Agama Islam Datang Membawa Pesan Kebudayaaan

Ciri Penipuan Kaum Munafik, Kisah dalam Qur'an

Prof KH Muhammad Machasin, Mustasyar PBNU

Islam datang dengan membawa pesan kebudayaan, yakni: menaikkan derajat manusia dari kehidupan yang dikuasai nafsu, digerakkan instink dan dorongan badaniah, ke kehidupan yang diterangi akal, dikendalikan hati nurani dan didorong kehendak untuk mendapatkan keberhasilan besar: menjalankan misi sebagai hamba Allah.

Itu semua tidak dapat dicapai dengan mudah: diperlukan usaha keras untuk mengolah diri dan lingkungan tempat orang beriman hidup.

Ayat berikut memberikan gambaran bagaimana Nabi Muhammad mengajari para sahabatnya dalam bergaul dengan orang-orang di sekitarnya.
1. Menghormati privasi orang lain: tidak boleh masuk rumah orang lain sebelum diizinkan.

{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّى تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَى أَهْلِهَا ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ} [النور: 27]

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian ke rumah-rumah yang bukan rumah kalian sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu baik bagi kalian agar kalian menyadari.

2. Tata susila dalam menghadiri undangan makan:

{ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتَ النَّبِيِّ إِلَّا أَنْ يُؤْذَنَ لَكُمْ إِلَى طَعَامٍ غَيْرَ نَاظِرِينَ إِنَاهُ وَلَكِنْ إِذَا دُعِيتُمْ فَادْخُلُوا فَإِذَا طَعِمْتُمْ فَانْتَشِرُوا وَلَا مُسْتَأْنِسِينَ لِحَدِيثٍ إِنَّ ذَلِكُمْ كَانَ يُؤْذِي النَّبِيَّ فَيَسْتَحْيِي مِنْكُمْ وَاللَّهُ لَا يَسْتَحْيِي مِنَ الْحَقِّ وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًا فَاسْأَلُوهُنَّ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ ذَلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ وَمَا كَانَ لَكُمْ أَنْ تُؤْذُوا رَسُولَ اللَّهِ وَلَا أَنْ تَنْكِحُوا أَزْوَاجَهُ مِنْ بَعْدِهِ أَبَدًا إِنَّ ذَلِكُمْ كَانَ عِنْدَ اللَّهِ عَظِيمًا} [الأحزاب: 53]

Para sahabat tidak boleh masuk rumah Nabi, kecuali kalau diundang makan. Sewaktu makan pun tidak boleh melihat-lihat tempat menaruh makanan yang belum disajikan. Kalau sudah selesai makan, mereka harus segera pergi, tidak mengobrol. Kalau minta makanan kepada istri-istri Nabi, mestilah dari balik tabir; dan mereka tidak boleh menikahi isteri-isteri beliau setelah beliau meninggal.

3. Peringatan bahwa dorongan untuk keburukan ada dalam diri manusia.

صحيح مسلم (4/ 1712)
عَنْ صَفِيَّةَ بِنْتِ حُيَيٍّ، قَالَتْ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُعْتَكِفًا، فَأَتَيْتُهُ أَزُورُهُ لَيْلًا، فَحَدَّثْتُهُ، ثُمَّ قُمْتُ لِأَنْقَلِبَ، فَقَامَ مَعِيَ لِيَقْلِبَنِي، وَكَانَ مَسْكَنُهَا فِي دَارِ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ، فَمَرَّ رَجُلَانِ مِنَ الْأَنْصَارِ، فَلَمَّا رَأَيَا النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَسْرَعَا، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «عَلَى رِسْلِكُمَا، إِنَّهَا صَفِيَّةُ بِنْتُ حُيَيٍّ» فَقَالَا: سُبْحَانَ اللهِ يَا رَسُولَ اللهِ، قَالَ: «إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنَ الْإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ، وَإِنِّي خَشِيتُ أَنْ يَقْذِفَ فِي قُلُوبِكُمَا شَرًّا» أَوْ قَالَ «شَيْئًا»

Diceriterakan dari Ṣafiyyah bint Ḥuyay (salah seorang istri Nabi) bahwa ia berkata: Suatu saat Nabi saw. iktikaf di masjid, lalu aku mengunjunginya di waktu malam. Setelah berbincang-bincang, aku berdiri untuk pulang dan beliau ikut berdiri untuk mengantarku [sampai ke pintu]—Ṣafiyyah tinggal di rumah Usamah bin Zaid—. Kemudian lewatlah dua orang laki-laki dari kaum Anṣār dan ketika melihat Nabi saw. keduanya bergegas pergi. Nabi saw lalu bersabda, “Hai, tunggu. Perempuan ini Ṣafiyyah bint Ḥuyay.” Keduanya berkata, “Maha Suci Allah, wahai Rasulullah.” Nabi saw. bersabda, “Sesungguhnya syetan berjalan dalam urat darah dan aku kuatir ia akan melemparkan keburukan di hati kalian berdua.”

4. Tidak memaksa diri untuk menjadi baik dalam waktu singkat

Dalam menjalankan agama, artinya juga dalam membudayakan diri, orang tidak boleh memaksa diri. “Agama ini sangat kuat, maka masuklah dengan pelan-pelan. Orang yang tergesa-gesa hanya akan menghabiskan tenaga tanpa mendapatkan apa-apa”. [Harafiah: Orang yang tergesa-gesa tidak akan menempuh jarak, tak pula merawat kendaraannya].

السنن الكبرى للبيهقي (3/ 27)
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: «” إِنَّ هَذَا الدِّينَ مَتِينٌ، فَأَوْغِلْ فِيهِ بِرِفْقٍ، وَلَا تُبَغِّضْ إِلَى نَفْسِكَ عِبَادَةَ اللهِ، فَإِنَّ الْمُنْبَتَّ لَا أَرْضًا قَطَعَ، وَلَا ظَهْرًا أَبْقَى “

Rasulullah saw. bersabda, Sesugguhnya agama ini sangat kokoh, maka masuklah ke dalamnya dengan lembut (pelan-pelan) dan jangan kau buat dirimu membenci ibadah kepada Allah (dengan memaksa diri secara berlebihan). Sesungguhnya orang yang tergesa-gesa hanya akan merusak kendaraannya, tanpa ada jarak yang dapat ditempuh.

Mengolah diri secara terus menerus dalam kebersamaan dengan orang lain adalah cara agama dalam membudayakan manusia. Saling mengingatkan, saling menasehati dan menenggang akan membuat masyarakat menjadi lebih tahan terhadap godaan, provokasi atau hal-hal lain yang bertentangan dengan peningkatan manusia dari kehidupan hewani ke kehidupan manusiawi dengan sinar ilahi.

Ibadah, riyadlah, upacara dan kegiatan pemujaan lain adalah sarana, bukan tujuan.

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *