dunia transportasi sehingga berpolusi rendah telah menjadikan langit biru dan cerah. Kondisi ini menandai bahwa ekosistem alam tengah melakukan harmonisasinya sendiri melalui hukum-hukum alam yang bekerja. Bumi tengah melakukan perbaikan-perbaikan alam di dalamnya. Perlahan, alam semesta ini menemukan harmoninya kembali.

Ketiga, semua kalangan tampaknya tengah diuji dengan berbagai penderitaan. Hal positif yang bisa kita raih adalah boleh jadi seseorang akan mendapatkan pengalaman batin dalam penderitaan, saat ia tak bisa mendapatkannya dalam peribadatan (puasa, shalat dan lainnya). Pengalaman batin saat diuji inilah adalah cara dan skenario Allah Swt. untuk menarik manusia lebih dekat lagi kepada-Nya. Melalui belajar sabar dan menemukan substansi kebenaran dalam hidup manusia. Oleh karenanya, ujian itu bukan hanya dalam keadaan saat beribadah saja, tapi juga saat mengalami kerugiaan dan musibah.

Dan keempat, ilmu pengetahuan akan terus berkembang, melaju seiring dengan fenomena covid ini untuk menemukan temuan-temuan barunya berupa vaksin atau obat-obatan lainnya untuk mendukung kesembuhan dan kesehatan penderita. Termasuk dalam praktik kehidupan yang riil, kita diajak untuk menemukan kebaruan-kebaruan dalam tata kelola kehidupan kita, baik dalam gaya hidup yang selalu menggunakan masker dan pelindung lainnya, maupun kebaruan dalam menemukan strategi ketahanan ekonomi dan pangan keluarga.

Akhirnya, Ramadhan 1442 H. yang bersamaan dengan era pandemi Covid-19 ini semoga mengantarkan kita pada situasi dan kondisi keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. yang semakin meningkat. Pada saat yang sama, kita juga dapat mengambil ibrah dan hikmah untuk perbaikan dan kemaslahatan hidup dan kehidupan kita di dunia ini. Semoga Allah Swt. segera mengangkat Covid-19 dari bumi ini dan kita bisa kembali pada kehidupan normal.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَذِكْرِ اْلحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ, فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 KHUTBAH II: Kearifan Hidup Masa Pandemi, Khutbah Idul Fitri 2021

 الله أكبر – الله أكبر – الله أكبر – الله أكبر – الله أكبر – الله أكبر – الله أكبر–

 الله أكبر كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً لاَ إِلَهَ إِلاّاَلله ُوَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لاَ إِلَهَ إِلاّاَلله ُوَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ المُشْرِكُوْنَ وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ وَلَوْكَرِهَ المُناَفِقُوْنَ

الحَمْدُ لِلّهِ حَمْداً كَثِيْرًا كَماَ أَمَرَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّ الله ُوَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ إِرْغاَماً لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الخَلَآئِقِ وَالبَشَرِ. صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ مَصَابِيْحَ الغُرَرِ. أَمَّا بَعْدُ:

 فَيآأَيُّهاَ عباد الله. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَافْعَلُوْاالخَيْرَ وَاجْتَنِبُوْآ عَنِ السَّيِّآتِ. وَاعْلَمُوْآ أَنَّ الله َأَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّابِمَلَآئِكَةِ المُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. فَقاَلَ تعالى فِيْ كِتاَبِهِ الكَرِيْمِ أَعُوْذُ باِلله ِمِنَ الشَّيْطاَنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَحِيْمِ. إِنَّ اللهَ وَمَلَآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيْ يَآأَيُّهاَ الَّذِيْنَ آمَنُوْآ صَلُّوْآ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. فَأَجِيْبُوْآالله َاِلَى مَادَعَاكُمْ وَصَلُّوْآ وَسَلِّمُوْأ عَلَى مَنْ بِهِ هَدَاكُمْ. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصِحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. وَعَلَى التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. وَارْضَ الله ُعَنَّا وَعَنْهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الراَحِمِيْنَ.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِناَتِ وَالمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ الأَحْيآءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعُ قَرِيْبٌ مُجِيْبٌ الدَّعَوَاتِ.

اللهم أصلح لنا ديننا الذي هو عصمة أمرنا، وأصلح لنا دنيانا التي فيها معاشنا، وأصلح لنا آخرتنا التي إليها معادنا، اللهم اجعل الحياة زيادة لنا فى كل خير اللهم أصلح أئمتنا وولاة أمورنا، وآمنا في أوطاننا ودورنا وبلغنا مما يرضيك آمالنا واختم بالباقيات الصالحات أعمالنا، اللهم احفظ بلادنا من كل سوء ومكروه، وأدم علينا الأمن والاستقرار، وجنبنا جميعا كل ما يؤدي إلى تباعد القلوب وتباغضها، اللهم اجمع كلمتنا على الحق، واطفئ مشاعل الفتنة، وسد مسارب الفوضى، واجعلنا صفا واحدا على كل من أراد الشر لبلادنا يا أرحم الراحمين
اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنّاَ الغَلآءَ وَالبَلآءَ وَالوَبآءَ وباء قارنا وَالفَحْشآءَ وَالمُنْكَرَ وَالبَغْيَ وَالسُّيُوفَ المُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَآئِدَ وَالِمحَنَ ماَ ظَهَرَ مِنْهَا وَماَ بَطَنَ مِنْ بَلَدِناَ إِنْدُوْنِيْسِيَّا خاَصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ المُسْلِمِيْنَ وجميع الدؤل عاَمَّةً ياَ رَبَّ العَالمَيِنَ.

اَللَّهُمَّ هذَا الدُّعَاءُ وَمِنْكَ اْلإِجَابَةُ، وهذَا الْجُهْدُ وَعَلَيْكَ التُّكْلاَنُ، وإِنَّا ِللهِ وَإِنًّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ. ذِي الْحَبْلِ السَّدِيْدِ وَاْلأَمْرِ الرَّشِيْدِ، نسْأَلُكَ اْلأَمْنَ يَوْمَ الْوَعِيْدِ، وَالْجَنَّةَ يَوْمَ الْخُلُوْدِ، مَعَ الْمُقَرَّبِيْنَ الشُّهُوْدِ، اَلرُّكَّعِ السُّجُوْدِ، وَالْمُوْفِيْنَ لَكَ بِالْعُهُوْدِ، إِنَّكَ رَحِيْمٌ وَدُوْدٌ، وَأَنْتَ تَفْعَلُ مَا تُرِيْدُ.

رَبَّناَ آتِناَ فِيْ الدُّنْياَ حَسَنَةً وَفِيْ الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِناَ عَذَابَ النَّارِ وَالحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ العاَلمَيِنَ

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Demikian tentang Kearifan Hidup Masa Pandemi, Khutbah Idul Fitri 2021, semoga bermanfaat.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *