Jadi Pembicara Stadium General IIQ An-Nur, Kang Abik Ingatkan Pentingnya Menulis

IMG-20171022-WA0019

BANTUL, BANGKITMEDIA.COM

Institut Ilmu Al-Qur’an An-Nur Yogyakarta menyelenggarakan Stadium General dengan mengusung tema: “Menulis sebagai Tanggung Jawab Peradaban Dunia,” Sabtu (21/10). Hadir sebagai pembicara Habiburrahman el-Shirazy, Lc., Pg.D. Beliau merupakan salah satu dosen IIQ An-Nur yang juga menjadi penulis terkenal tingkat internasional. Salah satu karya fenomenalnya berjudul Ayat-Ayat Cinta, dan pada akhir tahun ini, tepatnya 21 Desember 2017, akan launching film Ayat-Ayat Cinta 2.

Seminar ini dibuka langsung oleh Wakil Rektor I Bidang Akademik, Khoirun Ni’at, M.A. Dalam sambutannya beliau mengungkapkan tujuan diadakannya stadium general ini untuk menumbuhkan semangat literasi di kalangan mahasiswa yang kian hari kian memudar.

“Kegiatan ini bertujuan untuk menambah motivasi dan semangat mahasiswa IIQ An-Nur dalam dunia literasi, karena banyak dosen-dosen IIQ yang memiliki peran penting dalam dunia tulis-menulis, salah satunya dosen IIQ An-Nur yaitu Pak Ikhsanuddin, M.S.I. Beliau merupakan santri berprestasi tingkat nasional  yang menjadi salah satu nominator pada hari santri 22 Oktober besok. Stadium general ini merupakan agenda wajib untuk mahasiwa semester I,” ujar Khoirun.

Sementara itu, Habiburrahman yang terkenal dengan sapaan Kang Abik menjelaskan tentang alasan menganapa harus menulis. Alasan yang pertama yakni karena menulis merupakan perintah Allah Swt.

“Karena menulis adalah salah satu perintah Allah yang terkandung dalam wahyu pertama pada kata iqra’, bacalah. Secara tidak langsung perintah membaca tersebut juga mengandung perintah menulis, al qira’ah wal kitab.” ujarnya.

Alasan kedua yakni menulis merupakan salah satu tradisi para ulama. “Menulis merupakan salah satu tradisi para ulama seperti Imam Suyuti yang menulis enam ratus kitab, salah satunya al-Ithar fii ‘ulumil Quran. Kemudian tafsir al-Jalalain yang sering digunakan sebagai rujukan dan masih banyak lagi. Ini kita baru berbicara tentang Imam Suyuti masih banyak ulama lain seperti al Imam Nawawi, al Imam Ghazali dan lain sebagainya. Menulis juga tidak terlepas dari tradisi para santri lantaran para ulama besar pun sejatinya seorang santri,” tambahnya lagi.

Kang Abik menambahkan, bahwa hari ini Indonesia jauh tertinggal dari negara-negara maju seperti Jepang, Amerika, Australia, serta negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Di negara-negara tersebut, anak-anak sekolah menengah atas diwajibkan membaca sastra induk negara mereka. Bukan hanya wajib membaca, mereka juga mendapat tugas meresume dan mempersentasikan hasil ulasannya di depan teman-teman kelas.

“Namun ironisnya di negeri kita ini tidak ada budaya seperti itu. Ini merupakan penelitian dari Ismail Taufiq,” pungkasnya. (Fitri/Anas)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *