KH Rotal Amin, Guru Besar yang Rendah Hati
Siang tadi (Senin, 17 Juni 2019) , saat sedang meninjau persiapan gladi bersih acara wisuda anak-anak kelas 6, mendadak mendengar kabar duka dari Tremas. Mbah Rotal, demikian saya biasa memanggil guru saya KH Rotal Amin, telah berpulang kehadirat Allah SWT.
Bagi saya, Mbah Rotal bukan sembarang guru. Beliau juga berperan layaknya orangtua sekaligus teman dekat bagi para guru dan santri. Kesahajaannya menunjukkan kedalaman ilmu yang dimilikinya, yang membuat semua santri, guru hingga keluarga ndalem (Tremas-red) menaruh hormat pada sosok yang dikenal sebagai munjid berjalan, sebuah julukan yang meneguhkan betapa level penguasaan ilmu, utamanya perbendaharaan bahasa arabnya, tidak diragukan lagi.
Saat pertama mondok di Tremas, beliau adalah guru pertama saya Tahaji. Sebuah pelajaran dasar menulis huruf arab. Sesuatu yang luarbiasa, seorang profesor, guru besar Bahasa Arab mau mengajar mapel paling dasar pengenalan huruf hijaiyyah, sejenis BTA di Taman Pendidikan Al Qur’an itu.
Pada kesempatan terakhir bertemu beliau, sekitar 10 bulan lalu, kami sempat ngobrol, bertanya hal-hal ringan tentang masa awal perjuangan beliau ikut membantu perjuangan Mbah Habib dan Mbah Haris Dimyathi merintis kebangkitan Pondok Tremas pada dekade 50-60 an.
Pada waktu bersamaan, beliau sepertinya juga sempat diaturi Gus Luqman terlibat aktif di Ma’had Aly Al Tarmasii. Bukan sekadar penghormatan atas pengabdiannya pada pondok, tapi keluasan ilmu dan dedikasinya pada almamater, pantas bagi beliau mendapatkan predikat guru besar dengan segala kesahajaannya yang bisa menjadi uswah bagi kita.
Sore ini, kami bersama ribuan alumni yang tidak sempat menghantar beliau ke peristirahatan terakhir, hanya bisa memanjatkan doa-doa tak seberapa, lewat gemuruh angin dan debur ombak yang turut meratapi kepergian seorang kekasih Allah yang alim dan rendah hati itu…
Selamat jalan guru, semoga khusnul khotimah….
Lahu al Fatihah…
Penulis: Ade Ahmad, Pacitan.