Fitrimu Tak Mencerminkan Fitrahmu Khutbah Idul Fitri 2021

Fitrimu Tak Mencerminkan Fitrahmu, Khutbah Idul Fitri 2021

Fitrimu Tak Mencerminkan Fitrahmu Khutbah Idul Fitri 2021.

Khutbah Idul Fitri 1442 H / 2021 M ini hadir dengan judul “Fitrimu Tak Mencerminkan Fitrahmu: Mengkait Kelindankan Makna Asah, Asih, dan Asuh.”

Khutbah ini ditulis oleh Ustadz Mu’inan Rafi’, SHI., MSI., Dosen FEB Universitas Alma Ata Yogyakarta dan Penyuluh Agama Islam Kemantren Mergangsan Kota Yogyakarta.

Khutbah I: Fitrimu Tak Mencerminkan Fitrahmu Khutbah Idul Fitri 2021.

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ . اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ . اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْراً وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْراً وَسُبْحاَنَ اللهِ بُكْرةً وَاَصِيْلاً. لآ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ, صَدَقَ وَعْدَهُ, وَنَصَرَ عَبْدَهُ, وَأَعَزَّ جُنْدَهُ, وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ, لآ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ. اللهُ  أَكْبَرُ  وَلله ِ اْلحَمْدُ.

اللهُ أَكْبَرُ, سُبْحَانَ ذِى المَلِكِ وَالمَلَكُوْتِ, سُبْحَانَ ذِى العَزِّ وَالجَبَرُوْتِ, سُبْحَانَ الَّذِى لاَ يَمُوْتَ. اَلْحَمْدُ للهِ اَّلذِي بَسَطَ لِعِباَدِهِ مَوَاعِدَ إِحْسَانِهِ وَإِنْعَامِهِ. وأَعَادَ عَلَيْنَا ِفي هَذِهِ الأَياَّمِ عَوَائِدَ بَرِّهِ وَإِكْرَامِهِ.

أَشْهَدُ أَنْ لآ إِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ فىِ مُلْكِهِ وَكِبْرِياَئِهِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَأَشْرَفُ خَلْقِهِ وَأَنْبِياَئِهِ. أَللَّهُمَّ صَلّ وَسَلِّمْ عَلَى خَاتَمِ النّبِيِّينَ, ُمحَمَّدِ نِالمَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعاَلَمِيْنَ, وَعَلىَ أَلِهِ وَصَحْبِهِ إِلىَ يَوْمِ الدِّينِ.

فَيَا عِبَادَ اللهِ! اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هَذَا يَوْمٌ عَظِيْمٌ. فقد قَالَ اللهُ عَزَّ من قائل: وَلِتُكْمِلُوْا اْلعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوْا اللهَ عَلىَ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ.

Hadlirin jama’ah ‘Idul Fitri rahimakumullah.

Gema suara takbir dan tahmid bersahut-sahutan dengan penuh gegap gempita, dari jutaan manusia, dari berbagai macam etnis, suku dan bangsa, untuk mengagungkan Allah, telah kita dengar di seantero jagad Nusantara, dari masjid-masjid dan mushalla, dari tanah lapang dan jalan raya, dari sudut-sudut kampung dan perkotaan yang sudah mulai terdengar begitu matahari tenggelam diufuk barat kemarin sore hingga di pagi ini, yang kesemuanya memberi pengertian akan kesadaran baru tentang betapa besar keagungan Allah, Maha Mulia, Maha Perkasa dan Maha segala-galanya atas semua makhluk-Nya. Sehingga makhluk yang ada di muka bumi ini kesemuanya selalu bersimpuh hanya dihadapan-Nya yang Maha Agung. Gaung dari pujian kepada-Nya itu, seolah-olah merupakan tanda dari ucapan perpisahan atas berlalunya bulan yang suci “selamat tinggal” wahai Ramadhan yang penuh berkah dan maghfirah dari Allah.

Oleh karenanya pada kesempatan ini marilah kita panjatkan puji dan syukur kita ke hadirat Allah Rabbul ‘Izzati atas limpahan nikmat, hidayah dan karunia-Nya, kita dilahirkan ke dunia yang fana ini sebagai hamba yang senantiasa taat kepada-Nya, serta dengan karunia-Nya itu telah memungkinkan kepada kita untuk dapat merayakan ‘Idul Fitri di tahun ini.

اللهُ أَكْبَرُ, َاللهُ أَكْبَرُ, َاللهُ أَكْبَرُ وَلِلهِ اْلحَمْدُ

Hadlirin jama’ah ‘Idul Fitri rahimakumullah.

Setelah sebulan lamanya kita ditempa dalam kawah candra dimuka, kita di godok, digembleng untuk membersihkan hati dan jiwa kita, menjauhkan diri dari tindak kemaksiatan, membiasakan diri dalam tindak laku kebajikan, belajar merasakan pahit getirnya orang yang hidup dalam kekurangan, mencoba merasakan bagaimana sakitnya orang yang kelaparan, menahan diri dari segala nafsu dan godaan, mengendalikan keinginan dari beragam syahwat dan rayuan, tidak lain semua itu menuntun kita pada jiwa yang bermuara pada satu tujuan mulia yakni la’allakum tattaquun (semoga menjadi manusia taqwa).

Jika Ramadhan sebagai bulan studi dan training, maka ‘Idul Fitri ibarat perayaan wisuda (al-faizin). Perayaan wisuda Idul Fitri bagi umat Islam adalah dengan rasa syukur kepada Allah, karena masih diberikan kesempatan untuk berjumpa dengan hari istimewa ini. Jangan sampai sebagian dari kita merayakan sebuah kemenangan dengan hanya menampilkan gaya dan modis yang baru, sehingga yang tampak dari perayaan Idul Fitri hanya sekedar bungkusnya. Sementara, mutu dan relevansi pada aspek fundamental kemanusiaan seringkali terabaikan. Akibatnya, perayaan Idul Fitri kehilangan makna dan nilai, serta spirit keagamaan, kebangsaan, dan misi kemanusiaan.

اللهُ أَكْبَرُ, َاللهُ أَكْبَرُ, َاللهُ أَكْبَرُ وَلِلهِ اْلحَمْدُ

Hadlirin jama’ah ‘Idul Fitri rahimakumullah.

Sebagai umat Islam, sudah saatnya menumbuhkan rasa kepedulian dan persahabatan demi membangun solidaritas kemanusiaan. Kepedulian tidak hanya menuntut ketajaman analisis dan solutif, melainkan yang paling penting adalah tindakan aksi nyata yang konkrit. Momentum Idul Fitri tahun pandemi ini seolah isyarat Yang Maha Kuasa, memberikan pesan universal kepada kita semua, agar senantiasa memiliki nilai kepedulian sosial. Wabah ini seakan memberi pesan kepada kita bahwa “kita tidak pantas menyombongkan diri” dengan apa yang kita miliki sekarang, segalanya akan musnah dan berakhir.

Idul Fitri tahun ini mengandung spirit keagamaan untuk selalu empati dan simpati serta solidaritas kemanusiaan yang tinggi. Indikasi ini dibuktikan dengan ditunaikannya zakat fitrah sebagai penyempurna ibadah puasa. Hadis Informasi dari Ibnu Abbas menjawabnya:

عَنِ ابْنِ عَبَّاٍس رَضِىَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّهْوِ وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِيْنِ…

Dari Ibnu Abbas ra berkata: Rasulullah SAW telah mewajibkan untuk mengeluarkan zakat fithrah sebagai pensuci bagi orang yang berpuasa dari perbuatan yang tidak bermanfaat dan kotor, serta solidaritas pemberian makan bagi orang-orang miskin.. (HR. Abu Dawud,)

Jika puasa sebagai ibadah vertikal-ilahiyyah (ma’a al-khaliq) atau hablum min Allah, maka zakat fitrah dan shadaqah sebagai horizontal-insaniyyah (ma’a al-makhluq) atau habl min al-nas yakni simbol kepedulian sosial, sehingga terwujudlah shaleh yang sosial. Tumbuhnya kesalehan sosial teraktualisasi dalam realitas kehidupan, dengan mengedepankan sikap untuk saling asah, asih dan asuh, yakni hidup guyub rukun, yang dalam bahasa orang Jawa disebut urip, harus berani urap dan urup.

اللهُ أَكْبَرُ, َاللهُ أَكْبَرُ, َاللهُ أَكْبَرُ وَلِلهِ اْلحَمْدُ

Hadlirin hadlirat jama’ah ‘Idul Fitri rahimakumullah.

Sebagai makhluk sosial, hidup (urip) di dunia yang fana ini, dituntut dan harus berbaur (urap) menjadi satu dengan yang lainnya, sehingga terjalin aktivitas untuk saling ta’awun (tolong menolong), tarahum (berasah-asih), serta tasamuh (toleransi), dengan tanpa memandang jenis, kekayaan, pangkat, gelar dan jabatan/kedudukan. Adanya aktifitas berbaur (urap) di lingkungan kita ini juga sebagai momentum untuk saling memohon maaf dan memaafkan atas dosa dan kesalahan selama ini sesama anak Adam.

Di samping itu kita dianjurkan untuk saling berbagi kebahagiaan (urup), atau al-takaful al-ijtima’i (solidaritas/kesetiakawanan sosial), baik dari segi ilmu maupun harta kekayaan agar harta itu tidak hanya semata-mata dimiliki dan dirasakan oleh orang orang kaya saja. QS, al-Hasr ayat 7 dalam hal ini memberikan peringatan tegas:

كَيْ لَا يَكُونَ دُولَةً بَيْنَ الْأَغْنِيَاءِ مِنْكُمْ

“Agar supaya harta kekayaan itu tidak hanya dinikmati oleh orang-orang kaya diantara kamu.” (QS. Al-Hasy/59: 7)

Bisa berbagi kebahagiaan dengan orang lain pada dasarnya adalah merupakan suatu anugrah yang tak ternilai harganya sekaligus bisa menjadi sarana kita untuk kerjasama saling membagi keuntungan atau tepatnya pahala amal kebahagiaan mumpung mereka masih memerlukan uluran bantuan dari kita. Kenapa demikian? karena sebagaimana hadis Nabi, bahwa dikhawatirkan kelak di akhir zaman nanti, tidak ada lagi orang yang mau menerima sedekah kita, bukan karena nilai/bentuknya akan tetapi mereka memang sudah tidak membutuhkan harta orang-orang kaya sebab tak tepat waktu dan masanya. Hal ini sebagaimana hadis riwayat Imam Bukhari dengan sanad akhir sahabat Haristah ibn Wahbin:

عَنْ حَارِثَةَ بْن وَهْبٍ قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: تَصَدَّقُوا، فَإِنَّهُ يَأْتِي عَلَيْكُمْ زَمَانٌ يَمْشِي الرَّجُلُ بِصَدَقَتِهِ فَلاَ يَجِدُ مَنْ يَقْبَلُهَا. يَقُولُ الرَّجُلُ: لَوْ جِئْتَ بِهَا بِالأَمْسِ لَقَبِلْتُهَا، فَأَمَّا الْيَوْمَ فَلاَ حَاجَةَ لِي بِهَا.

“Diceritakan dari Haritsah ibn Wahbin, bahwa beliau mendengar Baginda Rasulillah SAW bersabda, “Bersedekahlah, sebab kelak akan datang kepada kalian suatu zaman yang seseorang berjalan keliling membawa sedekahnya tetapi ia tidak menemukan seorang pun yang mau menerimanya. Kemudian ada seseorang yang berkata: Seandainya engkau datang membawanya kemarin pasti aku akan menerimanya. Adapun hari ini, aku tidak lagi membutuhkannya.” (HR. Bukhari, hadis nomor 1322).

اللهُ أَكْبَرُ, َاللهُ أَكْبَرُ, َاللهُ أَكْبَرُ وَلِلهِ اْلحَمْدُ

 Hadlirin jama’ah ‘Idul Fitri yang berbahagia.

Karenanya kepedulian dan solidaritas tinggi terhadap penderitaan orang lain dengan cara bergegas menyisihkan sebagian harta kita adalah solusi yang paling tepat terutama dalam kondisi akibat musibah wabah pandemi Covid-19. Jangan hanya memberikannya barang tersebut setelah menjadi sisa/turahan, karena demikian ini bukanlah orang dermawan. Sebuah sya’ir ahlul udaba’ melukiskan:

لَيْسَ اْلعَطاَءُ مِنَ اْلفُضُوْلِ سَمَاحَةً ÷ حَتَّى تَجُوْدَ وَمَا لَدَيْكَ قَلِيْلُ

“Memberikan sesuatu/barang sisa turahan, bukanlah orang yang dermawan, akan tetapi orang dermawan yaitu orang yang memberikan sesuatu disenanginya, sehingga yang tersisa ditangannya hanyalah sedikit.”

 Sebagai kesimpulan, kiranya layak untuk kita renungi kembali sabda Nabi SAW:

إِنماَ تُرزَقونَ وتُنصَرُونَ بِضُعَفاءِكُمْ

Sesungguhnya kalian diberi rejeki dan ditolong orang-orang kecil diantara kalian”. Nabi Muhammad saw., mengingatkan kepada kita, kapan saja kita menikmati fisilitas, keleluasaan, kesenangan, kenikmatan dan lain-lain, ingatlah orang-orang miskin, anak yatim serta dhuafa. Bila kita memberikan sebagian kesenangan itu kepada mereka, janganlah kita anggap sebagai anugerah untuk mereka, tetapi anggaplah itu hutang kita kepada mereka, sekaligus kesempatan kita beramal untuk mereka.

­Hadlirin jama’ah ‘Idul Fitri yang berbahagia.

Akhirnya, melalui momentum ‘Idul Fitri ini, kita berharap semoga yang hadir di tempat ini menjadi hamba-hamba Allah untuk senantiasa saling asah, asih dan asuh sehingga tergolong hamba-hamba-Nya yang mampu meraih sertifikat kefitrahan di hari kemenangan yang agung ini sekaligus layak mendapatkan penghargaan “Minal ’Aidin wal Faizin”. Amin..Amin..Amin.. Ya Mujibas-Sailin.

جَعَلَناَ اللهُ وَإِيَّاكُمْ مِنَ العَائِدِيْنَ وَالْفَائِزِيْنَ وَالْمَقْبُوْلِيْنَ, وَأَدْخَلَنَا وَإِيَّاكُمْ فِى زُمْرَة عِبَادِهِ الْمُتَّقِيْنَ. أَعُوْذُ باللهِ مِنَ الشَّيْطاَنِ الَّرجِيْمِ, وَمَنْ تَزَكَّى فَإنَّمَا يَتَزَكَّى لِنَفْسِهِ وَإلَى اللهِ الْمَصِيْرُ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.

KHUTBAH II: Fitrimu Tak Mencerminkan Fitrahmu Khutbah Idul Fitri 2021.

 اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ  —اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُاَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْراً وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْراً وَسُبْحاَنَ اللهِ بُكْرةً وَاَصِيلاً. لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ.

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ. وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّم عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا. (اَمَّا بَعْدُ)

فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ .وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ تَعَالى أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنـىَّ بِمَلائِكَتِهِ اْلمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِه. فَقَالَ تَعَالىَ فِى كِتَابِهِ اْلعَظِيْمِ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلى النَّبِيّ. ياَأيّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوْا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا: أَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ. وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ اْلأَ حْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَياَقَاضِيَ اْلحاَجَاتِ.

الّلهُمَّ انْصُرْ أُمَّةَ محَمَّدٍ، الّلهُمَّ اْصلِحْ أُمَّةَ محَمَّدٍ، الّلهُمَّ ارْحَمْ أُمَّةَ محَمَّدٍ. الّلهُمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ، وَاجْعَلْ بَلْدَتَناَ إِنْدُوْنِيْسِياَّ هذِهِ بَلْدَةً تَجْرِى فِيْهَا أَحْكَامُكَ وَسُنَّةُ رَسُوْلِكَ ياَ حَيُّ ياَ قَيُّوْمُ ياَ اِلهَنَا وَإِلهَ كُلِّ شَئ هَذَا حاَلُناَ ياَ اللهُ لآ يَخْفَى عَلَيْكَ. اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنّاَ الغَلآءَ وَالبَلآءَ وَالوَبآءَ وَالفَحْشآءَ وَالمُنْكَرَ وَالبَغْيَ وَالسُّيُوفَ المُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَآئِدَ وَالِمحَنَ ماَ ظَهَرَ مِنْهَا وَماَ بَطَنَ مِنْ بَلَدِناَ هَذاَ إِنْدُوْنِيْسِياَّ خاَصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ المُسْلِمِيْنَ عاَمَّةً اِنكَ عَلَى كُل شَيْئٍ قَدِير .رَبَّنَا أَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلأخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِـبَادَ اللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَـدْلِ وَالإْحْسَانِ وَ إِيْـتَاءِ ذِي الْقُـرْبىَ وَيَـنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ, يَعِضُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ, فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَاشْكُرُوْا عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ, وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Demikian tentang Fitrimu Tak Mencerminkan Fitrahmu Khutbah Idul Fitri 2021, semoga bermanfaat.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *