Batang – Pimpinan Ranting (PR) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Desa Sidorejo, Kecamatan Warungasem, Kabupaten Batang, Jawa Tengah mengadakan ‘Gowes Pelajar Nusantara’ sebagai cara memeriahkan hari santri nasional (HSN).
Meski hari santri tercatat pada Selasa kemarin, namun hingga hari ini, Rabu (23/10) masih menyisakan gelaran serupa. Menariknya, IPNU-IPPNU memilih segmen pelajar sekolah dasar sebagai rekan kegiatan. Ratusan anak dari SDN 01 Sidorejo, SDN 02 Sidorejo, dan MI Salafiyah Sidorejo dengan ceria mengikuti kegiatan tersebut.
“Mereka gowes mengelilingi desa dengan suasana pagi yang indah dan asri. Mereka semua ceria dan sangat antusias mengikuti kegiatan ini dengan didampingi guru beserta tim kemanan, Banser NU dan CBP IPNU,” kata ketua IPNU Sidorejo, Faizul Rakhmandhani seusai acara.
Lebih lanjut, Faizul menerangkan, sesuai dengan ketentuan panitia, sepeda para peserta dihias warna-warni dan semenarik mungkin. Selain itu, alunan musik akustik dari grup musik lokal, Safana Band telah dipersiapkan untuk menyambut mereka di garis finish, ada juga atraksi pencak silat dan bernyanyi sebagai acara hiburan pengisi pembagian doorprize, “Acara sederhana, dengan sekitar lima puluhan doorprize sederhana tetap memeriahkan suasana hari santri,” katanya.
Faizul menerangkan, sistem rotasi tempat acara dimaksudkan sebagai upaya untuk menghindari adanya kesenjangan sosial, “Kali ini acara ditempatkan di SDN 01 Desa Sidorejo, sebab MI Salafiyah telah menjadi pusat kegiatan pada HSN tahun 2018 lalu, Insyaallah tahun depan di SDN 02, mengingat di Sidorejo terdapat tiga pendidikan tingkat dasar,” kata Faizul membeberkan.
Kepala Sekolah SDN 01 Sidorejo Sidorejo Sri Hatutti memberikan apresiasi kegiatan tersebut. Ia mengaku bangga kegiatan tersebut ditempatkan di SD N 01 Sidorejo. Ketua Tanfidziyah Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama (PRNU) Desa Sidorejo KH Arifin juga mengungkapkan hal senada, hari santri bukan hanya untuk santri yang bermukim di pesantren. Sebab, IPNU dan IPPNU dapat disebut santri yang tidak bermukim.
“Ada juga yang menempuh pendidikan di Taman Pendidikan Alquran (TPQ), Madrasah Diniyyah (Madin) atau wadah pendidikan lainnya. Mereka juga dapat dikatakan sebagai santri. Jadi, kita semua adalah bagian dari santri,” kata Kiai Arifin.
Sementara, Ketua Panitia, Sabiluna mengungkapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam menyukseskan acara itu. Ia merasa bangga lantaran terdapat sebuah kalimat yang bertuliskan, “Aku Pelajar NU” dalam kreasi hiasan peserta.
“Hiasan tersebut dibuat dari kardus yang dihias dengan sembilan bintang. Itu membuat semangat kami bangkit kembali melihat adik-adik pelajar sudah punya jiwa NU,” ujarnya.
Sabiluna berharap, gelaran Hari Santri tahun depan akan lebih meriah, semangat dan kompak, serta menjadi pelajar yang aktif di lingkungan desa. Sehingga ada kemauan untuk terus belajar menjadi bagian dari kemajuan desa, “Semoga para pelajar di sini semakin punya rasa peduli dan cinta kepada desa dimana kita dilahirkan. Itulah bentuk cinta tanah air. Mari menjadi aktivis desa,” harapnya. (Septi aisyah )