Hubungan Dekat Saudi-China

saudi china

Prof Sumanto Al Qurtuby, Arab Saudi

Sudah cukup sering saya menulis hubungan baik negara-negara Arab Teluk, termasuk Saudi, dengan Tiongkok (China), baik hubungan dagang maupun politik. Bahkan bukan hanya dengan China, sejak beberapa tahun terakhir, Saudi juga membangun hubungan baik dengan Russia.

Berbagai tulisanku itu sebetulnya untuk menyindir “rombongan curut pekok Arab KW” di Indonesia yang sok-sokan berlagak “anti-China”, padahal demen angpao China dan doyan beli produk-produk China.

Dulu, Amerika sebagai partner bisnis terbesar Saudi. Tapi sejak beberapa tahun terakhir, menurut Menteri Energi Khalid Al-Falih, Chinalah yang menjadi rekan bisnis terbesar Arab Saudi. China juga menjadi pengimpor minyak terbesar dari Saudi. Bahkan pemerintah Saudi dan China bikin Sino-Saudi Forum sebagai jembatan untuk memuluskan relasi Saudi-Tiongkok.

Kerja sama mereka bergerak di berbagai sektor: industri, energi, transportasi, komunikasi, perumahan, pakaian sampai kebudayaan dan pertanian. Banyak perusahan raksasa Saudi yang beroperasi di China. Begitu pula sebaliknya, banyak perusahan besar China yang beroperasi di Saudi. China’s Belt and Road Initiative klop dengan Saudi Vision 2030.

Karena Saudi membuka kran seluas-luasnya kepada China untuk berbisnis, maka jangan heran kalau banyak sektor dan produk di Saudi yang “made in” China, banyak pembangunan yang dikerjakan oleh China mulai dari bandara, pabrik, perkantoran, mall, apartemen sampai terminal dan Kereta Api beserta relnya.

China pulalah yang membuat rel dan KA jurusan Madinah-Jeddah-Makah “kombak-kambek” sehingga membuat lebih nyaman para jamaah haji dan umroh lantaran jarak tempuh menjadi lebih sedikit yang sebelumnya cukup memakan waktu karena ditempuh dengan bus.

China juga banyak memproduksi aneka ragam jenis pakaian, termasuk gamis untuk lelaki dan abaya untuk perempuan dan pernik-pernik lainnya, dan bahkan sajadah, surban, kupluk kaji, tasbih, atau boneka onta pun yang dijadikan oleh-oleh oleh “pak kaji” dan “bu hajah” atau “pak umroh” dan “bu umroh” banyak yang made in “aseng”.

Jadi, kalau di Arab Timur Tengah, “onta ori” dan panda sangat mesra dan saling jatuh cintrong, nun jauh di negeri antah berantah bernama Endonesah, para “onta KW” berlagak anti-China xixixixixi. Ayo baca mantera lagi biar nggak ketularan demit gundul: “Bul gubal gabul, kampret semprul kayak tuyul; bul gubal gabul, codot bahlul tukang ngibul”

Jabal Dhahran, Arab Saudi

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *