Amaliyah Malam Pertama Puasa Ramadhan Abah Guru Sekumpul

Amaliyah Malam Pertama Puasa Ramadhan Abah Guru Sekumpul

Amaliyah Malam Pertama Puasa Ramadhan Abah Guru Sekumpul

KH Muhammad Zaini Abdul Ghani (akrab disapa Abah Guru Sekumpul) adalah ulama’ besar yang kharismatik. Dalam jiwanya tertancap kuat rasa kasih sayang sebagaimana diajarkan kekasihnya, Nabi Muhammad SAW. Sehari-hari Abah Guru Sekumpul selalu dipenuhi dengan ibadah tiada henti, sekaligus selalu melayani jama’ahnya dari berbagai penjuru Nusantara.

Salah satu amaliyah Abah Guru Sekumpul yang dipesankan kepada para santri dan jama’ahnya adalah terkait malam pertama di bulan Ramadhan. Abah Guru Sekumpul menganjurkan dan mengajak kita semua untuk membaca Surah Al-Fatih di malam pertama puasa Ramadhan.

Berikut ini kalam hikmah KH. Muhammad Zaini bin Abdul Ghani (Abah Guru Sekumpul) tentang fadhilah membaca Surah Al-Fatih di malam awal Ramadhan.

“Siapa saja yang membaca surah Al-Fatah (Innaa Fatahnaa) dari ayat pertama sampai habis sebanyak 3x di awal malam bulan Ramadhan (1 Ramadhan), Insya Allah dipeliharakan Allah ta’ala dari bala musibah selama 1 tahun di tahun itu dan Allah meluaskan rezkinya serta Allah berikan ketenangan dalam hidup.”

Mudah-mudahan kita dipanjangkan umur, disehatkan badan, dikabulkan segala hajat di pertemukan dengan bulan Ramadhan berikutnya.

Demikian pembahasan khusus Amaliyah Malam Pertama Puasa Ramadhan Abah Guru Sekumpul. Semoga bermanfaat.

(Abu Umar)

Sebagai tambahan istimewa kami sertaka ulasan khusus terkait

Keistimewaan Puasa Bulan Muharram Serta Penjelasan Dalilnya.

Puasa merupakan salah satu ibadah istimewa diantara banyaknya ibadah. Puasa memiliki banyak sekali keistimewaan dan kekhususan sesuai kapan waktu pelaksanaannya, Seperti puasa ramadhan, puasa asyura dll. Demikian pula dengan puasa khusus di Bulan Muharram.

Muharram termasuk bulan yang dimuliakan Allah SWT. Saking mulianya, ia dijuluki dengan syahrullah (bulan Allah). Muharram dikatakan mulia karena di dalamnya terdapat amalan sunah yang sangat dianjurkan untuk melakukannya. Amalan sunah yang dimaksud ialah puasa. Kesunahan puasa di bulan Muharram didasarkan pada hadits riwayat Abu Hurairah:

 جاء رجل إلى النبي ضلى الله عليه وسلم فقال: أي الصيام أفضل بعد شهر رمضان؟ قال:  شهر الله الذي تدعونه المحرم

Artinya, “Seseorang datang menemui Rasulullah SAW, ia bertanya, ‘Setelah Ramadhan, puasa di bulan apa yang lebih afdhal?’ Nabi menjawab, ‘Puasa di Bulan Allah, yaitu bulan yang kalian sebut dengan Muharram,” (HR Ibnu Majah).

Dalam hadis riwayat Muslim disebutkan sebagai berikut.

أفضل الصيام بعد رمضان شهر الله المحرم

Artinya, “Puasa yang paling utama setelah Ramadhan ialah puasa di bulan Allah, Muharram.”

Dalam Syarah Shahih Muslim, Imam An-Nawawi mengatakan, hadits ini menjadi dalil keutamaan puasa Muharram. Sementara hadits lain yang menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW lebih banyak berpuasa di bulan Sya’ban, bukan Muharram, dapat dipahami melalui dua tafsiran: pertama, ada kemungkinan Rasulullah SAW baru mengetahui keutamaan puasa Muharram di akhir hayatnya; kedua, Rasulullah SAW mungkin sudah memahami keutamaannya, namun beliau tidak memperbanyak puasa di bulan Muharram dikarenakan udzur, seperti sakit, sedang di perjalanan, dan lain-lain.

Al-Qurthubi, seperti yang dikutip As-Suyuthi dalam Ad-Dibaj ‘ala Shahih Muslim menjelaskan:

إنما كان صوم المحرم أفضل الصيام من أجل أنه أول السنة المستأنفة فكان استفتاحها بالصوم الذي هو أفضل الأعمال

Artinya, “Puasa Muharram lebih utama dikarenakan awal tahun. Alangkah baiknya mengawali tahun baru dengan berpuasa, sebab puasa termasuk amalan yang paling utama.”

Memperbanyak puasa di bulan Muharram disunahkan karena ia merupakan pembuka tahun baru. Seyogianya tahun baru dihiasi dengan amal saleh dan puasa termasuk amalan yang paling utama. Tentu harapannya, di bulan selanjutnya, menjalankan ibadah puasa sunah ini tetap dilakukan dan tidak berhenti sampai akhir bulan Muharram. Selain awal tahun, dalam banyak hadits juga disebutkan bahwa tanggal 10 Muharram dianjurkan untuk berpuasa.

Sebab itu, Zainuddin Al-Malibari dalam Fathul Mu’in mengatakan, “Bulan utama untuk berpuasa setelah Ramadhan adalah asyhurul hurum (bulan-bulan mulia). Sementara di antara asyhurul hurum itu bulan Muharram adalah yang paling utama, kemudian Rajab, Dzulhijah, Dzulqa’dah, Sya’ban, dan puasa ‘Arafah. Wallahu a’lam. (Hengki Ferdiansyah) Sumber: NU Online

Demikian ulasan khusu terkait keistimewaan puasa Bulan Muharram serta penjelasan dalilnya. Semoga bermanfaat.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *