Innalillahi.. Selamat Jalan KH Ayip Abbas Buntet Pesantren Cirebon

kh ayib abbas

Mengantar kepergian KH Ayip Abbas bin Abdullah Abbas, Buntet Pesantren.

Pagi itu, tepatnya pada tanggal 24 Februari, saya menerima japri via whatsapp, beliau mengabarkan bahwa sore hari itu akan terbang umrah. Tentu saya senang dan mendoakan agar perjalanan ibadahnya tersebut dilancarkan dan mendapatkan umrah maqbulah.

Tepat jam 08.14 pagi, tanggal 27 Februari, beliau menelpon via WA namun belum sempat saya jawab, karena HP belum tersetting MPV. Saya faham beliau pengen ditemuinya di Mekkah, maka saya jawab bahwa kami tinggal di ibu kota yang jaraknya 900 km dari tanah haram tersebut, sehingga belum bisa ketemu saat itu.

Saya berencana akan menghubungi beliau pas santai di kantor, namun seperti kita ketahui, hari itu ramai pemberitaan adanya larangan jamaah umrah masuk Saudi, kamipun seharian sibuk menjawab pertanyaan dari tanah air terkait info yang sangat mendadak tersebut, hingga saya lupa nawaitu untuk menghubungi Kang Ayip.

Namun malam ini, Jumat 6 Maret pukul 21.04 waktu Saudi, kabar duka itu saya terima dari WAG, tapi saya ragu, kutelusuri ke kolega dekatnya, dikabarkan bahwa beliau dalam perjalanan ke RS, namun beberapa menit kemudian kabar menyedihkan itu benar-benar saya terima.

Saya tentu sangat terpukul, merasa berdosa sekali, karena keinginan beliau untuk bersilaturrahim, itikaf dan ngopi bareng di Mekkah belum kesampaian.

Pertemuan terakhir saya dengan beliau, di awal bulan syawal saat kami cuti, itupun tidak sengaja di perjalanan daerah sumber pinggiran kota Cirebon, saat kami keluar pom bensin, untungnya di bagasi mobil saya sudah menyiapkan pesanan beliau, yaitu kurma Ajwa, serta beberapa buah tangan khas Arab; zamzam, gamis, dll.

Kang Ayip, ngapunten atas kesombongan dan kelalaianku, saya tidak menyangka kalau itu pertemuan terakhir kita, banyak sekali bimbingan dan nasihat njenengan, juga doa, support, guyonan, bahkan kritik kepada keluarga kami.

Saya masih mencatat dalam tinta emasku saat almarhum ibuku sakit, Kang Ayip datang mengobatinya, begitupun saya berterima kasih yang sering menyempatkan mampir ke gubukku di Bekasi, terutama saat bersama ayahanda Mbah Dullah Abbas, sebuah kehormatan yang tak terkira bagi santri seperti saya dikunjungi sesepuh pesantren Buntet dan Rois Syuriyah PWNU Jabar saat itu.

Kang Ayip, saya bersaksi njenengan orang saleh, sederhana, alim dan istiqomah. Karena jarak keberadaan kita berjauhan, maafkan saya tidak bisa menghantarkan ke tempat peristirahatan terakhirmu, ngaputene ingkang katah Kang, semoga husnul khatimah, amin…

اللهم اغفر له وارحمه وعافه واعف عنه، وله الفاتحة …

Penulis: Sa’dun el-Zabeed.

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *