“Demokrasi Tolol Versi Saridin”, Dibedah di Rumah Maiyah

Demokrasi Tolol Versi Saridin
Sumbr Gambar pbs.twimg.com

 Bantul, BANGKITMEDIA.COM. Rumah Maiyah kembali melaksanakan agenda sewelasan rutin bertempat di Pendopo Utama Rumah Maiyah.  Tepatnya di jalan Wates Km.2,5 Kadipuro, Bantul, Yogyakarta, pada Rabu (11/10/) malam. Kegiatan yang sudah berlangsung selama 34 kali pertemuan di tiap tanggal 11 itu dihadiri oleh puluhan orang dari berbagai daerah.

Diskusi bedah buku kali ini berjudul “Demokrasi Tolol Versi Saridin” karya Emha Ainun Najib, atau yang biasa dikenal dengan Cak Nun. Acara tersebut menghadirkan narasumber Helmi Mustofa sebagai bagian dari anggota redaksi Caknun.com dan Fauzi Abdurrahman yang dikenal sebagai pegiat buku dan aktivis Maiyah.

Diskusi yang dimulai pukul 20.45 WIB ini diawali dengan pembacaan sekilas dari isi buku tersebut. Helmi Mustofa mengatakan bahwa dari pengantarnya, buku ini digambarkan sebagai buku humor. Namun tentu saja buku ini tidak sekedar humor belaka. Banyak hal yang dapat dipelajari dari Cak Nun, salah satunya adalah dari cara penulisan beliau. Metode khas penulisan dari sosok budayawan tersebut selalu ada dalam tiap kalimat di buku-bukunya, termasuk ‘Demokrasi Tolol Versi Saridin’ ini.

“Setiap kali Mbah Nun sampai pada puncak / titik ceritanya itu, sebelumnya selalu diantarkan dengan ‘kloso’” terang Helmi dalam pembicaraannya di bedah buku tersebut.

Menurutnya, kloso—atau sebuah kalimat pengantar/sampiran ini bukan sekedar kloso. Kloso yang dimaksud disini menyajikan pemaparan yang padat dengan informasi, dan kata-katanya pun dimainkan dengan baik oleh Cak Nun untuk mengantarkan cerita itu. Helmi juga menyampaikan bahwa buku ‘Demokrasi Tolol Versi Saridin’ ini dapat dijadikan literature pembelajaran bagi seseorang yang masih belajar menulis, apalagi kisah yang yang ingin di tulis mengandung unsur humor, tawa, dan kegembiraan.

“Jadi saya melihat betapa pentingnya kloso di dalam buku ‘Demokrasi Tolol Versi Saridin’ ini. Dengan kloso itu kita tahu betapa arti pentingnya sesuatu. Dengan kloso itu kita juga akan tahu perbandingan sesuatu. Maka dari inilah kita perlu belajar banyak tentang hal itu,” tandas Helmi. (Fina Alfuziyyana/Rokhim)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *