Ihram dari Pesawat
PWNU Jatim dalam Forum Bahtsul Masail di PP Miftahul Ulum Bentet Pamekasan (1993) memutuskan sebagai berikut:
1. Boleh berihram sebelum miqat. Adapun niat ihramnya dilaksanakan saat Pesawat terbanh memasuki Daerah qarnul manazil atau Daerah Yalamlam atau miqat-miqat yang lain. Hal ini dilakukam setelah mendapatkan penjelasan informasi dari petugas penerbangan.
Untuk mempermudah pelaksanaannya, Jamaah haji dianjurkan memakai pakean Ihram terlebih dahulu sejak dari bandara tanpa niat terlebih dahulu. Niat ihramnya baru dilakukan saat Pesawat terbang memasuki Daerah qarnul manazil atau Yalamlam. Tetapi jika Jamaah haji ingin niat ihram dari Indonesia itupun diperbolehkan (Keputusan Munas NU di Kaliurang Yogyakarta).
2. Boleh mengakhirkan ihram dari qarnul manazil ke Bandara King Abdul Aziz sebagai pengganti pelabuhan udara Jeddah tanpa wajib membayar dam. Sebab arah Pesawat terbang Jamaah haji setelah melewati qarnul manazil/Yalamlam itu mengarah ke Kanan menuju pelabuhan terlebih dahulu sebelum memasuki bandara King Abdul Aziz Jeddah. Kemudian dari bandara baru menuju Tanah suci.
Dasar:
ومن بلغ يعني جاوز ميقاتا من المواقيت المنصوص عليها أو موضعا جعلناه ميقاتا وان لم تكن ميقاتا اصليا غير مريد نسكا ثم اراده فميقاته موضعه ولا يكلف العود الي الميقات للخبر
ومن بلغه اي وصل مريدا نسكا لم تنجز مجاوزته الي جهة الحرم بغير احرام إجماعا ويجوز الي جهة اليمنة أو اليسرة ويحرم من مثل ميقات بلده او ابعد كما ذكره الماوردي
فإن خالف وفعل ما منع منه بأن جاوزه الي جهة الحرام لزمه العود ليحرم منه لأن الاحرام منه كان واجبا عليه
Orang yang telah sampai melewati miwat dari berbagai miqat yang dijelaskan Nash atau sampai di tempat yang dijadikan miqat meskipun bukan miqat asli (yang tidak bermaksud melakukan nusuk, lalu hendak melakukan nusuk, maka miqatnya adalah tempat itu) Dan IA Tidak dituntut kembali ke miqatnya sebab hadis yg telah lewat.
Orang yang sudah mencapai miqat Dan menghendaki nusuk, maka IA Tidak boleh melewatinya sampai arah Tanah Haram tanpa Ihram berdasarkan ijma’. IA boleh melewatinya ke arah Kanan atau kirinya, atau ihram dari tempat yang menyamai miqat negerinya atau yang lebih jauh seperti penjelasan Al Mawardi. Jika IA Tidak melakukan seperti itu Dan melakukan Apa yang dilarang, yaitu melewati miqat ke arah Tanah Haram, maka IA wajib kembali Dan Ihram dari miqat yang telah dilewati tersebut sebab ihram dari tempat itu merupakan kewajiban baginya yang IA tinggalkan, padahal IA mampu melakukannya (Nihayatul Muhtaj ila Syarhil Minhaj Juz 3, h. 261).
Penulis: Jamal Ma’mur Asmani, IPMAFA Pati.